Kisah Situ Lengkong yang Konon Sumber Airnya Berasal dari Zamzam

Kisah Situ Lengkong yang Konon Sumber Airnya Berasal dari Zamzam
info gambar utama

Pada perjalanan sejarah Kerajaan Galuh terdapat hal menarik dengan keberadaan Kerajaan Soko Galuh Panjalu. Dalam Babad Panjalu antara lain disebutkan, kerajaan yang terakhir ini adalah kerajaan Islam pertama di Tatar Galuh dengan rajanya Borosngora.

Pusat kerajaan tersebut berada di Nusalarang, tempat yang merupakan bukit kecil di tengah Situ Lengkong. Keadaannya mirip dengan miniatur Pulau Samosir di tengah Danau Toba, Sumatra Utara.

10 Danau Terluas di Indonesia

Tetapi bila Danau Toba tercipta dari kaldera gunung api purba, tidak demikian halnya dengan Nusalarang. Kisah terbentuknya Situ Lengkong yang mengelilingi Nusalarang konon ada hubungannya dengan air suci zamzam.

“Perairan ini berawal dari segayung air zamzam yang dibawa oleh Prabu Borosngora dari Tanah Suci Mekkah,” papar Her Suganda dalam Kerajaan Galuh: Legenda, Takhta, dan Wanita.

Mencari kebijaksanaan

Prabu Borosngora sebelum menjadi seorang raja mendapatkan perintah dari ayahnya Prabu Cakradewa untuk mencari ilmu. Dirinya kemudian melakukan perjalanan, saking jauhnya dia tidak menyadari bahwa telah berada di negeri asing, tempat itu adalah Mekah.

“Di sana dia bertemu dengan seseorang yang sudah lanjut usia yang sedang berjalan seorang diri dengan tangan memegang tongkat. Sambil berjalan berdampingan. Borosngora mengemukakan niatnya mencari ilmu yang sesuai dengan amanat ayahnya,” ucapnya.

Keindahan Danau Ranau dan Sebuah Bukti Hasil Pelestarian Alam Masyarakat

Kakek itu kemudian meminta agar Borosngora mengangkat tongkatnya yang ditaruh di tempat tertentu. Tetapi dengan segala kekuatan, Borosngora tidak mampu. Borosngora sudah putus asa, kekek itu hanya mengucap bismillah langsung bisa terangkat.

Melihat kehebatan dari kakek itu, Borosngora kemudian meminta agar bisa diangkat sebagai murid. Borosngora kemudian juga mempelajari agama yang dianut oleh kakek itu, yaitu Agama Islam.

“Sebagai syarat utama diterima menjadi muridnya, Borosngora harus lebih dulu mengucapkan syahadat, pernyataan bahwa dia memeluk agama Islam,” paparnya.

Bawa air zamzam

Setelah menuntut ilmu dan menunaikan ibadah haji di Tanah Suci, Borosngora kembali ke negeri asalnya dengan dibekali sebuah cis (tongkat), pedang yang pada kedua permukaan bilahnya terdapat tulisan Arab, seperangkat pakaian, dan air zamzam.

“Kecuali gayung berlubang-lubang, benda-benda lainnya hingga kini masih tersimpan di Museum Bumi Alit bersama dengan benda-benda pusaka lainnya,” paparnya.

Air zamzam yang dibawa dari Mekkah kemudian ditumpahkan di sebuah lembah yang dinamakan Legok Jambu. Sejak itu, lembah tersebut membentuk menjadi perairan atau situ. Di tengah situ terdapat bukit, di mana dibangun Keraton Soko Galuh Panjalu.

Pesona Danau Ranau, Danau Kedua Terbesar di Sumatra Setelah Danau Toba

Situ Lengkong kini menjadi objek wisata yang menarik banyak dikunjungi wisatawan lokal, baik pada hari Minggu maupun pada hari libur. Umumnya berasal dari kota-kota sekitar seperti Ciamis, Tasikmalaya, dan Bandung.

Kunjungan wisatawan ke Situ Lengkong mencapai puncaknya saat diselenggarakan upacara nyangku. Upacara tersebut secara tetap diselenggarakan pada hari Senin atau Kamis terakhir bulan Maulud (Rabiul Awal).

“Prosesi upacara biasanya dilanjutkan dengan membawa benda-benda pusaka ke Nusalarang. Lalu kembali ke balai desa untuk dibersihkan. Menjelang tengah hari, benda-benda pusaka itu disimpan kembali di tempat asalnya,” jelasnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini