Aki Padma, Sosok Empu Senjata yang menjadi Pahlawan Ciwidey

Aki Padma, Sosok Empu Senjata yang menjadi Pahlawan Ciwidey
info gambar utama

Sosoknya bukanlah orang yang terlihat jagoan, melainkan sederhana dan sangat rendah hati. Pembawaannya tenang, halus, dan santun. Orang biasa yang tidak biasa. Luar biasa kedigdayaannya paling ditakuti pemerintah Hindia-Belanda.

“… akhirnya beliau terciduk, ditangkaplah oleh Belanda. Nah ditangkap, disiksa, suruh ngaku sampe babak belur dan dipatahkan tangannya lalu kulit wajahnya dirobek. Wah intinya udah abislah, kalo orang biasa mah udah mati… Pas pulang beliau disuruh mandi sama istrinya, nah pas mandi, badannya kembali semula,” berdasar penuturan Ihsan (39 tahun), salah seorang cicit Aki Padma.

Aki Padma
info gambar

Nama Aki Padma hanya sebutan aliasnya. Siapa nama sesungguhnya tiada yang pernah tahu. Bahkan, keturunannya, cicit-cicitnya hanya mengenalnya sebagai Aki Padma. Namun, sejumlah foto dirinya dan beberapa karyanya yang berupa ajian senjata-senjata pusaka tersimpan di Museum Sri Baduga, Kota Bandung. Pemerintah Kota Bandung mengenangnya sebagai empu senjata pusaka yang hilang. Wataknya tipikal pria penyembunyi. Pria yang kurang gemar unjuk diri.

Sepeninggalnya, tiga puluh enam tahun silam, tahun 1987, makamnya berada di Kampung Lio Besi, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Sosok Aki Padma kerap digambarkan sebagai manusia mandraguna. Konon, semasa zaman pendudukan kolonial Belanda, ia pernah tertangkap dan disiksa habis-habisan. Penyiksaan didapatkannya sampai empat kali, berturut-turut, di hari yang berdekatan. Seluruh badannya babak belur. Orang biasa sudah pasti mati. Ajaibnya, Aki Padma dapat kembali pulih sedia kala tanpa cacat.

Kisahnya bak legenda si Pitung di Tanah Betawi (Jakarta) atau Sakera di Pasuruan (Jawa Timur). Pemerintah Hindia-Belanda memburunya sebagai orang buron nomor satu bermula atas kepiawaiannya dalam pembuatan senjata api. Tak terbilang banyaknya senjata api buatannya yang digunakan oleh para pejuang kemerdekaan. Senjata-senjata api bikinannya berperan penting dalam perang melawan tentara Belanda. Alhasil, dalam peperangan, tentara Belanda menghadapi lawan tangguh yang tak mudah takluk.

Komandan tentara Belanda mengetahui para pejuang kemerdekaan menggunakan senjata api. Selidik punya selidik, senjata api itu bikinan seorang inlander. Tentara Belanda mengejar keberadaannya. Asal-usul nama samaran ‘padma’ berhubungan dengan upaya pengecoh atas kejaran tentara Belanda. Pemerintah kolonial Hindia-Belanda memburunya, sampai akhirnya Aki Padma tertangkap dan dijebloskan ke dalam tahanan Banceuy, dahulu namanya Bantjeujweg, lapas yang sama dengan Ir. Soekarno ketika menentang penjajah Belanda.

bersama Ihsan (perajin senjata dan keturunan Aki Padma)
info gambar

Ihsan berkisah di rumahnya, Panyocokan, Ciwidey (07/08), "Aki Padma kelahiran Cililin pada tahun 1852, tak ada yang tahu tepat tanggalnya, bahkan Aki Padma sekalipun belum tentu mengingatnya." Kecamatan Cililin waktu itu masih berada dalam wilayah Kabupaten Bandung yang pada tahun 2007 terjadi pemekaran kabupaten sendiri bernama Kabupaten Bandung Barat. Keahlian pembuatan senjata api diperolehnya otodidak. Semenjak usia belia, Aki Padma mempunyai kegemaran memperhatikan dan mengotak-atik senjata api kepunyaan Aki Oneng, ayahnya, yang merupakan laskar pejuang kemerdekaan.

Kepiawaiannya dalam pembuatan senjata api menjadi ancaman bagi tentara Belanda. Aki Padma dianggap sebagai sosok yang membahayakan. Seorang komandan tentara Belanda memerintahkan perburuan terhadap Aki Padma. Dia lari dari tempat kelahirannya itu. Entah dimana dan kemana tujuannya, tapi yang jelas dia ingin pergi jauh dan bersembunyi.

Pelariannya terhenti di Kampung Lio Besi, Ciwidey, Kabupaten Bandung. Sebuah kampung yang dahulu masih amat rindang, sejuk, dan jauh dari keramaian juga dari para penjajah. Hanya ada beberapa keluarga saja yang menetap di sana. Selama berada dalam persembunyiannya, Aki Padma bertemu jodohnya dengan perempuan bernama Encoh, asal Desa Panyocokan.

Pernikahannya dengan Encoh, membuat Aki Padma harus pindah ke Desa Panyocokan. Di sana, Aki Padma bekerja lagi, membuat senjata. Karena ini, warga setempat yang mulanya bertani mulai tertarik untuk membuat senjata. Aki Padma tak pernah mengajarkan warganya. Ia hanya bekerja, dan mereka melihat, lalu menirunya. Waktu terus berlalu dan tanpa sadar statusnya yang masih menjadi buron juga terus berlanjut. Sampai tiba pada saat Aki Padma ditangkap.

Di lapas Banceuy, penyiksaan diterimanya bertubi-tubi. Tapi percobaan pembunuhan selalu gagal, Belanda sampai kebingungan. Penasaran melihat bakatnya, Belanda akhirnya menantang Aki Padma membuat senjata tajam mematikan. Desakan Belanda terus menerus membuat Aki Padma mau tidak mau menurutinya. Meskipun sebelumnya tak pernah membuat senjata tajam, Aki Padma berhasil membuat keris. Sejak itu, lawan menjadi kawan. Aki Padma banyak dicari para pandai besi Belanda untuk dijadikan guru dalam membuat senjata.

Lain halnya pada masa pemerintahan Jepang. Aki Padma tidak dijadikan lawan, juga tidak dijadikan kawan. Mereka justru mengeksploitasinya. Harta benda Aki Padma dikeruk habis. Dia dipaksa bekerja, tanpa alat dan bahan, tanpa upah pula. Tak ada satupun bahan yang tersisa, hanya berserakan lempengan kuningan dan baja bekas rel kereta api di sana. Tak ada pilihan lain, di usia senjanya ini, Aki Padma menjadikan tubuhnya sebagai 'alat'.

Dari betisnya, suhu panas keluar, sampai melelehkan lempengan. Lalu, lempengan itu dipipihkan menggunakan jempolnya. Tak heran, banyak sidik jari pada bilahnya ini. Proses penyepuhan dilakukan menggunakan air ludah juga air seninya, dan diketiaknya dilakukan proses tempering bilah. Tentang ini, sampai kini masih menjadi misteri bagi para pengrajin, sebab sekalipun itu pengrajin profesional, tak ada yang mampu menandinginya.

Perajin Senjata di Desa Panyocokan Ciwidey
info gambar

Perjalanan hidup dan kemampuan Aki Padma sangat berpengaruh bagi sekitarnya. Dia bukan sosok yang menggurui, tapi banyak muridnya. Bukan pula sosok yang ingin tersohor, tapi harum namanya. Bahkan, para pandai besi Belanda bertahun-tahun mencari kediaman Aki Padma, ingin berterimakasih dan memberi kenang-kenangan. Sampai pada tahun 1979, mereka bertemu, dan diberikannya sertifikat juga batu permata indah yang tak ternilai harganya. Jasanya juga tak pernah terlupakan oleh Panyocokan. Sebutannya sebagai ‘Desa Perajin Senjata Tajam dan Pusaka’ tak terlepas atas peran Aki Padma.

Tanpa Aki Padma, tak akan ada perajin-perajin hebat yang berhasil menjual karyanya ke seluruh Indonesia, bahkan ke luar negeri. Ilmunya mengalir terus hingga saat ini dan selalu dijadikan pedoman para pandai besi. Bahkan oleh seluruh Panyocokan, tindak-tanduknya yang santun, rendah hati, sabar dan rajin beribadah selalu dijadikan teladan. Tak terhitung berapa ucapan terimakasih dan doa yang diterimanya hingga saat ini.

#KabarBaikIndonesia

Informan

Ihsan Suhibul Khafi (39), salah satu Perajin asal Desa Panyocokan, Ciwidey.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

SA
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini