Warga Jakarta Butuh Udara Bersih

Warga Jakarta Butuh Udara Bersih
info gambar utama

Udara di Jakarta saat ini berbeda dengan daerah lainnya di Indonesia. Langit Jakarta yang seharusnya berwarna biru, berubah seketika menjadi buram.

Data yang dirilis NAFAS pada tanggal 15 Agustus 2023 menegaskan bahwa kualitas udara Jakarta telah mencapai angka 156 dengan keterangan tidak sehat.

Hal ini tentu berdampak pada kesehatan warga Jakarta, bahkan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta mencatat bahwa terdapat sekitar 100.000 warga yang terkena Inspeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA). Asap Pabrik, PLTU dan knalpot kendaraan dinilai menjadi penyebab atas polusi udara yang terjadi di provinsi ini.

Menurut Rosyidah melalui jurnal berjudul "Polusi Udara dan Kesehatan Pernafasan”, Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) akan menjadi salah satu gangguan pernapasan selain ISPA yang akan semakin sering dijumpai di masa mendatang di Indonesia.

Bertambahnya jumlah perokok dan bertambahnya polusi udara dinilai menjadi akibat meningkatnya jumlah kendaraan bermotor dan industri.

Penyebab permasalahan polusi udara di Jakarta yaitu asap kendaraan dan pabrik, lebih tepatnya Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Umumnya PLTU menggunakan bahan bakar fosil untuk membangkitkan listrik. Salah satu bahan bakar fosil yang sering digunakan adalah batu bara.

Batu bara merupakan bahan bakar fosil paling besar di dunia, melebihi minyak bumi, tentunya proses pengambilan batu bara melalui proses penambangan dengan membabat hutan, serta proses penambangannya dapat mencemari air, tanah dan udara.

Di sisi lain, penggunaan kendaraan yang tidak ramah emisi, menimbulkan asap knalpot yang sangat tebal dapat menyumbang pencemaran udara, ditambah dengan asap pabrik yang tidak dilengkapi filter.

Asap yang keluar dari cerobong asap pabrik harus disaring dan diendapkan terlebih dahulu, tentunya alangkah baik sistem penggunaan filter asap ini harus direncanakan pada saat pembangunan pabrik. Hal ini yang biasanya kita kenal termasuk ke dalam Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).

Baca Juga: Urgensi Wujudkan Udara Bersih di Jakarta: Antara Kebijakan dan Realitas WFH

Menanggapi permasalahan ini, penggunaan energi terbarukan perlu menjadi perhatian. Menurut International Energy Fagency, energi terbarukan adalah energi yang berasal dari proses alam yang diisi secara terus menerus, terkait penyumbang polusi udara Jakarta, maka energi terbarukan yang tepat sebagai pengganti batu bara adalah bioenergi.

Bioenergi merupakan energi terbarukan yang berasal dari sumber biologis atau bahan organik yang dapat menyimpan energi, penggunaan bioenergi sudah diterapkan seperti penggunaan kotoran sapi sebagai gas alam.

Jurnal Prof. Dr. Ir. Soeprijanto, MSc dengan judul "Pembuatan Biogas dari Kotoran Sapi Menggunakan Biodigester di Desa Jumput Kabupaten Bojonegoro" menyatakan bahwa proses produksi bioenergi menghasilkan gas yang terdiri atas methana (CH4) dan karbon dioksida), dengan kata lain dikenal sebagai biogas.

Banyaknya biogas yang dihasilkan sangat bervariasi tergantung pada jumlah bahan organik yang diumpankan kedalam biodigester (bioreaktor) dan juga suhu sangat berpengaruh terhadap kecepatan proses peruraian bahan baku dan produksi biogas.

Selain boiogas, bioetanol dan panel surya juga dapat menjadi alternatif energi terbarukan. Bioetanol termasuk ke dalam golongan bahan bakar minyak (BBM) yang dihasilkan dari campuran gula tebu dan pertamax. Tentunya pemanfaatan BBM ini dapat mengurangi polusi karena mampu menurunkan karbon emisi.

Panel surya, di sisi lain mampu mengubah energi matahari berupa suhu panas, menjadi energi listrik, sehingga konsumsi PLTU dari batu bara akan berkurang, dan dapat mengurangi polusi udara yang berasal dari PLTU.

Baca Juga: Ciptakan Relevansi Informasi: IDBU 2023 Kerahkan Updating Peta Administrasi dengan WebGIS

Ruang Terbuka Hijau juga dapat menjadi solusi atas permasalahan polusi udara Jakarta dan sekitarnya. Gas Nitrogen Oksida (NO), Karbon Monoksida (CO), dan Karbon Dioksida (CO2) dikenal bersifat toksik atau racun. Maka dari itu, perlu keseimbangan berupa gas Oksigen (O2) yang didapatkan dari tanaman.

Ruang terbuka hijau juga perlu ditambahkan dengan sarana rekreasi, taman bermain, dan panggung hiburan, agar masyarakat Jakarta dan sekitarnya tidak terlalu stress.

Selain itu, eksistensi ruang ini juga berdampak positif bagi ekologi dan sistem lingkungan yang berkelanjutan. Gedung dan beton yang memenuhi sudut Ibu Kota perlu diimbangi dengan daya serap dan daya dukung lingkungan yang baik.

Penyerapan air tanah juga berdampak pada penurunan muka tanah Jakarta, sehingga air laut semakin mudah untuk memasuki perkampungan warga.

Salah satu contoh Ruang Terbuka Hijau (RTH) Jakarta yaitu Tebet Eco Park, Taman yang terletak di Tebet, Jakarta Selatan dibuka pada tanggal 23 April 2022 serta diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Tebet Eco Park juga dilengkapi dengan taman bermain anak, jembatan, dan berbagai spot berswafoto. Tentu diharapkan eksistensi RTH akan semakin banyak di DKI Jakarta demi mengurangi polusi udara.

Sumber Referensi:

Air Quality Indeks. 2023. Nafas. https://nafas.co.id/ diakses pada tanggal 15 Agustus 2023.

Rosyidah, 2018. Polusi Udara dan Kesehatan Pernafasan. Jurnal Ilmiah Teknik Industri.UM Palembang, Palembang.

Soeprijanto dkk., 2017. Pembuatan Biogas dari Kotoran Sapi Menggunakan Biodigester di Desa Jumput Kabupaten Bojonegoro. Jurnal Pengabdian Masyarakat. LPPM ITS. Surabaya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

MR
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini