Melestarikan Kesenian Sunda melalui Pangalengan Geotourism Festival

Melestarikan Kesenian Sunda melalui Pangalengan Geotourism Festival
info gambar utama

Pangalengan Geotourism Festival merupakan kegiatan rutin yang dilakukan oleh Tim Pengabdi Wayang Windu KKN PPM UGM sejak tahun 2017. Pada tahun ini, penyelenggaraan Pangalengan Geotourism Festival 6.0 berkolaborasi dengan Tim KKNK ITB dan Panitia PHBN Desa Margamukti.

PGF 6.0 dilaksanakan pada tanggal 6 Agustus 2023 di Lapangan Desa Margamukti dengan mengusung tema ‘’Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat Pangalengan Menuju Kecamatan yang Maju dan Sejahtera’’. Kegiatan ini melibatkan seluruh masyarakat yang berasal dari 13 desa di kecamatan pangalengan dan turut dihadiri oleh Dosen Pembimbing Lapangan dari UGM dan ITB, Kepala Desa Margamukti, dan Camat Pangalengan.

Terdapat 4 kegiatan utama dalam pelaksanaan PGF 6.0 diantaranya yaitu senam massal, bazaar UMKM, cek kesehatan, dan pertunjukkan seni. Rangkaian kegiatan PGF 6.0 diawali dengan senam massal yang diikuti oleh masyarakat umum. Kemudian acara dimeriahkan dengan berbagai pertunjukkan seni yaitu tari jaipong, pencak silat, ethnic percussion, dan seni karawitan.

Baca juga: 4 dari 472 Benda Bersejarah Indonesia Dikembalikan Belanda

Seluruh talent yang tampil merupakan masyarakat yang berasal dari Desa di Kecamatan Pangalengan. Bersamaan dengan pertunjukkan seni, dilaksanakan juga pemeriksaan kesehatan gratis oleh tim mahasiswa Cluster Medika dari UGM dan ITB meliputi pengukuran antropometri dan tekanan darah, pengecekan gula darah, dan konsultasi kesehatan. Selain itu, di sayap kiri dan kanan panggung terdapat 25 stand UMKM olahan makanan yang dirintis oleh masyarakat Pangalengan.

Mungkin biasanya berbagai kesenian dinaungi oleh sebuah sanggar atau tergabung oleh komunitas seni. Namun, seni Karawitan yang tampil dalam PGF 6.0 merupakan salah satu jurusan di SMKN 5 Pangalengan.

Tahukah Kawan GNFI, SMKN 5 Pangalengan merupakan satu-satunya sekolah di Kabupaten Bandung yang memiliki jurusan peminatan Seni Karawitan? Berawal dari inisiasi dari para peminat seni dan semakin tergesernya kesenian sunda, akhirnya jurusan ini dibentuk dengan visi menjadi "Program keahlian seni Karawitan sebagai pusat informasi, pelestarian dan pengembangan kreativitas seni karawitan. Serta menyiapkan para pelaku seni (musisi) muda yang berkualitas dan berdaya saing dalam skala lokal, nasional dan global."

Baca juga: Harta Karun Budaya: Menjelajahi Ragam Pasar Terapung di Asia Tenggara

Sejalan dengan visinya, seni Karawitan ini sering dipanggil untuk tampil di berbagai acara. Jurusan ini juga menjadi salah satu jurusan yang diminati, hal ini terbukti dengan semakin meningkatnya jumlah siswa yang masuk di jurusan tersebut. Hingga tahun lalu, sudah ada 36 siswa yang mengambil peminatan seni karawitan.

Meskipun terbilang sebagai jurusan baru, namun seni karawitan ini sudah dilirik oleh komunitas internasional. Menurut penuturan Riki, salah satu staff pengajar, seni karawitan SMKN 5 Pangalengan pernah diundang untuk tampil di Festival Pelajar di Taiwan. Bagaimana Kawan GNFI, keren sekali bukan? Sayangnya, kesempatan emas itu ditunda karena adanya pandemi Covid-19.

Pertemuan singkat dengan Riki juga memberikan informasi yang membuat bangga sekaligus menimbulkan kekhawatiran akan kelestarian budaya Sunda. Beliau bercerita bahwa salah satu rekannya saat ini menjadi guru seni Karawitan di China.

Dimana seni karawitan menjadi salah satu jurusan yang diminati juga di sekolah tersebut. Tentunya ini menjadi peringatan untuk kita selaku masyarakat indonesia untuk terlibat dan ikut bergerak dalam melestarikan budaya agar kesenian Indonesia tidak diakusisi sebagai kesenian dari bangsa lain.

Dengan adanya kegiatan Pangalengan Geotourism Festival ini diharapkan dapat menjadi wadah untuk menampilkan kesenian sunda kepada masyarakat luas sehingga memupuk kembali cinta budaya dan kesenian Indonesia khususnya yang berasal dari Sunda.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini