Kondisi Awal Isu Sampah di Desa Pariwisata Dieng Kulon, Kecamatan Batur

Kondisi Awal Isu Sampah di Desa Pariwisata Dieng Kulon, Kecamatan Batur
info gambar utama

Adzan Maghrib belum lagi berkumandang di Hari Sabtu (24/7) kala minibus yang kami tumpangi dari Yogyakarta tiba di Dataran Tinggi Dieng dan berlabuh di Balai Desa Dieng Kulon.

Desa tersebut akan menjadi tempat tinggal dan ladang pengabdian kami, mahasiswa-mahasiswa anggota Subunit Dieng Kulon KKN-PPM UGM JT-045. Kami mengusung tema besar yang berfokus pada optimalisasi lingkungan untuk mendukung pembangunan kegiatan pariwisata di Desa Dieng Kulon, selama 50 hari ke depan.

Hembusan angin yang menusuk tulang pada sore itu seakan mempersembahkan suatu woro-woro mengenai iklim menantang yang akan senantiasa mengiringi masa pengabdian kami. Premonisi ini terbukti tepat kala malam yang mengikuti kumandang adzan Maghrib datang dan membalut pondokan kami dengan sensasi dingin yang tiada tara.

Kami bangun pada pagi keesokan harinya, kemudian memenuhi undangan yang dikirimkan kepada kami oleh Slamet Budiyono, selaku Kepala Desa Dieng Kulon. Beliau meminta kami datang ke rumah beliau.

Kain Tenun Baduy, Menjalin Identitas Budaya dan Memulai Kemandirian Ekonomi

Sesampainya di sana, kehangatan beliau menyambut kedatangan kami. Seakan mampu menandingi dan menghilangkan untuk sementara dari ingatan kami betapa menggigitnya dingin malam sebelumnya.

Di sana, kami dibekali dengan suguhan teh hangat dan aneka jajanan setempat. Bersama-sama, kami mendengarkan dengan seksama ketika Kades memaparkan tentang permasalahan-permasalahan yang menurut beliau selama ini menghambat pemenuhan secara optimal potensi ekonomi yang dimiliki oleh Dieng Kulon, yang notabene telah ditetapkan sebagai suatu desa wisata oleh Kementerian Desa PDTT.

Berkelindan dengan tema yang kami usung, beliau mulai mengelaborasikan mengenai kondisi persampahan di Dieng Kulon. Sebagai suatu desa wisata yang tentunya mengandalkan kedatangan wisatawan sebagai sumber pemasukan utama mereka, apabila sampah-sampah yang berserakan menjadi pemandangan yang ditemui para wisatawan di jalanannya.

Agak sulit membayangkan bahwa wisatawan-wisatawan yang bersangkutan akan mau merekomendasikan Dieng Kulon sebagai spot wisata. Atau bahwa mereka sendiri akan memiliki kehendak kembali berlibur di sana lagi nantinya.

Pemilahan Sampah di TPST Dewanata | Sumber: dokumentasi pribadi
info gambar

Selain itu, satu fakta penting lainnya yang beliau paparkan kepada kami adalah bahwasanya tahun lalu, Pemerintah Desa Dieng Kulon telah memperoleh hibah dari Bank Indonesia dalam bentuk mesin pengolahan sampah yang dapat melakukan berbagai macam fungsi yang berbeda, di antaranya yaitu mesin pencacah kompos, mesin press limbah plastik hidrolik, dan suatu conveyor belt untuk memudahkan proses pemilahan sampah.

Mesin-mesin tersebut kemudian ditempatkan di TPST Dewanata, TPST milik Desa Dieng Kulon, sedangkan pengelolaannya diserahkan kepada Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) “Pandawa” Dieng Kulon.

Harmoni Hijau: Dinamika Mahasiswa KKN UGM bersama Kelompok Kerja 3 PKK Desa Sembungan

Di balik “amanah” yang diberikan oleh BI kepada Pemerintah Desa, terdapat suatu pesan implisit yang kami tangkap bahwa mereka memiliki suatu beban moral. Yakni memastikan bahwa alat-alat tersebut dapat memenuhi tujuan penghibahannya.

Adapun tujuan hibah adalah sebagai pembawa peningkatan kesejahteraan bagi kehidupan kolektif Desa Dieng Kulon beserta warganya. Slamet juga memiliki cita-cita jangka panjang supaya mesin pengolahan sampah ini dapat menyasar dan membantu permasalahan sampah di desa sekitar Dieng Kulon.

Karena menurut pengakuan yang disampaikan, desa-desa di sekitar Dieng Kulon juga memiliki masalah serius perihal pengelolaan sampah, sehingga niat baik ini perlu dibantu serta direalisasikan untuk mewujudkan lingkungan yang lebih baik.

