Mengenal Legomoro, Jajanan Sarat Filosofi Asal Kotagede

Mengenal Legomoro, Jajanan Sarat Filosofi Asal Kotagede
info gambar utama

Kotagede yang menjadi bekas pusat kerajaan Mataram Islam dikenal dengan berbagai keunikan, baik mengenai arsitektur bangunan, kerajinan, hingga kuliner yang sarat akan filosofi. Salah satu kuliner legendaris tersebut adalah legomoro yang berasal dari kata 'lego' dan 'moro'.

Lego dalam Bahasa Jawa berarti' lega', sedangkan moro berarti 'datang'. Jika digabungkan, legomoro dapat diartikan sebagai kedatangan yang memberikan kelegaan hati.

Konon, legomoro ini merupakan salah satu hantaran wajib yang dibawa oleh mempelai pria untuk diberikan kepada mempelai wanita. Maknanya, kedatangan mempelai pria untuk meminang mempelai wanita berasal kelegaan dan keikhlasan hati.

Ikhlas atau lapang dalam meminang,” ujar Ibu Sarjimah, seorang pembuat legomoro asal Purbayan, Kotagede sejak tahun 1970-an tersebut.

Selain sebagai hantaran pernikahan, legomoro juga sering disajikan pada perayaan Hari Raya Idul Fitri yang identik dengan acara sungkeman. Dengan adanya sajian legomoro, diharapkan dua belah pihak menjadi lega hatinya karena telah saling memaafkan.

Namun jangan khawatir jika ingin mencicipi, sebab saat ini legomoro tidak lagi dibuat ketika momen-momen tertentu saja. Saat ini legomoro sudah dijual bebas, meskipun penjualnya dapat dihitung dengan jari.

Salah satunya dapat didapatkan di Pasar Legi Kotagede yang dijual dengan Rp3 ribu hingga Rp3.500 saja per bijinya. Dalam satu ikat biasanya terdapat tiga hingga empat buah legomoro dan dibandrol dengan harga Rp12 ribu setiap ikatnya.

Baca juga: InJourney Ajak Kolaborasi Sukseskan Kembali Kejuaraan MotoGP Mandalika

Kudapan ini sebenarnya hampir sama dengan lemper, tetapi yang membedakan adalah proses pembuatan yang memakan waktu lebih lama. Perbandingannya, dalam membuat satu legomoro, bisa menghasilkan sekitar dua hingga tiga lemper. Kunci kelezatan legomoro sendiri terdiri dari pemilihan bahan yang berkualitas baik daging ayam, santan, maupun ketannya.

Selain itu, proses memasaknya juga harus tanak atau benar-benar matang. Jika dimasak dengan proses yang tepat, legomoro dapat bertahan selama dua hari,” lanjut Ibu Sarjimah.

Setelah ketan dan isian dimasak bersamaan, maka proses pembuatan akan dilanjutkan dengan mengukus dan membungkus. Proses membungkus inilah yang juga membedakan legomoro dengan lemper.

Jika lemper dibungkus seperti lontong yang kemudian disemat lidi, legomoro diikat dengan tali bambu yang sering disebut sebagai tutus. Pada umumnya, legomoro dibungkus dengan dua rangkap daun, lalu diikat dengan dua hingga empat tutus. Filosofinya, Legomoro akan menjadi perekat antar dua pasangan maupun antar dua keluarga besar.

Inilah salah satu keunikan legomoro yang sarat akan filosofi, sehingga pada Bulan Mei 2023, jajanan ini ditetapkan sebagai salah satu Warisan Budaya Tak Benda dari yogjakarta bersama lima kuliner lainnya, seperti jadah manten yang juga merupakan sajian khas saat pesta pernikahan berlangsung.

Baca juga: Liburan Terjangkau: 10 Megahubs dengan Tarif Rendah di Seluruh Dunia

Dalam acara penyerahan sertifikat yang dilaksanakan di Gedhong Pracimasana Kepatihan ini, Sri Sultan HB X menyatakan jika piagam tersebut bukan hanya sekedar pengakuan formal atas pentingnya Warisan Budaya Tak Benda, tetapi lebih kepada komitmen seluruh masyarakat, terutama generasi muda untuk terus melestarikan legomoro tersebut. Tidak hanya menguasai dalam proses pembuatan, membeli dan mengkonsumsi juga termasuk cara-cara untuk melestarikan legomoro dan kuliner khas lainnya.

Makanan bercita rasa gurih ini sering dicari oleh penikmat kuliner. Jika tertarik, datang saja ke Pasar Legi Kotagede pada pagi hari. Legomoro dapat ditemukan di los khusus jajanan tradisional.

Tidak hanya legomoro, disini kita juga dapat menemukan berbagai kuliner khas seperti kipo, yangko, sangga buwana, kembang waru, dan lain sebagainya. Selamat mencoba.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

EW
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini