Kisah Raja Kretek dari Kudus yang Diabadikan Namanya dalam Pidato Bung Karno

Kisah Raja Kretek dari Kudus yang Diabadikan Namanya dalam Pidato Bung Karno
info gambar utama

Nitisemito terkenal sebagai Raja Kretek dari Kudus, Jawa Tengah dengan pabrik rokok cap Tiga Bal. Karena kegemilangan ini namanya diabadikan menjadi sebuah jalan di kawasan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kudus.

Nitisemito lahir di Kudus, Jawa Tengah dengan nama Roesdi pada 1863. Ayahnya adalah Haji Soelaiman seorang lurah di Desa Janggalan, Kudus. Sedangkan ibunya adalah Markanah yang menjadi ibu rumah tangga.

Dimuat dari Kompas, Roesdi tak berkeinginan untuk menggantikan kedudukan ayahnya sebagai lurah dan memilih untuk berwirausaha ke Malang dan Mojokerto, Jawa Timur sejak usianya masih 19 tahun.

Kisah PG Rendeng, Pabrik Gula Kegemilangan Kudus yang Menolak Mati

Tetapi usaha awalnya tak berjalan mulus, dia kemudian kembali ke Kudus dan bekerja sebagai pedagang kerbau dan minyak kelapa. Karena kembali gagal, dia menjadi kusir dokar sembari menjual tembakau.

Pada 1894, Nitisemito bertemu dengan Nasilah, seorang perempuan pembuat rokok klobot yang kelak jadi istrinya. Pertemuan ini memunculkan ide untuk menjual rokok buatan sendiri yang bahan rajangan tembakau, cengkeh, dan dibungkus dengan daun jagung.

Dia kemudian menjajakan rokok produksinya ke warung-warung. Awalnya Nitisemito memberikan merek rokoknya dengan nama seadanya seperti Tjap Kodok Mangan Ulo (Kodok Makan Ular) hingga Tjap Djeroek.

Kejayaan Nitisemito

Pada 1905, Nitisemito kemudian memberikan logo bulatan tiga tanpa nama. Hingga akhirnya dirinya memilih nama Tjap Bal Tiga. Dirinya kemudian mendirikan pabrik bernama Kretek Cigaretten Fabriek M Nitisemito Koedoes.

Dirinya memasarkan produknya dengan memasang iklan di surat kabar hingga grup sandiwara. Dirinya bahkan pernah menyewa pesawat Fokker seharga 150-200 gulden untuk mempromosikan dagangannya ke Bandung dan Jakarta.

Lambat laun, produksi rokok kretek Nitisemito terus berkembang tidak hanya ke Kudus tetapi hingga ke penjuru Hindia Belanda. Antara 1930-1934., produksi kretek Tiga Bal mencapai 2-3 juta batang per hari.

Melihat Kegemilangan Industri Gula di Kudus Sebelum Jadi Kota Kretek

Lonjakan tajamnya terjadi pada 1938, ketika pabriknya mampu membuat 10 juta batang per hari dengan buruh sekitar 10.000 orang. Begitu terkenalnya Nitisemito, namanya bahkan pernah disinggung oleh Bung Karno dalam pidatonya.

“Kita mendirikan negara Indonesia, yang kita semua harus mendukungnya. Semua buat semua…bukan Nitisemito yang kaya buat Indonesia, tetapi Indonesia buat Indonesia. Semua buat semua,” kata Bung Karno.

Runtuhnya kejayaan

Nitisemito sebenarnya telah menyiapkan seorang pegawai berbakatnya yang bernama M Karmani. Pegawainya ini bahkan direncanakan oleh Nitisemito untuk menikah dengan putri keduanya.

Namun hal inilah yang membuat konflik internal keluarga. Pasalnya ada fitnah yang dilontarkan dari dalam sehingga Karmani diajukan ke pengadilan dengan tuduhan penggelapan pajak.

Tuduhan itu tak terbukti dan Karmani dibebaskan. Namun peristiwa itu menyebabkan Karmani sakit dan meninggal dunia. Karena itulah calon penerus Bola Tiga hilang, padahal Nitisemito sudah setengah mundur.

Ini Pecel Cingur, Bukan Rujak Cingur

Setelah Jepang menjajah Hindia Belanda, pabrik Nitisemito disita. Pada 1944-1945, pemerintah penduduk Jepang menyuruh Nitisemito membuka kembali pabriknya, tetapi tutup kembali.

Pada 1953, Nitisemito meninggal dunia dan mewariskan pabriknya kepada anak-anaknya. Namun sejak 1962, putra-putranya yang mencoba menghidupkan kembali pabrik ayahnya tak pernah berhasil hingga kini.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini