Hidup di negara dengan pengguna kendaraan bermotor roda dua yang sangat tinggi menjadikan akses perpindahan tempat lebih praktis. Poin tambahan seperti kondisi beberapa wilayah yang berupa pedesaan dengan jarak antar tempat tergolong cukup jauh menguatkan alasan tingginya tingkat kegemaran terhadap moda transportasi satu ini.
Meski demikian, implikasi kata praktis tidak semerta-merta menghapus risiko kecelakaan yang juga tinggi. Terlebih lagi banyak masyarakat usia tanggung yang masih ugal-ugalan saat menguasai jalur perlintasan. Perlu adanya kesadaran akan rapuhnya nyawa saat berada dalam kesembronoan atau setidaknya sadar akan tindakan pengobatan saat upaya pencegahan dirasa kurang penting.
Mahasiswa KKN-PPM UGM Periode II Unit Temon Sub Unit Glagah bekerja sama dengan PMI Sleman dalam kegiatan Sosialisasi Pertolongan Pertama yang dihadiri oleh perwakilan anggota karang taruna dari kesembilan padukuhan yang ada di Kalurahan Glagah. Sosialisasi ditujukan untuk meningkatkan kesadaran akan tindakan yang harus dilakukan setelah hal-hal tidak diinginkan terjadi. Pemaparan materi disampaikan oleh Bapak Dwi Suryanto dan Ibu Eva selaku perwakilan PMI Sleman.
Terdapat beberapa segmen yang diberikan, masing-masing mengulas cakupan berbeda meliputi tujuan, alat, tahap, dan praktik. Materi dibuka dengan pembahasan tentang tujuan utama upaya pertolongan pertama, yakni untuk menyelamatkan jiwa, mencegah cacat, dan mempercepat proses penyembuhan.
Terdapat beberapa alat yang dibutuhkan dalam tindakan pertolongan pertama, terdiri dari pembalut (kasa, perban, mitela), penutup luka (plester), pembersih luka (air), pensteril alat (alkohol), dan cairan antiseptik.
Sebagai orang awam, pertolongan pertama sangat penting untuk dipelajari mengingat sebagian besar kecelakaan terjadi di waktu dan tempat tak terduga. Meski demikian, tak semua upaya pertolongan perlu dilakukan di luar cakupan paramedis. Jika mengacu pada Chain of Survival, terdapat enam langkah pertolongan serangan jantung yang dapat menekan angka kematian.
KKN UGM Gelar Pengajian Akbar dalam Rangka Hari Raya Iduladha dan Launching Ngoro-oro Kampoeng Qur’an 14
Rangkaian ini meliputi rekognisi tanggap darurat, resusitasi jantung, defibrilasi, resusitasi lanjutan, perawatan pasca serangan jantung, dan penyembuhan.
Pada pertolongan pertama bagi orang awam hanya perlu dilakukan hingga tahap dua, yakni rekognisi tanggap darurat dan resusitasi jantung. Rekognisi tanggap darurat dapat dilakukan dengan menghubungi paramedis dan ambulans, sedangkan resusitasi jantung dengan melakukan pijat jantung luar yang juga dikenal dengan Resusitasi Jantung Paru (RJP)/Cardiopulmonary Resuscitation (CPR).
Setelah pengantar pertolongan pertama diulas, berikutnya praktik secara langsung. Simulasi ini dilakukan agar para peserta memiliki gambaran aplikasi dari pemaparan materi sebelumnya. Beberapa penanganan yang diujicobakan meliputi RJP, tersedak, fraktur dan pendarahan luar, serta cara mengangkat korban dengan benar.
Pada RJP, digunakan alat peraga. Tiap perwakilan peserta mendapat kesempatan mencoba melakukan pijat jantung luar. Peragaan RJP ini dikhususkan untuk korban dewasa. Simulasi dilakukan dengan menentukan titik kompresi dan melakukan kompresi itu sendiri.
Simulasi kasus tersedak dilakukan dengan hentakan. Tiap peserta berpasangan, lalu saling mencoba gerakan menghentakkan perut dan dada korban secara bergantian.
Pada praktik penanganan fraktur dan pendarahan luar, dilakukan beberapa contoh kasus seperti fraktur, keseleo, luka lecet, luka sobek, dan dislokasi. Seluruh peserta dibagi menjadi empat kelompok dengan salah satu menjadi uji percobaan. Tiap korban mendapat perlakuan berbeda, tergantung pada jenis luka yang diderita apakah perlu dibalut atau ditutup.
Pendakian Gunung Prau KKN UGM JT-045 Unit Kecamatan Batur, Banjarnegara
Pertolongan pertama tidak hanya sebatas pada penanganan luka, tapi juga cara memindahkan korban ke tempat yang lebih aman. Ada beberapa perlakuan yang dipraktikkan pada simulasi ini, baik itu dengan tangan kosong atau menggunakan media seperti kursi dan tandu. Korban bisa dipindahkan langsung tanpa menggunakan alat dengan bantuan dari beberapa orang, misalnya tiga atau enam orang.
Memiliki pengetahuan tentang pertolongan pertama memang sangat penting, tapi mungkin terdengar tidak manusiawi jika berharap akan terwujudkan secara nyata. Sebagai pemungkas, Bapak Dwi Suryanto berharap agar materi yang disampaikan tidak pernah digunakan.
Lingkup ini kemungkinan bisa masuk dalam kategori teori yang sebisa mungkin tidak dipraktikkan di kejadian nyata karena tidak ada satu pun manusia waras yang mau terperosok dalam kejadian mengancam nyawa.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News