Menyingkap Keindahan dan Keunikan Sigale-Gale dalam Budaya Sumatera Utara

Menyingkap Keindahan dan Keunikan Sigale-Gale dalam Budaya Sumatera Utara
info gambar utama

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbung untuk Melambung

Dalam jantung Sumatera utara yang subur dan kaya akan budaya, terdapat warisan yang menghidupkan legenda dan cerita-cerita kuno. Patung Sigale-gale, patung kayu ajaib yang tampak hidup dipanggung seni tradisional Batak, adalah salah satu harta berharga budaya yang telah bertahan sedari dulu.

Bersamaan dengan sorak sorai para penonton yang riang, Sigale-gale menjadi simbol hidup dalam pesta adat Batak yang meriah. Sigale-gale bukan sekedar patung kayu, tapi merupakan kekayaan budaya, keterampilan kerajinan, dan tradisi yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.

Kawan GNFI, mari kita menjelajahi sejarahnya, proses pembuatannya, dan peranannya yang tak ternilai dalam pelestarian budaya Batak yang begitu berharga.

Sejarah Sigale-Gale

Kawan GNFI, patung yang berasal dari Kabupaten Samosir ini tidak muncul begitu saja, namun ada cerita sejarah yang melatarbelakanginya. Dilansir dari Jurnal Prajnaparamita terdapat perbedaan pendapat di kalangan masyarakat Batak mengenai asal usul patung Sigale-gale. Ada yang mengatakan bahwa kisah patung Sigale-gale hanyalah cerita lisan yang tidak pernah terjadi di kehidupan nyata.

Namun ada suatu daerah di Samosir yang menyatakan bahwa Sigale-gale pertama kali dibuat oleh Raja Gayus Rumahorbo dari daerah Garoga. Putra Raja Gayus ini mengatakan, Sigale-gale pertama kali dibuat pada tahun 1930.

Sebelum Indonesia merdeka, tanah Batak menganut sistem monarki berbentuk kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja. Raja Rahat seorang pemimpin di wilayah Samosir memiliki seorang putra yang diberi nama Manggale, sedangkan ratunya sudah lama meninggal. Daerah yang dikuasai Raja Rahat diserang oleh daerah lain, sehingga Raja Rahat memerintahkan Manggale untuk berperang melawan serangan dari daerah seberang. Manggale menjadi prajurit yang sangat disegani karena memiliki akhlak baik dan jujur, namun pada saat perang, Manggale tewas di hutan. Raja sangat sedih setelah mendengar kematian putranya dan membuatnya sakit karena Manggale adalah putra satu-satunya yang akan menjadi penerus.

Para penasehat raja memanggil banyak datu (dukun) untuk menyembuhkan raja, namun tidak satupun yang berhasil. Atas saran sang datu, dibuatlah sebuah patung kayu yang wajahnya mirip dengan Manggale. Patung yang mirip Manggale digunakan sebagai ritual untuk memanggil roh manggale dan diiringi dengan gondang sabangunan (alat musik Batak). Ketika raja melihat patung yang mirip Manggale dapat manortor, raja sangat gembira dan kesehatannya berangsur pulih. Kehadiran patung ini dapat menghibur dan mengobati kerinduan raja terhadap putranya, sehingga raja menamai patung tersebut Sigale-gale. Dalam bahasa Batak Toba, Sigale-gale berarti ‘orang yang lemah gemulai dan tidak bertenaga’.

Proses Pembuatan Patung Sigale-Gale

Dalam Jurnal Prajnaparamita disebutkan bahwa patung Sigale-gale terbuat dari pohon nangka yang bertekstur keras. Patung Sigale-gale dibuat di hutan tempat Manggale meninggal. Hal itu dilakukan untuk memudahkan pemanggilan arwah Manggale, karena sang seniman yakin arwah Manggale masih ada di hutan. Patung Sigale-gale yang pertama kali dibuat dipercaya mampu bergerak sendiri karena sang seniman mempertaruhkan nyawanya pada patung tersebut. Hal ini seakan terbukti karena sesaat setelah seniman pemahat selesai membuat patung Sigale-gale, ia meninggal dunia.

Patung Sigale-gale berukuran hampir sebesar manusia, wajahnya memperlihatkan kesedihan dan sorot mata yang seolah memberikan efek magis. Patung Sigale-gale dibuat dalam posisi tegak dan melambangkan seorang pemuda yang mengenakan hiasan kepala dan ulos (kain tenun khas suku Batak) yang disampirkan di bahunya. Patung Sigale-gale dibuat dengan kondisi pada saat pembuatannya yaitu tidak memakai pakaian. Pada zaman dahulu, laki-laki Batak tidak mengenakan pakaian, melainkan hanya ulos yang ditutup dari pinggang hingga mata kaki.

Peran Sigale-Gale dalam Kesenian Batak

Perayaan Sigale-Gale Carnival di Kabupaten Samosir | Foto: Biro Komunikasi Publik Kementerian Pariwisata/kemenparekraf.go.id
info gambar

Patung Sigale-gale merupakan warisan budaya material dari tanah Batak. Munculnya perubahan budaya dapat menyebabkan perubahan dalam fungsi dan nilai-nilai. Hal ini terlihat jelas dalam cerita patung Sigale-gale. Kini, Patung Sigale-gale tidak lagi digunakan dalam upacara pemakaman atau ritual kematian karena dianggap bertentangan dengan ajaran agama. Proses perubahan ini tidak begitu saja diterima oleh masyarakatnya, hal ini membutuhkan waktu lama untuk bisa meniggalkan kebiasaan-kebiasaan yang sudah dilakukan pada masa sebelum masuknya agama.

Saat ini patung Sigale-gale merupakan bagian dari seni pertunjukan yang menarik perhatian wisatawan, baik wisatawan lokal maupun mancanegara. Sigale-gale digunakan dalam berbagai upacara adat dan perayaan, salah satunya Sigale-Gale Carnival yang diselenggarakan oleh pemerintah Kabupaten Samosir.

Perayaan Sigale-Gale Carnival ini menunjukkan berbagai warisan budaya yang ada di tanah batak dan menjadikan seni pertunjukan tari tradisional Tor-Tor yang menampilkan Sigale-gale sebagai salah satu elemen penting dalam menarikan tari tradisional Tor-Tor. Kawan GNFI, tarian patung Sigale-gale semakin dikenal masyarakat luas karena menjadi ikon dalam acara Festival Danau Toba tahun 2013.

Pelestarian Budaya

Kawan GNFI penting bagi kita untuk menjaga serta melestarikan seni budaya di Indonesia supaya tetap hidup dan tak lekang oleh zaman. Sebagai warisan budaya material, patung Sigale-gale memiliki pesan moral yang masih sangat relevan untuk dilakukan sampai saat ini, khususnya bagi generasi muda.

Pesan moral ini senantisa mengingatkan kita untuk mencintai budaya bangsa kita. Adanya kesadaran akan identitas diri menimbulkan rasa cinta terhadap budaya dan keinginan untuk melestarikanya sebagai warisan berharga bagi generasi yang akan datang.

Kawan GNFI bagaimana cerita kebudayaan dari daerahmu?

Referensi:

  • Disbudbar Sumut. 2019. Serunya Sigale-Gale Carnival Samosir 2019. disbudpar.sumutprov.go.id. Diakses pada: 10 Juni 2019.
  • Kemendikbud Ristek. 2010. Warisan Budaya Takbenda Indonesia. https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id. Diakses pada: 1 Januari 2010
  • Manan, Abdul. 2021. Kekayaan Adat Sumatera Utara. Jakarta Barat: Multi Kreasi Satu Delapan
  • Sitorus, Tiomsi. 2021. Penyampaian Makna Koleksi Patung Sigale-Gale: Dulu dan Kekinian. Jurnal Prajnaparamita, 8(2), 39-51.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

S
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini