Harimau Sumatra Teror Perkampungan di Bengkulu, Benarkah karena Kelaparan?

Harimau Sumatra Teror Perkampungan di Bengkulu, Benarkah karena Kelaparan?
info gambar utama

Masyarakat Desa Gajah Makmur dan UPT Desa Lubuk Talang, Kecamatan Malin Deman, Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu terkejut dengan kehadiran dua ekor harimau sumatra (Panthera Tigris Sumatrae).

Munculnya dua ekor kucing terbesar di dunia ini terlihat dari penemuan jejak telapak kaki di areal pemukiman penduduk. Kondisi ini membuat warga yang bermukim di daerah tersebut menjadi cemas dan was-was.

Lukisan Harimau dan Pergulatan Emosi Raden Saleh Melihat Alam Nusantara

Kepala Desa Gajah Makmur, Kecamatan Malin Deman, Gutomo membenarkan bahwa harimau sumatra dewasa kembali muncul dua hari terakhir di sekitar pemukiman penduduk, tak jauh dari areal perkebunan sawit.

“Dua hari ini warga menemukan jejak telapak kaki harimau di sekitar pemukiman penduduk. Kedatangan harimau ini sudah terjadi sejak 2 tahun terakhir,” kata Gutomo yang dimuat Sindonews.

Karena kelaparan?

Gutomo mencatat sejak tahun 2021 ditemukan 39 kejadian munculnya harimau di wilayahnya. Di mana sebanyak 12 ekor sapi dan 1 ekor kambing telah disantap oleh raja hutan tersebut.

Upaya penanganan konflik telah dilakukan dengan dibentuknya Tim Satgas Mitigasi Konflik. Namun jelas Gutomo, penanganan tetap membutuhkan petugas dan instansi terkait. Karena baginya penanganan konflik bukan hanya dari Tim Satgas yang telah dibentuk.

“Kami khawatir jika tidak segera disikapi nantinya akan memakan korban ternak dan masyarakat setempat,” katanya.

Mitologi Inyiak Balang, Budaya Menghormati Harimau oleh Masyarakat Minang

Ketua Kanopi Hijau Indonesia, Ali Akbar mengatakan konflik satwa di Kecamatan Malin Deman ini dilematis. Pasalnya pada satu sisi, harimau adalah hewan yang dilindungi tetapi di sisi lainnya ternak merupakan aset komunitas.

Karena itulah dirinya ingin penanganan konflik satwa liar bisa dilakukan secara optimal dengan kolaboratif, baik dari pihak yang bertanggungjawab dan masyarakat di sekitar kawasan hutan.

“Seharusnya BKSDA selalu pemangku kebijakan yang bertanggungjawab soal satwa dilindungi, dalam situasi ini seharusnya ada di lokasi untuk mengantisipasi potensi kerugian baik bagi satwa maupun ternak warga,” terangnya.

Diminta waspada

Kepala Seksi Konservasi Wilayah I BKSDA Bengkulu Said Jauhari menjelaskan daerah tersebut masuk kawasan hutan diminta tetap waspada. Salah satunya dengan memelihara hewan ternak agar menkandangkan dalam kandang.

“Kita mengajak masyarakat agar tidak melepasliarkan hewan ternak agar terhindar dari setengah harimau, dan dalam waktu dekat kita akan melakukan pengusiran hatiku yang berada di kawasan tersebut,” tandasnya.

Melihat Hubungan Saling Menghormati Antara Harimau dan Suku Kluet di Aceh

Selain itu, Dosen Kehutanan Universitas Bengkulu Gunggung Senoaji mengimbau kepala daerah, sebagai otoritas pemberi izin perkebunan atau pertambangan, dan juga sebagai pengelola wilayah untuk menerapkan konsep pembangunan berwawasan lingkungan.

“Pembangunan yang mengedepankan keseimbangan fungsi ekonomi, ekologis, dan sosial,” terangnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini