Mengunjungi Museum Kebangkitan Nasional: Dari STOVIA, Boedi Oetomo, hingga Gedung Eks KNIL

Mengunjungi Museum Kebangkitan Nasional: Dari STOVIA, Boedi Oetomo, hingga Gedung Eks KNIL
info gambar utama

Bisa dikatakan jika Batavia adalah pusat pergerakan nasional. Kota yang kelak bernama Jakarta ini punya cerita yang panjang dengan berbagai peristiwa yang terjadi di dalamnya.

Dinamika tokoh-tokoh masyarakat di kota ini pun tak bisa dibilang remeh, mengingat perannya jadi salah satu yang cukup besar hingga kita bisa merdeka. Figur penting dalam sejarah pun tak bisa dilepaskan dari kota ini dengan latar belakang mereka yang berasal dari berbagai daerah.

Saksi bisu dari peristiwa ini pun masih bisa kita lihat sampai dengan sekarang. Salah satunya adalah Museum Kebangkitan Nasional yang terletak di bilangan Senen, Jakarta Pusat. Tepatnya di Jl. Abdul Rahman Saleh.

Museum ini telah melewati berbagai masa dan peristiwa penting dalam garis waktu di era menuju kemerdekaan hingga pasca kemerdekaan. Lalu, sebenarnya bagaimana riwayat dari gedung yang satu ini?

Serba-Serbi Menyambut Perayaan Pekan Kebudayaan Nasional 2023

Sekolah dokter untuk pribumi

Museum Kebangkitan Nasional | Dok. pameranmuskitnas.com
info gambar

Sebagian orang mungkin sudah familiar dengan organisasi bernama “Boedi Oetomo”. Tetapi, apakah masih ingat atau sudah tahu kalau gedung yang dipakai tersebut adalah Gedung STOVIA?

Sebelum kita melangkah ke bagaimana perjalanan gedung ini sebagai saksi sejarah, mungkin perlu untuk mengetahui bagaimana latar belakang pendirian gedung dengan gaya arsitektur neo renaissance ini.

Mulai dibangun pada 1899 oleh tentara Zeni Angkatan Darat, gedung ini memang diperuntukkan sebagai bangunan yang diharapkan dapat mencetak dokter-dokter hebat.

Gedung pun selesai pada 1902 dan diberi nama School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) atau Sekolah Dokter Jawa.

Sesuai dengan namanya, sekolah dokter ini memang diperuntukkan untuk para pribumi yang memang ingin mendalami pendidikan kedokteran.

Dari lembaga pendidikan dokter ini, berbagai tokoh besar juga berproses di dalam STOVIA. Sebut saja R. Sutomo, Tjipto Mangoenkoesomo, hingga Ki Hadjar Dewantara.

Aktivitas akademik terus berjalan selama bertahun-tahun, hingga akhirnya karena perkembangannya yang semakin besar, perlahan kegiatan STOVIA mulai dipindahkan ke Salemba, yang mana kini digunakan sebagai gedung Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Pasca STOVIA pindah sepenuhnya, gedung ini pun berubah menjadi sekolah MULO (SMP) dan AMS (SMA).

Kilas Balik PKN: Bermula dari Kongres Kebudayaan Nasional, Berlanjut Hingga Kini

Kelahiran Boedi Oetomo

Museum Kebangkitan Nasional | Dok. pameranmuskitnas.com
info gambar

Pemantik awal dari pergerakan nasional pun muncul dari STOVIA ini dengan terbentuknya organisasi Boedi Oetomo, organisasi pelajar yang didirikan oleh dr. Sutomo dan para mahasiswa STOVIA adalah Boedi Oetomo, berdiri di Jakarta pada 20 Mei 1908.

Organisasi ini memiliki fokus sosial, ekonomi, dan kebudayaan, tanpa campur tangan politik. Berkat peran dr. Wahidin Sudirohusodo, alumni STOVIA, ide-ide cerdasnya diajukan kepada dr. Sutomo dan Suraji, menginspirasi berdirinya "Perkumpulan Boedi Oetomo."

Meskipun tidak terlibat langsung dalam politik, semangat anggotanya mendorong perubahan, memimpin perjuangan diplomatis melawan penjajahan kolonialisme.

Inisiatif ini menciptakan organisasi-organisasi politik seperti Sarekat Islam, Perhimpunan Indonesia, Indische Partij, dan Muhammadiyah.

Gedung STOVIA sebagai tempat terbentuknya Boedi Oetomo pun menjadi ruang monumental sebagai lambang pergerakan nasional, memandu perubahan dari perjuangan fisik ke diplomasi, dari kedaerahan menjadi nasional.

Tak hanya itu, Gedung STOVIA juga turut melahirkan organisasi-organisasi pergerakan kebangsaan seperti Trikoro Dharmo (Jong Java), Jong Minahasa, dan Jong Ambon.

Memahami Konsep ‘Lumbung’ Sebagai Filosofi Pekan Kebudayaan Nasional 2023

Era kedatangan Jepang dan pasca kemerdekaan

Setelah dialihfungsikan sebagai MULO dan AMS sampai dengan tahun 1942, Jepang pun mulai datang ke Indonesia. Jepang pun mulai mengambil alih penggunaan gedung ini.

Gedung Kebangkitan Nasional dipergunakan sebagai tempat penahanan eks-tentara Belanda oleh Jepang hingga tahun 1945. Dari tahun 1945 hingga 1973, gedung ini dihuni oleh eks-tentara Koninklijk Nederlands Indische Leger (KNIL) Batalyon V.

Pada tanggal 27 September 1982, pengelolaan gedung ini diserahkan oleh Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

Keberartian sejarah gedung ini diakui pada tahun 1983 melalui penetapan sebagai Cagar Budaya yang dilindungi oleh Monumenten Ordonantie, Staatsblad Tahun 1931 Nomor 238 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia lewat Surat Keputusan No. 0578/U/1983.

Satu tahun berikutnya, pada tahun 1984, gedung ini resmi dijadikan Museum Kebangkitan Nasional.

Tradisi Tortor dan Kultur Orang Batak dalam Melestarikan Lingkungan

Museum bersejarah yang menjadi “Ruang Tamu” PKN 2023

Museum Kebangkitan Nasional | Dok. pameranmuskitnas.com
info gambar

Bagi yang hendak memahami bagaimana sejarah pergerakan nasional di Indonesia, museum ini jadi pilihan yang tempat sebagai tujuan Kawan GNFI. Tidak hanya sekedar bangunan bersejarah, tentunya ada berbagai koleksi dan hal-hal edukatif yang dapat menambah wawasan.

Di dalam kompleks gedung ini, di sisi timur terdapat pintu gerbang dengan empat lokal terbuka di sebelah kiri dan kanan yang dulunya digunakan sebagai ruang kelas.

Bangunan di sisi selatan, utara, dan barat dulu berfungsi sebagai asrama pelajar STOVIA. Di halaman tengah, terdapat empat bangunan yang digunakan sebagai laboratorium (ruang praktik), ruang rekreasi, ruang kantin, dan ruang olahraga.

Saat mengunjungi museum ini, pengunjung dapat melihat berbagai koleksi yang mencakup 2.042 item, termasuk bangunan, mebel, jam dinding, gantungan lonceng, perlengkapan kesehatan, pakaian, senjata, foto, lukisan, patung, diorama, peta, maket, sketsa, dan miniatur.

Semua koleksi tersebut dipamerkan di beberapa ruangan, termasuk ruang awal pergerakan, ruang kesadaran nasional, ruang pergerakan, dan ruang memorial Boedi Oetomo.

Selama acara Pekan Kebudayaan Nasional 2023, Museum Kebangkitan Nasional juga menjadi salah satu "Ruang Tamu" utama, tempat di mana orang berkumpul, berdiskusi, dan bercengkrama. Tempat ini menjadi titik awal kolaborasi panjang dan berkelanjutan di masa depan tentang budaya Nusantara.

Di Ruang Tamu Museum Kebangkitan Nasional, masyarakat disuguhkan dengan beragam aktivasi, mulai dari permainan tradisional, kelas tari, hingga pameran instalasi.

Berkunjung ke Festival Pusako: Melihat Riwayat Mak Itam hingga Mengenal Budaya Mentawai

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Muhammad Fazer Mileneo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Muhammad Fazer Mileneo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini