Bangganya Indonesia, Alfira Oktaviani: “Melestarikan Budaya Lokal, Menjaga Alam Lestari”

Bangganya Indonesia, Alfira Oktaviani: “Melestarikan Budaya Lokal, Menjaga Alam Lestari”
info gambar utama

Tung… Tung… Terdengar suara samar dari kejauhan hingga ketika sampai ke sumber bunyinya, terlihat lembaran kulit kayu dipukul oleh ibu-ibu dengan Perikai hingga menjadi material pengganti kain, dari suara itulah akhirnya dinamakan kain Lantung yang merupakan salah satu oleh-oleh khas dari Indonesia dilansir dari laman rejogja.republika.co.id.

Ya, seperti itulah gambaran ketika berada di Desa Papahan, Kota Kaur, Bengkulu Selatan, tepatnya 7 jam perjalanan dari Pusat Bengkulu. Dan tahukan Kawan GNFI bahwa pada tahun 2015 kain Lantung sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia oleh Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya Kemdikbud RI.

Pada tahun 2022, menurut wawancaranya dalam Radio Idola, Alfira Oktaviani, mompreneur yang satu ini berhasil menerima apresiasi SATU (Semangat Astra Terpadu Untuk) Indonesia Awards dari PT. Astra Internasional Tbk. karena turut memberdayakan perempuan (ibu-ibu) dan juga ikut berinovasi mengembangkan produk dari kain Lantung ini. Ia adalah pendiri dari Semilir Ecoprint yang merupakan brand lokal yang fokus pada usaha kerajinan dan pewarna alam, dengan hasil produknya adalah aksesoris dan fashion seperti dompet, tas, corporate souvenir, baju kebaya, dan lainnya.

“Nyeker” Pakai Ceker Ayam: Hirka, Brand Sepatu Kulit Ceker Ayam Pertama di Dunia

Menurutnya lagi dikutip dari wawancaranya dengan Radio Idola, ecoprint itu sendiri adalah teknik memotif kain menggunakan bunga dan daun yang ada di sekitar kita, yaitu menggunakan cetakan asli dari warna daun dengan proses pemanasan, secara teknis caranya yaitu bunga dan daun disusun diatas kain, kemudian kain digulung lalu direbus, pada tahap akhir bunga dan daun sisa proses diolah lagi menjadi pupuk.

Dikutip dari laman faridazp.info, lulusan apoteker tahun 2016 ini dahulunya sempat bekerja di apotek dan rumah sakit, kemudian setelah menikah dan hamil lalu akhirnya memilih untuk fokus mengurus keluarga sambil terus berkarya. Diawali dengan batik lalu akhirnya jatuh cinta dengan ecoprint; yang setelah dipelajari ilmunya ini ternyata memiliki hubungan dengan pelajaran saat berkuliah dulu, dan terakhir pada akhirnya juga masuk ke dalam konsep sustainability.

Seiring berjalan waktu yang dimulai dari otodidak, akhirnya berhasil dan menggerakkan ibu-ibu sekitar (kurang lebih jumlahnya 10.000) untuk ikut terlibat dalam proses produksi sampai ikut berpartisipasi menanam tanaman yang dibutuhkan untuk bahan baku ecoprint. Usaha yang dimulai sejak tahun 2018 ini tetap survive melewati badai pandemi hingga saat ini. “Nggak nyangka sebenernya.” Ujarnya dalam sesi wawancara dengan Radio Idola.

Dalam sesi wawancara dengan Radio Idola juga ia mengatakan bahwa usahanya untuk berkreasi dengan kain Lantung berawal dari sang ayah yang berasal dari Bengkulu yang membuatnya pada akhirnya sudah tidak asing dengan kain Lantung. Suatu ketika keresahannya muncul ketika ia menyadari bahwa kain ini kurang diminati karena kurangnya inovasi. Ia pun bangkit berkreasi dengan diawali berkunjung ke desa Papahan dan mempelajari proses pembuatannya.

Delegasi Indonesia di Busan International Film Festival Dapat Fasilitas dari Pemerintah

Kulit kayu diambil dari pohon sejenis Nangka atau Sukun yaitu jenis yang memiliki getah dengan lebar 10-20 meter, kemudian dipukul dengan Perikai hingga pipih melebar 1-2 meter. Dan tahukan Kawan GNFI bahwa pada jaman penjajahan Jepang dahulu, kain Lantung digunakan sebagai bahan pengganti tekstil oleh orang Indonesia dikutip dari wawancaranya di kanal Youtube Polaris Studio. Wah ternyata kain Lantung ini memiliki sejarah panjang untuk bangsa Indonesia, tidak salah Alfira Oktaviani akhirnya tergerak untuk berinovasi dengan menggunakannya sebagai salah satu produk ecoprint yang dikreasikan juga dengan menggunakan pewarna alami.

Dengan pencapaiannya ini, tentu masih ada mimpi yang ingin dicapainya ke depan. Ia ingin lebih memperkenalkan kain Lantung dengan motif ecoprint khas Semilir secara lebih luas lagi yaitu keluar dari Indonesia. Ia menyadari bahwa kita sebagai negara Indonesia masih mempunyai keragaman budaya yang perlu diperkenalkan dan tentu saja juga menjadi suatu warisan budaya yang mempunyai nilai atau value yang tinggi dan besar harapannya dalam wawancaranya dengan Radio Idola, juga pada akhirnya kain Lantung ini dapat diakui oleh UNESCO.

#kabarbaiksatuindonesia

Sumber:

https://www.radioidola.com/2023/mengenal-alfira-oktaviani-founder-semilir-ecoprint-yogyakarta/

https://rejogja.republika.co.id/berita/rnalq7291/semilir-promosikan-keberlanjutan-warisan-budaya-kain-lantung-dari-pelosok-hutan

https://www.faridazp.info/2023/08/alfira-oktaviani.html

https://www.youtube.com/watch?v=mJdB80S5h08

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AP
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini