Produk Kuliner UMKM Warga Desa Sikunang di Dataran Tinggi Dieng

Produk Kuliner UMKM Warga Desa Sikunang di Dataran Tinggi Dieng
info gambar utama

Desa Sikunang merupakan salah satu desa yang terletak di Dataran Tinggi Dieng, tepatnya termasuk dalam Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Berjarak 3 km dari Titik 0 Dieng, Desa Sikunang memiliki alam yang indah, dengan dikelilingi oleh gunung dan terasering yang juga menjadi tempat warganya bertani, mata pencaharian utamanya.

Walaupun bertani merupakan mata pencaharian utama, terdapat produk-produk makanan dan minuman yang unik hasil produksi warga Desa Sikunang. Berikut ini adalah produk-produk buatan warga Desa Sikunang yang wajib dicoba jika sedang berwisata ke Dataran Tinggi Dieng.

Mengenal Fenomena Bookaholic: Kegembiraan Seseorang Ketika Membaca Buku

Kopinang Awan

Pada tahun 2020, Pak Miyanto merupakan salah satu pengusung pertanian kopi kembali di Dataran Tinggi Dieng bersama Kelompok Tani Bisma Mulia. Dari pertanian kopinya, Miyanto membuat produk kopi yang unik dengan nama “Kopinang Awan”. Frasa ini dapat dimaknai dua hal, yakni dapat diartikan “Kopi asal Sikunang Awan”, tetapi juga dapat diartikan “Kopi Di Atas Awan” dengan ciri khas Dieng yang seperti negeri di atas awan.

Dari biji kopi jenis Arabika, Miyanto membuat 3 jenis produk: kopi dari biji kopi, dari pucuk, dan dari kulit biji kopi. Setiap jenis kopi tersebut memiliki cita rasa yang berbeda. Untuk kopi dari biji kopi, rasanya seperti kopi pada umumnya. Tetapi, terdapat keunikan pada kopi dari pucuk dan dari kulit biji kopi sehingga dinamakan Kopiteh.

“Rasanya pas di mulut seperti teh, tapi di tenggorokan ada rasa kopi yang tertinggal,” ujar Miyanto. Untuk Kopi dari kulit biji kopi pun juga memiliki cita rasa yang unik, karena rasanya seperti teh dengan sedikit rasa asam, tetapi ada rasa kopi yang tertinggal setelah ditelan.

“Prinsip saya, gaada yang dibuang, jadi rezeki semuanya. Walaupun harus keluar nominal untuk pemrosesannya,” tutur pemilik Kopinang Awan tersebut.

Miyanto benar-benar memberikan bahan terbaik dalam setiap tahapan produksinya. “Cara metiknya gak asal-asalan. Harus petik merah. Kalau ada satu yang warna kuning atau hijau saya buang. Rasanya gak enak,” terangnya.

Saat proses pencucian pun, Miyanto tetap memilah bahan kopi yang bagus dan tidak. Kemudian, pada tahap pengeringan, Miyanto memastikan bahan kopi dikeringkan dengan maksimal hingga terasa sangat keras.

Pria tersebut berencana membuat kedai kopi di Desa Sikunang. Rencananya, Kawan GNFI akan dapat melihat golden sunset dari kedai kopi dan dapat berkunjung ke ladang kopi miliknya yang terletak di belakang kedai kopi.

Kisah Empu Wisesa dan Luapan Sungai Citarum yang Jadi Kota Bandung

Keripik Kukenang

Keripik Kukenang adalah usaha salah satu warga Desa Sikunang yang menjual keripik kentang. Misriah, pemilik Keripik Kukenang membuat keripik kentang dengan menggunakan kentang yang ditanam langsung oleh beliau. Berjualan sejak tahun 2020, Keripik Kukenang dapat memproduksi keripik kentang sebanyak 2 kwintal dalam satu bulan.

Walaupun dalam proses produksinya bahan yang digunakan hanya kentang dan garam. Namun, rasa keripik sangat gurih dan tahan hingga 3 bulan apabila tidak terkena paparan sinar matahari. Misriah menggunakan metode penggabungan penggorengan dengan perendaman air garam. Lalu setelah itu ditambahkan penyedap sesuai varian rasa.

Varian rasa dari Keripik Kukenang antara lain rasa original, sapi panggang, balado, dan jagung manis. Keripik Kukenang dijual dengan harga Rp15.000,- untuk kemasan 100 gram dan Rp37.000,- untuk kemasan 250 gram. Keripik Kukenang juga menerima pemesanan per kilo dengan harga Rp150.000,- per kilonya. Keripik Kukenang telah dijual di toko-toko di Dieng.

Samawa Pangsit

Jamilah, pemilik Samawa Pangsit telah berjualan keripik pangsit selama 5 tahun. Dengan bahan dasar tepung, garam, dan daun seledri, keripik pangsit buatan Jamilah terasa sangat renyah. Kerenyahan keripik pangsit didapat dengan teknik khusus yang dilakukannya dalam proses pembuatannya.

“Rasanya beda dari pangsit lain. Dalam proses pembuatan, adonan kan biasanya hanya diuleni. Kalau saya juga dipukul-pukul menggunakan besi. Nanti hasilnya tekstur pangsitnya jadi lebih renyah,” tutur pemilik UMKM Samawa Pangsit itu. Keripik pangsit ini bertahan hingga 3 bulan apabila diletakkan di wadah tertutup.

Keripik pangsit buatan Samawa Pangsit dijual dengan harga Rp15.000,- untuk kemasan 250 gram dan menerima pemesanan per kilo dengan harga Rp50.000,- per kilonya. Samawa Pangsit bisa didapatkan di toko-toko sekitar Dieng dan Desa Sikunang.

Dapur Mama Aya

Dapur Mama Aya adalah usaha salah satu warga Desa Sikunang yang menjual berbagai macam cemilan, di antaranya adalah keripik pisang, keripik talas, stik sukun, dan kering kentang. Diyah, pemilik Dapur Mama Aya, telah berjualan selama 4 tahun.

Dalam pengolahannya, Diyah sangat mengutamakan higienis. Bahan setiap produk dicuci berkali-kali untuk memastikan seluruh kotoran dan getah hilang. Seluruh produk yang telah diolah dijual dalam kemasan 250 gram dan dijual dengan harga Rp10.000,- untuk keripik pisang, keripik talas, dan stik sukun, sedangkan kering kentang dijual dengan harga Rp17.500,-.

Diah berencana membuka kedai di Dieng Food Court dan akan menjual makanan-makanan kekinian yang unik, seperti Bakso Tumpeng, Bakso Cinta, dan varian hotplate.

Kawasan Wisata Prioritas Likupang Akan Dikembangkan dengan Konsep Pariwisata Hijau

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KK
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini