Kenali Sosok Vania Febriyantie, Petani Millennial Pencetus Seni Tani

Kenali Sosok Vania Febriyantie, Petani Millennial Pencetus Seni Tani
info gambar utama

Di wilayah perkotaan yang mengalami penyempitan lahan pertanian, membuat ancaman krisis pangan menjadi semakin nyata. Orang-orang banyak mengonsumsi makanan artifisial. Kondisi ini menjadi pusat perhatian dari komunitas Seni Tani di Arcamanik, Bandung, yang cetus oleh Vania Febriyantie.

Asal-usul Seni Tani ini berasal dari anggota-anggota yang aktif dalam Komunitas Seribu Kebun. Komunitas tersebut berperan sebagai wadah bagi individu yang memiliki minat dalam pertanian dan berbagi pengetahuan serta pengalaman terkait pertanian. Bukan sekadar bercocok tanam, komunitas ini memiliki perhatian khusus terhadap keadaan lingkungan sekitar. Pendekatan yang diterapkan dalam praktik pertanian di komunitas ini cenderung alami, ramah lingkungan, dan berfokus pada regenerasi. Dengan kata lain, upaya yang dilakukan oleh anggota komunitas ini sekuat tenaga untuk menghindari penggunaan bahan-bahan yang berpotensi mencemari lingkungan, sesuai dengan pandangan Vania.

Vania Febriyantie | Foto: Instagram @vaniavanya
info gambar

Dikutip dari laman resmi Seni Tani, Seni Tani muncul sebagai respons terhadap kekhawatiran dan keprihatinan selama ini, yang dapat disusun dalam tiga alasan utama: (1) Terdapat lahan yang tidak dimanfaatkan dengan baik di wilayah Arcamanik, terutama di Kelurahan Sukamiskin; (2) Berdasarkan data dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Bandung tahun 2021, 96% kebutuhan pangan di Kota Bandung masih harus diimpor, situasi ini menekankan pentingnya mencapai kemandirian pangan lokal; (3) Informasi yang tersebar melalui berbagai media telah menggambarkan tingginya tingkat depresi pada generasi muda di Kota Bandung, dengan salah satu penyebabnya adalah pengaruh media sosial dan kesulitan dalam mencari pekerjaan selama masa pandemi.

Festival Anggrek Seribu Sungai 2023 di Kampung Ketupat Banjarmasin

Misi dari Seni Tari itu sendiri adalah untuk meregenerasi para petani. Pemanfaatan lahan tidur yang terbengkalai di daerah perkotaan membuat peluang besar untuk menciptakan akses pangan yang dekat dan sehat. Dengan membantu mereka yang baru lulus SMA atau belum bisa kuliah untuk berkebun di kebun Seni Tani. Yang nantinya hasil dari perkebunan tersebut akan didistribusikan dengan mekanisme CSA (Community Supported Agriculture).

Seni Tani | Foto: Instagram @kamisenitani
info gambar

Dikutip dari laman Green Network, Seni Tani berkomitmen untuk memperjuangkan tiga bidang utama: lingkungan, sosial, dan ekonomi. Dalam konteks lingkungan, Seni Tani mengubah lahan yang terbengkalai di sepanjang Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) di wilayah Arcamanik. Di area ini, Tim Seni Tani menerapkan praktik urban farming dengan memanfaatkan potensi sumber daya sekitar untuk mengembangkan kebun pangan melalui metode pertanian organik yang berkelanjutan. Dalam aspek sosial, Seni Tani melibatkan generasi muda dan komunitas dalam kegiatan yang meliputi terapi alam melalui Kebun Komunal, memberikan pelatihan urban farming, serta menyediakan akses kepada pangan lokal yang berkualitas. Di sisi ekonomi, petani muda yang terlibat dalam Seni Tani menjadi lebih mandiri dan memiliki jaminan pendapatan melalui sistem CSA yang mereka terapkan dalam penjualan hasil pertanian.

Seni Tani | Foto: Instagram @kamisenitani
info gambar

Hasil sayuran yang sehat ini akan distribusikan kepada beberapa mitra Seni Tani, terutama anggota CSA Tani Sayuran, dengan jumlah anggota rata-rata sekitar 20 orang setiap bulan. Selain itu, Seni Tani juga memproduksi kompos sendiri untuk memanfaatkan sampah-sampah hijauan dan coklatan dari sekitar lingkungan. Seni Tani berhasil menghasilkan 2.268-kilogram kompos dan membantu kedai-kedai kopi di sekitar dalam memanfaatkan 560-kilogram ampas kopi sebagai salah satu bahan dalam pembuatan kompos. Dari lahan yang tadinya terbengkalai, saat ini terdapat tujuh petani muda di kota yang bekerja keras bersama-sama untuk menghasilkan sayuran sehat untuk masyarakat. Akhirnya, Seni Tani berhasil menghasilkan 303.843-kilogram sayuran hijau dari lahan seluas 1.500-meter persegi.

Festival Drama Basa Sunda XII: Sebagai Ajang Pelestarian Budaya Sunda di Kalangan Pelajar

Meningkatnya popularitas urban farming dan aktivitas bercocok tanam di wilayah perkotaan telah menjadi faktor kunci dalam kesuksesan Vania dalam memicu minat banyak orang. Terlebih lagi, hal ini diperkuat oleh munculnya pandemi di Indonesia pada tahun 2020. Melalui gerakan yang dimulai pada tahun tersebut, pada akhirnya, Vania berhasil meraih penghargaan dari SATU Indonesia Award pada tahun 2021 sebagai Sosok Pejuang Tanpa Pamrih di Masa Pandemi Covid-19.

#kabarbaiksatuindonesia

Sumber:
Kompas.id
Kumparan
Satu Indonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DK
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini