Cerita Siti dan Sudin, Anak Orangutan Korban Perdagangan yang Kini Belajar Hidup di Hutan

Cerita Siti dan Sudin, Anak Orangutan Korban Perdagangan yang Kini Belajar Hidup di Hutan
info gambar utama

Lebih dari setahun telah berlalu sejak Siti dan Sudin, dua anak Orangutan Sumatera (Pongo abelii) yang disita dari perdagangan satwa liar ilegal, mengikuti program sekolah di Pusat Reintroduksi Orangutan Sumatera (SORC) Sungai Pengian, Provinsi Jambi.

Kisah mereka adalah kisah tentang perkembangan luar biasa dalam mempelajari keterampilan bertahan hidup di alam liar yang sangat berharga.

Pada tahun 2021, Balai Konservasi Sumber Daya Alam Bengkulu dan Lampung mengambil langkah tegas dengan menyelamatkan Siti dan Sudin dari perdagangan ilegal satwa liar dari Pelabuhan Bakauheni, Lampung.

Meskipun baru berusia sekitar 4 tahun, Siti dan Sudin telah memperlihatkan kemampuan luar biasa. Dengan begitu lincahnya mereka, mereka mampu memanjat, membuat sarang, serta mencari dan mengonsumsi berbagai jenis makanan di habitat alaminya.

Setelah mendapat perawatan di Lampung, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memutuskan untuk merehabilitasi Siti dan Sudin di Provinsi Jambi melalui Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi.

Kolaborasi yang erat antara KLHK, BKSDA, dan Frankfurt Zoological Society (FZS) Indonesia menjadi fondasi perjalanan rehabilitasi mereka.Tahap rehabilitasi ini pun tak lepas dadi tantangan. Siti menghadapi cobaan berat berupa peradangan paru-paru.

Namun, berkat upaya gigih dari dokter hewan yang memberikan perawatan intensif selama 3 bulan, Siti mampu bangkit dari keterbatasannya.

Bulan Januari 2022 menjadi titik balik bagi Siti dan Sudin. Dipindahkan ke SORC Sungai Pengian, mereka memulai pelatihan adaptasi yang sering disebut "sekolah hutan."

Di sinilah keterampilan alamiah mereka diasah dan disempurnakan, membantu mereka dalam persiapan menghadapi dunia luar yang penuh tantangan.

Menilik Kawasan Konservasi Orangutan Terbesar Dunia yang Ada di Indonesia

Mengenal Sekolah Hutan

Sekolah hutan menjadi langkah pertama dalam mempersiapkan orangutan untuk kembali ke alam liar, dengan memberikan pelatihan adaptasi yang menyeluruh. Ini sebagaimana bersumber dari keterangan tertulis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Orangutan diberi kesempatan untuk secara bertahap menyesuaikan diri dengan lingkungan hutan, serta diperkenalkan dengan berbagai jenis makanan yang ada di hutan.

"Pada saat ini, Siti dan Sudin masih dalam proses reintroduksi yang meliputi pelatihan sekolah hutan untuk membantu mereka beradaptasi dengan hidup di alam. Setiap hari, para pelatih orangutan mengajak Siti dan Sudin dalam kegiatan sekolah hutan dari pagi hingga sore," ungkap Indra Exploitasia, Staf Ahli Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Indra juga menjelaskan bahwa interaksi sosial Siti dan Sudin dengan orangutan lain yang telah dilepasliarkan berjalan baik, bahkan keduanya banyak belajar dan meniru aktivitas yang dilakukan oleh orangutan yang sudah hidup bebas.

Kehadiran orangutan lain yang memiliki keterampilan bertahan hidup yang baik juga memberikan kontribusi dalam proses pembelajaran mereka dalam kembali hidup di alam liar.

Siti dan Sudin memiliki kepribadian yang berbeda. Siti lebih aktif dan berani dibandingkan dengan Sudin yang sedikit pemalu, tetapi lincah dalam pergerakannya.

Keduanya senang bermain bersama, baik di dalam kandang maupun selama mengikuti sekolah hutan. Kini, Siti dan Sudin sudah mampu memanjat pohon setinggi 10-20 meter dari permukaan tanah.

Awalnya, mereka sering kali terjatuh saat sedang belajar memanjat. Namun, dengan tekad yang kuat, mereka terus berupaya untuk kembali memanjat, dan sekarang mereka telah menjadi mahir dan lincah dalam memanjat serta berpindah dari satu pohon ke pohon lain.

Dalam proses reintroduksi mereka, Siti dan Sudin telah banyak belajar tentang beragam jenis makanan hutan dari orangutan yang telah dilepasliarkan.

Mereka belajar mengonsumsi buah-buahan, daun, kambium, batang tanaman, bunga, dan serangga. Di antara berbagai jenis pakan tersebut, buah-buahan hutan merupakan makanan yang paling sering mereka nikmati, termasuk buah-buahan seperti liana, barangan, besai, mahang, dan tapus.

Orangutan, Sekolah, dan Ijazah Agar Bisa Kembali ke Hutan

Berinteraksi, belajar, dan berkembang

Ketika mengikuti program sekolah hutan di sekitar SORC, Siti dan Sudin secara aktif berinteraksi dengan orangutan lain yang telah dikembalikan ke alam bebas. Meskipun ikatan yang kuat terjalin antara Siti dan Sudin, mereka suka bermain dengan orangutan muda.

Mereka juga kerap meniru dan memperoleh pelajaran dari aktivitas induk dan anak orangutan lain yang mereka temui selama mengikuti sekolah hutan.

Pada saat ini, mereka sedang memperoleh pembelajaran membuat sarang di atas pohon. Siti telah berhasil membuat sarang dengan kualitas yang luar biasa.

Caranya adalah dengan menemukan dahan-dahan yang kokoh untuk membangun pondasi sarang, diikuti dengan melipat daun-daun dan ranting menjadi sebuah sarang yang nyaman.

Sudin memiliki kecenderungan untuk memperhatikan dengan seksama ketika Siti tengah sibuk merajut sarang. Meskipun belum memiliki keterampilan yang sama, Sudin tetap bersemangat.

Saat ini, ia berbagi sarang dengan Siti atau memanfaatkan sarang-sarang yang sebelumnya digunakan oleh orangutan lain untuk beristirahat.

Di malam hari, kandang di SORC menjadi tempat perlindungan mereka, dan staf SORC merawat mereka dengan penuh perhatian.

Saat cuaca cerah, pelatih orangutan membimbing mereka melalui program sekolah hutan. Namun, jika hujan turun, Siti dan Sudin tetap berada di kandang dan terlibat dalam sesi pengayaan perilaku yang diadakan di dalam kandang.

Ketika berada di kandang, mereka mendapatkan berbagai jenis makanan yang meliputi buah lokal, sayuran lokal, makanan dari hutan (seperti daun atau buah hutan), serta susu. Pisang dan nanas menjadi favorit mereka.

Tim dari BKSDA dan FZS Indonesia terus memantau dan mengevaluasi kemajuan Siti dan Sudin selama program reintroduksi di SORC Sungai Pengian.

Melalui evaluasi yang dilakukan, keputusan akan diambil untuk sepenuhnya melepaskan kedua anak orangutan ini kembali ke alam liar. Kami berharap Siti dan Sudin akan tumbuh sehat dan siap dilepaskan di kawasan hutan Bukit Tiga Puluh.

Orangutan Kalimantan Terancam Punah, Perlindungan Apa yang Bisa Dilakukan?

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Muhammad Fazer Mileneo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Muhammad Fazer Mileneo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini