Pemuda Kreatif Bangsa: Nurman Farieka, Pengusaha Pertama Sepatu Kulit Ceker Ayam

Pemuda Kreatif Bangsa: Nurman Farieka, Pengusaha Pertama Sepatu Kulit Ceker Ayam
info gambar utama

Tahukah kawan bahwa zaman kian berjalan dengan pesatnya, begitu pula dengan industri fashion yang semakin membanjiri jagat. Apalagi dengan maraknya fast fashion yang selalu berusaha mengambil hati para konsumen yang menciptakan ideologi konsumerisme semakin mendarah daging. Menurut Herbert Marcuse bahwa konsumerisme telah menimbulkan pseudo effect pada konsumen sehingga mendorong kita kepada kebutuhan yang palsu. Dan pada akhirnya menciptakan masyarakat yang kapitalisme karena gengsi dan tuntutan zaman. Tidak sedikit juga dari fast fashion yang memberikan dampak buruk bagi kita dan lingkungan kita.

fast fashion
info gambar

Namun apakah kawan GNFI sudah mengetahui bahwa terdapat sosok kreatif nan inovatif yang telah mewujudkan karya baru dibidang fashion, yakni Nurman Farieka Ramdhany. Nurman merupakan pemuda yang berasal dari Kota Bandung yang telah menciptakan terobosan baru di bidang fashion, tepatnya di bidang alas kaki. Terobosan yang dilakukannya telah memberikan kita semua sebuah jendela pengetahuan baru, dengan bahan baku yang sangat sering diremehkan oleh masyarakat awam layaknya sesuatu yang tidak memiliki nilai dan harga. Namun menurut kacamatanya memandang bahwa kulit ceker ayam sebagai sesuatu unik yang jika diolah bisa menciptakan sebuah karya cantik nan elegan. Dan menciptakan urutan sepatu kulit yang sangat digandrungi oleh sebagian masyarakat karena nilai estetikanya dari uliran-uliran motif kulit tersebut.

Virtual Tour: Pengalaman Menjelajahi Dunia di Era Digital

Begitu banyak sepatu kulit yang telah diciptakan oleh para pengrajin sepatu, namun sayangnya karena hal tersebut menjadikan satwa kita terancam punah dikarenakan biasanya kulit-kulit yang digunakan itu dari satwa-satwa yang cukup langka dan dilindungi. Dari kejadian tersebut Nurman terinspirasi karena melihat limbah kulit ceker ayam hanya teronggok yang pada akhirnya akan terbuang begitu saja. Siapa sangka bahwa hanya dengan limbah kulit ceker ayam bisa disulap menjadi sebuah karya yang mempunyai nilai yang tinggi. Nurman menekuni karirnya sejak tahun 2015, ia menamai usahanya dengan nama “Hirka”. Katanya “Hirka” ini berasal dari bahasa Turki, kawan. Yang berarti disukai, dicintai, digemari. Dia bermimpi bahwa suatu saat nanti karya yang diciptakan dapat diterima dan digemari oleh masyarakat luas.

Karyanya ini sudah terkenal hingga mancanegara, mengingat bahwa ceker ayam merupakan sesuatu yang tidak terlalu dilirik apalagi oleh masyarakat luar negri menjadikannya sebuah nilai plus atas keunikannya. Bermula dari riset, lalu mencoba melakukan penyamakan terhadap kulit ceker agar bisa menghasilkan warna yang menarik ketika diwarnai. Semakin bertambahnya waktu Hirka mulai memperluas jaringannya dengan memasarkan dan memamerkan karyanya dari event ke event. Hingga akhirnya sepatu dengan bahan dasar kulit ceker ayam mampu bersaing di pangsa global.

ayam
info gambar

Jika diamati juga bahwasanya kulit ceker ayam ini mempunyai kemiripan dengan kulit buaya dan bahkan kulit hewan lain yang biasanya dimanfaatkan untuk pembuatan sepatu kulit. Ia menjadikan kulit ayam sebagai sebuah sarana alternatif sebagai bentuk penjagaan juga terhadap kelestarian satwa Indonesia. Dengan begitu ia tetap bisa berkarya menggunakan bahan baku yang cukup tersingkirkan sembari menjaga kelestarian ekosistem. Dan jika diamati, secara tidak langsung juga ia telah turut andil dalam proses memberdayakan para pengrajin sepatu. Singkatnya juga ia membantu perekonomian para pedagang ayam potong dan ikut mengurangi limbah ceker ayam, mengingat juga karena konsumen ceker ayam tidak sebanding dengan ceker yang dihasilkan dari bagian pemotongan ayam.

Mahasiswa KKN Undip Produksi Booklet Cegah Stunting Sejak Dini dengan DKV

Meskipun Nurman mengalami jatuh bangkit dalam dunia persaingan pasar, ia tetap berusaha memanfaatkan kesempatan dengan baik. Apalagi indonesia sempat terkena pandemi Covid-19 yang hampir mematikan seluruh ekonomi global, Nurman tetap berusaha memutar strategi marketing yang telah ada, misalnya dengan memasarkan karyanya di platform online marketing seperti toko oren dan toko hijau. Hingga akhirnya ia mendapatkan hasil yang cukup memuaskan karena keuletannya menjalankan bisnisnya.

Sumber:

Konsumerisme Masyarakat Kontemporer Menurut Herbert Marcuse

Penyulam Sepatu Kulit Kaki Ayam – SATU Indonesia Awards

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

NW
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini