Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Kepulauan dan Pulau Kecil atau Archipelagic and Islands States Forum (AIS) akan berlangsung di Bali pada 10 Oktober 2023 mendatang. Sebanyak 51 negara bakal hadir termasuk Indonesia yang menjadi pemimpin pertemuan itu.
Dilansir dari Liputan6.com, Jumat (21/7/2023), Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Ayodhia Kalake menjelaskan KTT AIS merupakan tindak lanjut dari pertemuan keempat tingkat menteri AIS yang telah dilaksanakan di Bali pada 5 Desember 2022 lalu.
Adapun topik pembahasan dalam pertemuan itu, di antaranya mengenai implementasi ekonomi biru, adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, sampah laut yang masuk ke penanggulangan polusi laut, serta tata kelautan dan kemaritiman.
Bahas ilegal fishing
KTT AIS juga akan membahas terkait ilegal fishing. Namun, pembahasannya tidak hanya mengerucut tentang ilegal fishing tetapi lebih kepada penangkapan ikan yang aman. Karena itu, negara-negara yang hadir diharapkan dapat saling berkolaborasi mengatasi tantangan dan ancaman terhadap laut.
Dalam kesempatan yang sama, dilansir dari detikfinance, Jumat (21/7/2023), Senior for Climate and Environmental Governance, AIS Program Manager Abdul Wahib Situmorang menuturkan agar antar negara bisa bertukar pikiran atau solusi untuk menangani akar masalah ilegal fishing.
Menurutnya, akar masalah penangkapan ikan secara ilegal adalah soal kemiskinan dan tata kelola. Untuk itu, Indonesia hendak mendorong ecotourism menjadi sumber penghidupan masyarakat di pesisir melalui pertemuan internasional tersebut.
Aturan Kuota Penangkapan Ikan Segera Terbit, Bagaimana Perhitungannya?
Ajang kolaborasi
KTT AIS memberikan kesempatan kepada negara pulau dan kepulauan seluruh dunia untuk berkolaborasi dalam mengatasi tantangan dan permasalahan utamanya pada sektor pembangunan kelautan, mitigasi perubahan iklim, dan penanggulangan pencemaran di laut.
Di sisi lain, forum tersebut juga merupakan wujud kepemimpinan Indonesia di kancah internasional. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, serta kekuatan ekonomi sejak G20, Indonesia memiliki posisi dan peran strategis untuk menjalankan kolaborasi dengan negara-negara kepulauan.
Keterlibatan Indonesia akan menjadi langkah yang sangat penting, khususnya dalam upaya mewujudkan lautan dunia yang berkelanjutan. Indonesia juga akan menjadi pelaku utama perjuangan masyarakat dunia untuk melawan dampak perubahan iklim.
Teknologi untuk nelayan
Kemitraan dan KTT AIS disebut akan membawa sejumlah manfaat. Dari sisi teknologi, nelayan bisa mendapatkan teknologi yang lebih maju dalam menangkap ikan. Dengan ini, nelayan dapat mengetahui lokasi ikan, termasuk jenis dan besaran volumenya sehingga akan menghemat waktu penangkapan.
Forum tersebut juga akan mendorong teknologi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran iklim untuk nelayan. Teknologi ini penting supaya nelayan terbantu dalam memprediksi iklim saat akan melaut.
Senior for Climate and Environmental Governance, AIS Program Manager Abdul Wahib Situmorang menyebut Indonesia, dalam hal itu adalah pionir. Melalui BMKG, pemerintah telah secara rutin menyampaikan informasi mengenai cuaca dan kejadian penting terkait kepada masyarakat termasuk nelayan.
Kedonganan, Desa Nelayan yang gemerlap karena Kegemilangan Wisata
Referensi:
- Detikfinance. 51 Perwakilan Negara Mau Kumpul di Bali, Bahas Ilegal Fishing-Tata kelautan. https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-6833220/51-perwakilan-negara-mau-kumpul-di-bali-bahas-ilegal-fishing-tata-kelautan
- Liputan6.com. Archipelagic and Islands States Gelar KTT di Bali Oktober 2023, Bahas Masalah Kelautan Dunia. https://www.liputan6.com/bisnis/read/5349395/archipelagic-and-island-states-gelar-ktt-di-bali-oktober-2023-bahas-masalah-kelautan-dunia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News