Skema pengelolaan sampah yang dijalankan oleh BUMDes merupakan satu proses panjang yang meliputi tahapan-tahapan berikut: Setiap hari Senin dan Kamis, petugas kebersihan akan berkeliling menggunakan truk pengangkut sampah untuk pengambilan kantong-kantong sampah dari setiap warga, warung makan, maupun penginapan yang telah diletakkan di pinggiran jalan raya.

Untuk mendapatkan hak pelayanan pengangkutan sampah, masyarakat individu maupun pemilik bisnis wajib melakukan iuran uang sampah setiap bulan yang dilakukan secara kolektif oleh setiap Ketua RT untuk kemudian disalurkan ke BUMDes.

Pengangkutan Sampah oleh Petugas Kebersihan | Sumber: dokumentasi pribadi
info gambar

Kantong-kantong sampah yang telah berhasil dikumpulkan ke TPST Dewanata kemudian dilakukan pemilahan sampah organik dengan sampah plastik oleh para petugas TPST. Tujuan pemilahan sampah organik dan sampah plastik ialah memisahkan sampah sesuai dengan pemanfaatannya.

Sampah organik yang terpilah berencana akan dimanfaatkan menjadi pupuk kompos untuk meningkatkan nilai ekonomi dan kemudian dikemas serta dijual melalui toko Pe-i yang diinisiasi oleh PT Pupuk Indonesia.

Mengenal Ukara Pakon, Dari Pengertian, Fungsi dan Contohnya

Sedangkan penjualan sampah plastik secara langsung diperjualkan kepada para pengepul. Hasil penjualan ini nantinya dimanfaatkan untuk meng-cover biaya operasional serta biaya perawatan hibah mesin pengolahan sampah serta meningkatkan pendapatan desa.

Untuk mempelajari secara lanjut dan memahami secara lebih komprehensif permasalahan persampahan di Dieng Kulon, kami memutuskan untuk pertama-tama mengunjungi titik akhir dan paling krusial dari proses pengolahan sampah di sana, TPST Dewanata.

Di sana, kami menjumpai beberapa hal yang menurut penilaian kami menimbulkan kondisi yang sub optimal dalam pengelolaan sampah Dieng Kulon, di antaranya yaitu jumlah petugas yang tidak lebih dari delapan orang untuk memilah seluruh sampah yang terkumpul pada satu wilayah administrasi seluas 337,8 Ha menjadi sampah organik dan sampah plastik. Hal yang sangat menyita waktu serta tenaga para pekerja, mengingat Dieng Kulon sebagai desa pariwisata yang mampu menarik perhatian penjuru nusantara.

Dengan minimnya jumlah pekerja serta beban pemilahan sampah yang terlampau berat, mesin pengolahan sampah belum bisa menghasilkan keuntungan yang signifikan bagi pemerintah Desa Dieng Kulon. Terlebih lagi, dikarenakan sampah yang terkumpul adalah sampah campuran seluruh penduduk.

Tantangan seperti masih tercampurnya sampah pencemar dalam sampah organik, bottleneck ketika supply sampah yang diterima lebih besar daripada pemilahan sampah yang dilakukan, serta ketidak-ikutsertaan pengangkutan sampah di beberapa titik wilayah yang sulit dijangkau oleh truk sampah menjadi perhatian utama kami.

Selain itu, menurut hasil pembicaraan dengan beberapa wisatawan, penempatan sampah di pinggir-pinggir jalan sebenarnya cukup mengurangi estetika ruang dan menimbulkan bau yang kurang nyaman ketika turis melewati sekumpulan kantong sampah.

Berangkat dari pengetahuan terhadap proses pengolahan sampah yang terjadi di hilir, kami bersama dengan pemerintah Desa Dieng Kulon menyusun program kerja serta strategi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan mengangkat isu permasalahan sampah yang terjadi di Desa Dieng Kulon.

Program kerja yang disusun akan menyasar proses pemilahan sampah mulai dari hulu, yaitu dari para penghasil sampah, baik rumah tangga, penginapan, maupun tempat wisata. Dengan begitu, pemilahan sampah telah terjadi sejak dari hulu sehingga meringankan beban pemilahan sampah di TPST.

Pengujian laboratorium kandungan pupuk kompos yang sedang diproduksi juga menjadi itikad baik kami untuk membantu langkah BUMDes dalam mengorbitkan produk pupuk kompos dari sampah organik Desa Dieng Kulon.

Menyelenggarakan Pesta Besar ketika Berkabung Ala Masyarakat Toraja

Selain itu, pemetaan dan pendataan jumlah produksi sampah setiap warga menjadi petunjuk penempatan pick up point untuk membantu pengangkutan sampah. Dengan segala informasi yang didapatkan serta perencanaan program kerja selama 50 hari ke depan, maka perjalanan untuk membumikan isu sampah di Desa Dieng Kulon dimulai!

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KB
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini