Perkuat Ketahanan Pangan, BRIN Berikan Inovasi Baru

Perkuat Ketahanan Pangan, BRIN Berikan Inovasi Baru
info gambar utama

Ketahanan pangan nasional tentu menjadi hal fundamental untuk kemajuan pembangunan dan kualitas hidup. Apalagi dari waktu ke waktu jumlah penduduk kian bertambah dan tentunya kebutuhan akan pangan juga semakin meningkat.

Ke depan, mencapai ketahanan pangan pada tingkat yang lebih luas akan menjadi semakin sulit karena permintaan pangan terus meningkat. Sementara itu, pertumbuhan produksi atau pasokan pangan bisa menghadapi tantangan yang semakin sulit karena dampak yang mungkin timbul, seperti perubahan iklim dan faktor-faktor lainnya.

Demikian yang dikatakan oleh Laksana Tri Handoko selaku Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sebagaimana dikutip dari keterangan resmi BRIN.

Sehingga, penguatan ketahanan pangan menjadi upaya preventif untuk mengatasi ancaman krisis pangan.

"BRIN sudah memiliki mekanisme model bisnis dan tidak akan menjadi saingan bagi para pelaku usaha sektor pangan khususnya pada PT. Sang Hyang Seri (SHS), yang BRIN perlukan riset bibit padi ini laku dan menghasilkan keuntungan" katanya.

Bibit padi unggul ini adalah hasil kolaborasi BRIN, Bapanas, Kementerian BUMN, dan pelaku usaha dalam pengembangan pertanian berbasis bibit unggul untuk menjaga pasokan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) secara berkelanjutan.

Bila hal tersebut berhasil, maka perlu komitmen untuk lisensi dari para pelaku usaha sektor pangan. Yang mana, 30% dari pendapatan lisensi akan diberikan kepada para peneliti dan 70% akan disumbangkan kepada negara.

Handoko juga mengharapkan agar perusahaan seperti ID FOOD dan SHS dapat secara aktif berkomunikasi dengan BRIN untuk menyampaikan kebutuhan riset yang dapat didukung.

Dukung Perekonomian ASEAN 2023 Melalui Ketahanan Pangan dan Laut, Petani dan Pelaut Kaya, Negara Jaya

Mewujudkan pertanian efisien, presisi, dan produktif

Sementara itu, Arief Prasetyo Adi selaku Kepala Bapanas, menyatakan bahwa kerja sama antar sektor ini diperlukan untuk mencapai pola pertanian yang efisien, presisi, dan bernilai tambah melalui peningkatan produktivitas padi.

Sebagai tahap awal, area penanaman benih unggul ini akan digunakan sebagai proyek percontohan sebelum dilakukan penyebarluasan dan pengembangan yang lebih luas.

Penerapannya dimulai di area pertanian seluas sekitar 47,25 hektar yang terdiri dari 3 blok dengan target rata-rata produktivitas minimal 8 ton per hektar.

Blok pertama dengan luas 16,15 hektar menerapkan teknologi yang direkomendasikan oleh BRIN dengan menggunakan varietas Inpari 48 yang memiliki keunggulan produktivitas di atas 7 ton per hektar.

Blok kedua seluas 16,10 hektar menggunakan varietas Inpari 48 dan MSP 65 dengan menerapkan teknologi yang direkomendasikan oleh PT. Teknologi Biota, yang berfokus pada pengelolaan organik dan target produktivitas di atas 7 ton per hektar.

Lalu, Blok ketiga dengan luas 15 hektar akan menerapkan teknologi yang direkomendasikan oleh PT. MSP 65 dengan keunggulan masa panen 65 hari setelah penanaman.

Bilamana program ini berhasil direplikasi secara luas, kerja sama dalam budidaya pertanian ini dapat menjadi sistem yang tertutup untuk memenuhi Cadangan Beras Pemerintah (CBP) secara berkelanjutan. Jika area seluas 47,25 hektar ini berhasil, maka potensi penyediaan benih bisa mencapai 40 ribu hektar.

Jali, Sumber Karbohidrat Alternatif yang Terlupakan

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Muhammad Fazer Mileneo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Muhammad Fazer Mileneo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini