Siswa Indonesia Boyong 5 Medali dan 2 Penghargaan di Ajang Olimpiade Astronomi IOAA 2023

Siswa Indonesia Boyong 5 Medali dan 2 Penghargaan di Ajang Olimpiade Astronomi IOAA 2023
info gambar utama

Lima siswa Indonesia meraih prestasi gemilang dalam ajang International Olympiad on Astronomy and Astrophysics (IOAA) ke-16 yang diadakan secara virtual di Chorzów, Polandia, pada rentang tanggal 10 hingga 20 Agustus 2023. Tim ini berhasil memenangkan satu medali perak, empat medali perunggu, dan dua penghargaan Best International Team yang dianggap setara dengan medali emas.

Anggota tim tersebut adalah Dzaky Rafiansyah dari SMA Semesta, yang berhasil meraih medali perak serta penghargaan Best International Team. Bryan Herdianto dari SMAS Kanisius Jakarta juga mencapai prestasi dengan meraih medali perunggu dan penghargaan Best International Team

Sementara itu, tiga siswa lainnya, yaitu Zahran Nizar Fadhlan dari SMAN 1 Padang, Ferdinand dari SMAS 1 Kristen BPK Penabur Jakarta, dan Indra Rhamadan dari SMAN 1 Manggar, Kepulauan Bangka Belitung, masing-masing berhasil memperoleh medali perunggu.

“Keberhasilan mereka meraih satu perak, empat perunggu, dan dua Best International Team merupakan suatu kebanggaan untuk Indonesia. Ada siswa asal Kepulauan Bangka Belitung dan Padang yang meraih medali, ini luar biasa sekali dan menjadi suatu pembangkit untuk daerah lainnya,” ujar Hendarman yang menjabat sebagai Pelaksana Tugas Kepala Pusat Prestasi Nasional di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek)

Hendarman juga menyampaikan para siswa yang berprestasi ini sebagian besar sudah lulus SMA dan akan melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Untuk itu, kata Hendarman, Kemendikbudristek akan mengapresiasi mereka dalam bentuk beasiswa salah satunya Beasiswa Indonesia Maju (BIM).

Tim Olimpiade Matematika Indonesia Boyong Berbagai Medali dalam IMO ke-64 di Jepang


Pada ajang IOAA ke-16 ini, lima siswa Indonesia bersaing dengan 250 peserta dari 52 negara. Selama kompetisi, seluruh peserta menempuh beberapa ronde yaitu Ronde Team Competition, Ronde Teori, Ronde Analisa Data, Ronde Observasi Lapangan, dan Ronde Observasi Planetarium. Pada Ronde Team Competition, dipilih dua tim terbaik di mana setiap timnya terdiri dari lima peserta yang berasal dari negara berbeda.

Dua penghargaan Best International Team diraih oleh Tim Astrea yaitu Dzaky Rafiansyah dari Indonesia bersama empat peserta lainnya dari Negara Swedia, Pakistan, Armenia, dan Bulgaria. Satu tim terbaik lainnya diraih oleh Tim Victoria yaitu Bryan Herdianto dari Indonesia bersama empat peserta lainnya dari Negara Yunani, Brazil, China, dan Polandia.

Salah satu siswa peraih medali perak dan Best International Team, Dzaky Rafiansyah bersyukur atas prestasi yang diraihnya. Bagi Dzaky, keikutsertaan pada kompetisi IOAA ini merupakan yang kedua kalinya. Sebelumnya, ia mengikuti kompetisi IOAA pada tahun 2022 secara daring dan bertempat di Bandung dengan raihan medali perak.

“Alhamdulillah saya tahun ini kembali mendapatkan medali perak, walaupun tujuan awalnya dapat medali emas, tapi ada tambahan sebagai Best International Team yang setara dengan emas,” ucap siswa yang akan melanjutkan pendidikan tinggi pada program studi Ilmu Komputer di Universitas Gadjah Mada.

Menurutnya, tingkatan soal pada kompetisi tahun ini lebih sulit khususnya pada ronde observasi. Keikutsertaanya pada ajang IOAA ini, kata Dzaky, telah mengantarkan dirinya menjadi seorang pembelajar yang kerja keras, mandiri, ulet, kerja pintar, dan kerja cerdas.

Senada dengan Dzaky, Indra Rhamadan yang meraih medali perunggu juga mengungkapkan kebahagiaannya bisa membawa Bangka Belitung mengharumkan nama bangsa Indonesia di kancah internasional.

“Tentunya perasaan saya pada saat ini sangat-sangat senang banget. Tidak pernah terbayangkan, saya dari Belitung bisa mewakili Indonesia yang pada awalnya orang-orang tidak percaya, orang seperti saya bisa,” ungkap Rhama yang kini mau melanjutkan kuliahnya di Teknik Sipil Universitas Indonesia.

Menurut Rhama, fasilitas dan keadaan tidak menghalanginya untuk belajar selama ada niat dan tekad untuk meraih prestasi. Melalui Astronomi, Rhama mulai belajar tentang berpikir kritis karena berkaitan dengan Matematika dan Fisika sehingga menjadi bekal utama untuk mengejar cita-citanya menjadi seorang insinyur.

“Cita-cita saya tidak terlepas dari memakmurkan bangsa Indonesia. Ingin menjadi sumber daya manusia yang produktif, karena kita tahu Indonesia akan mendapat bonus demografi sehingga menjadi Indonesia Maju,” ungkapnya.

Selama kompetisi di Polandia, tim Indonesia didampingi oleh dua Team Leader yaitu Hakim L. Malasan dan M. Ikbal Arifyanto dari Institut Teknologi Bandung (ITB). Hakim menuturkan, selama sepuluh hari di Polandia, dinamika kompetisi cukup tinggi sehingga selain diperlukan kecerdasan yang tinggi juga kondisi fisik yang harus baik.

“Begitu selesai acara pembukaan, mereka langsung berorientasi menggunakan teleskop yang di Indonesia tidak banyak digunakan. Kemudian dilanjutkan kompetisi-kompetisi. Belum lagi zona waktu di Polandia sangat berbeda dengan Indonesia, tapi alhamdulillah mereka bisa beradaptasi dengan perbedaan waktu,” jelas Hakim.

Hakim juga mengatakan negara pesaing tim dari Indonesia cukup berat. Enam negara yaitu Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Korea Selatan, Jerman, dan Polandia menjadi pesaing bagi Indonesia karena memiliki tradisi pendidikan astronomi di SMA.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Muhammad Fazer Mileneo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Muhammad Fazer Mileneo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini