Rejungan: Melukis Perjalanan Hidup dengan Kata-kata dan Gitar Tunggal di Tanah Besemah

Rejungan: Melukis Perjalanan Hidup dengan Kata-kata dan Gitar Tunggal di Tanah Besemah
info gambar utama

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbung

Di ujung barat daya Sumatera Selatan terletak sebuah kota indah yang dikenal sebagai Pagar Alam. Kota ini indah karena alamnya menakjubkan dan juga karena kekayaan budaya melekat dalam tradisi yang disebut sebagai "rejungan." Rejungan adalah seni sastra lisan yang mengisahkan syair dan untaian kesedihan, perjalanan hidup, serta penyesalan. Rejungan adalah seni lisan yang menggabungkan unsur-unsur sastra dengan musik gitar tunggal menciptakan pengalaman budaya yang mendalam.

Jejak Sejarah Rejungan

Rejungan berasal dari suku Besemah, salah satu suku di Sumatera Selatan khususnya di wilayah Kabupaten Lahat dan Kota Pagar Alam. Kata "rejungan" berasal dari bahasa daerah "gurit" yang berarti cerita atau kisah dan "guritan" yang berarti pembawa cerita atau pawang. Guritan adalah kesenian tradisional yang menghubungkan budaya dengan upacara religi. Menurut Warisan Budaya Takbenda (WBTB) Indonesia tradisi penyampaian guritan dimulai pada malam pertama jenazah dikuburkan dan berlanjut hingga malam ketiga atau bahkan malam ketujuh. Guritan juga ditampilkan dalam berbagai upacara seperti perayaan panen dan kenduri.

8 Jenama Indonesia Sambangi Korsel di Road to JMFW 2024

Pesan Moral dalam Rejungan

Salah satu hal yang membuat rejungan begitu istimewa adalah pesan moral yang terkandung dalam petikan guritan. Melalui irama kata-kata yang jenaka namun penuh makna, para pemain rejungan mengajarkan nilai-nilai positif seperti kebaikan, tolong-menolong, dan perasaan empati. Pengalaman mendengarkan rejungan pada momen-momen khusus seperti pernikahan atau acara kegiatan perayaan Kota Pagar Alam adalah pengalaman yang mendalam dan berkesan bagi masyarakat lokal.

Dalam setiap guritan, penyair menjalani perjalanan emosional yang dalam dengan mengungkapkan penyesalan dan kesedihan melalui kata-kata yang indah serta musik gitar tunggal yang mengiringi dengan nada yang membawa semua suasana. Meskipun tema yang diungkapkan sering kali berat, ada keindahan dalam cara penyair membawa pendengar melalui perasaan-perasaan ini. Rejungan adalah cara unik untuk mengungkapkan perasaan sulit dalam bentuk seni luar biasa. Ketika nada gitar mengalun dan kata-kata dinyanyikan bergabung, suasana di sekelilingnya terasa ajaib. Penonton merasa terhubung dengan penyair dan emosi yang mereka ungkapkan.

Pesan-pesan yang disampaikan dalam guritan sering kali mengandung bimbingan moral penting. Rejungan mengajarkan tentang pentingnya kebaikan dan tolong-menolong dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini mencerminkan nilai-nilai budaya dan tradisi masyarakat Pagar Alam yang kaya. Dalam budaya ini pesan moral penting untuk menjaga hubungan baik dengan sesama dan saling membantu dalam masa sulit.

Pengalaman mendengarkan rejungan memungkinkan penonton untuk merenung tentang perasaan dan pengalaman yang dialami dalam hidup. Tema-tema seperti penyesalan dan perjalanan hidup merupakan bagian universal dari pengalaman manusia sehingga melalui rejungan, penonton dapat merenungi tentang bagaimana menghadapi kehidupan yang penuh makna ini. Dalam setiap guritan, terdapat kebijaksanaan yang disampaikan dan ini dapat menjadi sumber inspirasi bagi semua pendengar.

Rejungan bukan hanya seni sastra lisan biasa melainkan bentuk seni yang merangkul emosi dan pengalaman manusia. Ketika kita mendengarkan petikan-petikan guritan dan merenung tentang maknanya, maka masyarakat akan terhubung dengan warisan budaya yang kaya dengan perasaan mendalam. Hal ini adalah salah satu alasan mengapa rejungan menjadi budaya Pagar Alam yang sangat berharga dan perlu dilestarikan.

Produk Fesyen Modest RI Cetak Transaksi Rp29,44 Miliar di Korea Selatan

Rejungan untuk Masa Depan

Seiring berjalannya waktu seni rejungan menghadapi tantangan dalam menjaga kelangsungannya. Generasi muda lebih sering terpaku pada hiburan modern dan tradisi ini berisiko menghilang jika tidak dijaga dan dilestarikan dengan baik. Namun, ada upaya dari berbagai pihak untuk mempromosikan seni ini dan menjaga budaya rejungan tetap hidup.

Masyarakat Pagar Alam berusaha untuk mengenalkan rejungan kepada generasi muda baik melalui sekolah-sekolah maupun berbagai acara budaya. Dengan upaya bersama masyarakat Pagar Alam berharap rejungan akan terus menjadi bagian penting dari budaya dan warisan berharga Indonesia.

Sebagai warisan budaya yang kaya dan berharga, menjaga dan mempromosikan rejungan adalah tanggung jawab kita bersama. Dengan upaya bersama, masyarakat dapat memastikan bahwa generasi mendatang akan tetap memiliki kesempatan untuk merasakan pesona rejungan dan memahami makna yang terkandung dalam tradisi budaya berharga ini.

Dengan mengenalkan rejungan kepada dunia, kita berharap bahwa kekayaan budaya ini akan terus mekar dan menjadi inspirasi bagi generasi mendatang.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

WH
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini