Sisingaan Subang: Seni Pertunjukan yang Menggambarkan Identitas Subang, Indonesia

Sisingaan Subang: Seni Pertunjukan yang Menggambarkan Identitas Subang, Indonesia
info gambar utama

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbung untuk Melambung

Sisingaan Subang: Seni Pertunjukan yang Menggambarkan Identitas Subang, Indonesia

Sisingaan adalah sebuah seni pertunjukan tradisional yang berakar dan berkembang di wilayah Kabupaten Subang. Kesenian Sisingaan ini telah menjadi ikon Kabupaten Subang, dan telah membanggakan dan mempopulerkan nama Kabupaten Subang, baik di dalam negeri maupun di tingkat internasional.

Nama "Sisingaan" diambil dari alat utama dalam kesenian ini, yaitu "sisingaan," sebuah objek yang dibentuk menyerupai seekor singa. Kata "sisingaan" sendiri adalah istilah bahasa Sunda yang dibentuk dari kata dasar "singa" dengan awalan "si" dan akhiran "an." Dalam bahasa Sunda, pembentukan istilah dengan mengulang suku kata awal dari kata dasar dan ditambah akhiran "an" mengindikasikan arti "menyerupai." Contohnya adalah "me-meja-an," "bu-buku-an," "a-anjing-an," "ma-manuk-an," "ku-kuda-an," dan "si-singa-an," yang semuanya mengacu pada bentuk yang menyerupai, bukan yang sebenarnya. Dengan demikian, dalam kesenian Sisingaan, alat utamanya bukanlah singa yang sebenarnya, melainkan replika singa yang terbuat dari kayu.

Kesenian ini juga dikenal dengan berbagai sebutan seperti Gotong Singa, Kuda Ungkleuk, Singa Ungkleuk, Odong-odong, Singa Depok, Pergosi, dan Sisingaan. Nama-nama ini merujuk pada elemen-elemen yang mencolok dalam penampilan kesenian tersebut. Untuk mencapai kesepakatan mengenai nama yang tepat untuk kesenian ini, sebuah seminar diadakan pada tahun 1989 di Kota Subang dengan tujuan mencari kesepakatan dan pembakuan nama untuk kesenian ini. Hasil seminar tersebut menetapkan nama resmi untuk seni pertunjukan ini, yaitu Kesenian Sisingaan.

Melihat Arsitektur Jembatan Siak Riau yang Diklaim Kuat Selama 100 Tahun

Asal Usul Kesenian Sisingaan

Tentang asal-usul Kesenian Sisingaan, ada beberapa pandangan yang berbeda. Salah satu pandangan menyatakan bahwa kelahiran kesenian Sisingaan terkait erat dengan situasi sosial dan politik pada masa penjajahan, terutama ketika wilayah Subang diduduki oleh pemerintah kolonial Belanda dan Inggris. Selama masa penjajahan, wilayah Subang menjadi perkebunan yang dikelola oleh para penguasa tanah, termasuk Belanda dan Inggris.

Menurut seorang ahli seni, Edih AS, kesenian Sisingaan mulai muncul pada tahun 1857 dan pendiriannya dapat ditelusuri hingga ke seorang tokoh bernama Demang Mas Tanudireja. Pandangan ini didasarkan pada penelitian yang mencermati sejarah Kademangan Ciherang, yang dianggap sebagai asal daerah kesenian Sisingaan. Demang Mas Tanudireja diangkat menjadi pemimpin kademangan pada tahun 1857, dan ini dianggap sebagai titik awal dari eksistensi kesenian Sisingaan.

Namun, pandangan lain mencoba melacak asal-usul Sisingaan melalui rekonstruksi sejarah penguasaan Subang oleh pihak swasta asing (Inggris dan Belanda). Dalam pandangan ini, Sisingaan lahir di bawah pengaruh kehidupan ekonomi yang berkembang pesat di daerah perkebunan, terutama pada masa penguasaan keluarga Hoffland. Kehidupan masyarakat yang semakin membaik pada masa ini diyakini menjadi konteks lahirnya seni pertunjukan yang berfokus pada ekspresi kegembiraan dan syukur.

Ada pula pandangan lain yang berpendapat bahwa Sisingaan berasal dari tradisi prasejarah yang berhubungan dengan pertanian dan pemujaan terhadap alam serta leluhur. Masyarakat Subang diyakini telah memiliki tradisi yang berhubungan dengan upacara kesuburan dan keselamatan sebelum agama-agama besar masuk. Tradisi ini melibatkan penggunaan replika hewan sebagai simbolisme upacara.

Mahasiswa IPB Ciptakan Program Penguatan Life Skills dan Social Awareness bagi Anak Autis

Jalannya Pertunjukan

Pertunjukan Sisingaan memiliki beragam varian tergantung pada konteksnya. Saat Sisingaan ditampilkan dalam upacara khitanan anak, pertunjukan dimulai dengan persiapan sehari sebelumnya. Anak yang akan dikhitan dimandikan dengan bunga dan dihias oleh seorang perias pengantin khitan. Keesokan harinya, anak tersebut dirias dengan kostum yang menyerupai tokoh Gatotkaca. Demikian pula dengan anak yang akan mendampinginya, yang dirias sebagai Arjuna.

Pertunjukan dimulai dengan penggotong Sisingaan yang telah bersiap di luar rumah. Mereka membawa sisingaan dan memainkan alat musik gamelan tradisional, menciptakan suasana magis yang memukau. Gerakan para penari penggotong Sisingaan sangat terkoordinasi dan seragam, menciptakan tarian yang menawan. Formasi dan gerakan mereka diatur oleh seorang pemimpin yang memberikan aba-aba.

Ketika anak yang akan dikhitan telah dirias, mereka dinaikkan ke atas Sisingaan. Kemudian penggotong Sisingaan memulai pertunjukan dengan berbagai gerakan tarian yang dinamis, yang mencakup gerakan kuda, jurus, akrobatik, dan banyak gerakan lainnya. Mereka juga melakukan atraksi akrobatik seperti putar katak, gendong singa, dan lainnya.

Penutup

Kesenian Sisingaan adalah warisan budaya yang kaya dan menarik dari Kabupaten Subang. Kesenian ini tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga mencerminkan sejarah, tradisi, dan nilai budaya masyarakat Subang. Dengan beragam pandangan mengenai asal usulnya, Sisingaan tetap menjadi salah satu keajaiban budaya Indonesia yang patut dijelajahi dan dipelajari oleh para pecinta seni dan budaya.

Referensi: kebudayaan.kemdikbud.go.id | subang.go.id

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

OS
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini