Sepatu Dari Bahan Kulit Ceker Ayam Dapat Menembus Pasar Lokal Hingga Dunia

Sepatu Dari Bahan Kulit Ceker Ayam Dapat Menembus Pasar Lokal Hingga Dunia
info gambar utama

Apakah Kawan GNFI tau kalau Bandung merupakan kota yang kreatif? Bandung dijuluki kota kreatif karena barang-barang yang tidak terlihat berharga bisa disulap menjadi sesuatu yang keren dan bermanfaat.

Bahkan di tangan kreativitas pemuda Bandung ini sepatu yang biasanya terbuat dari kulit ular, babi, atau buaya. Justru memproduksi sepatu dari kulit ceker ayam.

Pemuda itu bernama Nurman Farieka Ramdhany. Nurman juga berhasil mendapat penghargaan Pemenang 10th SATU (Semangat Astra Terpadu Untuk) Indonesia Award 2019 PT Astra International Tbk kategori kewirausahaan.

Nurman Farieka Ramdhany sang pencetus produk sepatu yang berbahan dari kulit ceker ayam ini merupakan brand dari Hirka. Nama Hirka ini berasal dari bahasa Turki yang memiliki arti "dicintai".

Ide pemakaian bahan dari kulit ceker ayam berasal dari sang ayah yang pernah menjajal kelayakannya 15 tahun yang lalu, tetapi baru setahun terakhir ide ini dikembangkan kembali oleh Nurman.

Indonesia menjadi salah satu eksportir kulit ular terbesar di dunia bersanding dengan beberapa negara di Asia Tenggara lainnya, maka dari itu Nurman menyediakan alternatif material lain pengganti kulit ular dan buaya yakni kulit ceker ayam. Tekstur dan gradasi warna yang dihasilkan dari ceker ayam ini tidak kalah dari kulit eksotis lainnya seperti ular dan buaya.

Material sepatu dari kulit ular atau buaya biasanya dari perburuan ilegal. Dari situlah Nurman membuat inovasi membuat sepatu dari bahan kulit ceker ayam.

Kulit ceker ayam ini dapat menjadi salah satu alternatif bahan pengganti kulit ular maupun kulit buaya. Motivasi Nurhan untuk mengganti bahan dari kulit ular ini dikarenakan Indonesia merupakan salah satu eksportir kulit ular terbesar di dunia bersanding dengan beberapa negara di Asia Tenggara lainnya.

Inovasi sepatu dari bahan kulit ceker ayam dapat membantu kenaikan perekonomian dan dapat mengurangi limbah dari kulit ceker ayam yang tidak digunakan masyarakat. Selain itu, brand dari Nurman ini yakni Hirka juga memberdayakan masyarakat untuk menjadi pengrajin sepatu kulit ceker ayam.

Apakah teman GNFI bertanya-tanya? Bagaimana proses cara membuat sepatu dari bahan kulit ceker ayam? Proses pengolahan kulit sampai pembuatan sepatu dilakukan secara manual. Permukaan kulit ceker sedikit licin.

Agar mudah dikulitinya menggunakan serbuk abu lalu dioleskan pada kaki ayam, setelah itu kulit ditarik dengan sekuat tenaga dan berhati-hati, karena ketebalan kulit ayam hanya 1-2 mm. Jadi untuk menarik kulit ayam harus berhati-hati supaya tidak cepat robek. Ceker yang dimanfaatkan harus berukuran besar, supaya memudahkan dalam penyusunan pola kain. Kulit ceker yang sudah dicuci bersih kemudian dijemur sampai kering. Lalu kulit diwarnai emas, coklat, merah, dll.

Meskipun terkesan tipis dan mudah sobek kulit ceker diolah agar kuat dan layak jadi bahan sepatu. Proses pengeringan sampai pewarnaan bisa memakan waktu selama seminggu.

“biasanya kita tuh dipotong dulu pinggirannya biar rapi, tidak langsung ditempel” – Nurman.

Inovasi baru pasti awalnya tidak mulus seperti yang diharapkan. Begitu juga pada sepatu kulit ceker ayam ini. Brand Hirka awalnya pesimis dengan produknya sendiri serta kurangnya dukungan dari lingkungan sekitar.

Namun siapa sangka, produk sepatu dari bahan kulit ceker ayam yang awalnya pemasaran dari mulut ke mulut kemudian bisa meluas hingga meraih pasar internasional.

Kreativitas dan inovasi serta kegigihan Nurman dapat menjadi motivasi untuk teman-teman GNFI. Untuk menuju jalan sukses teman GNFI jangan mudah patah semangat dalam melewati tantangan yang ada di depan.

Inovasi Nurman ini menunjukkan bahwa anak bangsa dapat bisa berkarya sampai di kancah internasional. Oleh karena itu mari kawan kita dukung produk lokal karya anak bangsa.

#kabarbaiksatuindonesia

Sumber referensi:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

RP
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini