Tata Cara Pernikahan Adat Jawa Tengah

Tata Cara Pernikahan Adat Jawa Tengah
info gambar utama

#LombaArtikelPKN2023

#PekanKebudayaanNasional2023

#IndonesiaMelumbungUntukMelambung

Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam macam budaya. Budaya yang dimiliki Indonesia dapat dilihat dari bahasa, suku, adat istiadat, dll. Selain itu, Indonesia juga memiliki keberagaman budaya sebagai contoh dapat dilihat dari sistem dari tata cara suatu pernikahan. Setiap daerah di Indonesia memiliki tata cara pernikahan yang berbeda satu sama lainnya. Salah satunya adalah tata cara pernikahan Adat Jawa Tengah . Daerah daerah di Indonesia yang masih menggunakan tata cara pernikahan adat Jawa tersebut meliputi daerah Jawa Tengah, Solo, Yogyakarta, dan daerah-daerah di Jawa lainnya. Namun beberapa masyarakat keturunan Jawa yang tinggal di daerah di luar Jawa masih menggunakan tata cara pernikahan adat Jawa untuk melestarikan tradisi. Biasanya, pasangan yang menggunakan tata cara pernikahan adat Jawa melakukan kegiatan prosesi pernikahan selama lebih dari satu hari.

Menikah adalah proses menyatunya dua orang individu. Menyatunya kedua individu dan melepaskan diri dari orang tua untuk memulai hidup baru bersama dalam ikatan perkawinan dan membangun rumah tangga.Berdasarkan Greertz H (1985: 57) menjelaskan bahwa di Jawa perkawinan menjadi tanda terbentuknya sebuah somah baru yang segera akan memisahkan diri, baik secara ekonomi maupun tempat tinggal, lepas dari kelompok orangtua dan membentuk sebuah rumah tangga baru.

Di Indonesia pernikahan juga merupakan prosesi yang menggunakan adat tertentu sesuai dengan adat mempelai. Prosesi tata cara pernikahan adat Jawa merupakan tahapan tahapan dalam proses dalam pernikahan. Pernikahan adat Jawa terdiri dari beberapa bagian dan pernikahan adat Jawa ini memiliki makna yang sarat akan folosofi kehidupan. Dalam tata cara pernikahan adat jawa, ada makna makna kehidupan dalam setiap prosesi yang diharapkan agar mempelai yang menggunakan tata cara pernikahan jawa tersebut memaknainya dalam kehidupan berumah tangga dan sebagai pedoman dalam mengarungi bahtera rumah tangga.

Tata cara permikahan adat Jawa berasal dari keraton. Dahulu, penikahan adat Jawa hanya bisa dan hanya boleh dilakukan oleh orang orang bangsawan keturunan keraton atau kaum priyayi. Seiring perjalanan waktu tata cara pernikahan adat Jawa bisa dipergunakan oleh masyarakat jawa yang bukan keturunan kraton. Dahulu acara lamaran dimaksudkan untuk mengetahui apakah perempuan sudah ada yang memiliki atau belum, namun kini kedua pasangan yang akan menikah sudah saling mengenal.

Dalam pernikahan adat Jawa Tengah, terdapat beberapa tahapan. Tahapan prosesi menuju pernikahan Adat Jawa antara lain proses pembicaraan, proses kesaksian, prosesi siaga, prosesi acara, dan prosesi puncak dari rangkaian upacara dan inti resepsi.

Perias penganten Jawa memiliki peranan penting dalam tata pernikahan adat Jawa ini, perias pengantin bukan hanya merias pengantin, tetapi juga sebagai penghubung dimensi lain dengan dimensi manusia sehingga perias pengantin biasanya memiliki ritual tertentu dalam merias pengantin Jawa. Perias pengantin sangat berperan penting dalam jalannya acara pernikahan adat Jawa dari saat lamaran, prosesi sebelum menikah dan saat menikah.

Tata cara pernikahan adat jawa yang merupakan tata cara pernikahan yang sudah digunakan sejak jaman dahulu yang hanya bisa digunakan oleh kaum priyayi sekarang sudah bisa digunkan oleh masyarakat Jawa lainnya. Dalam hal ini terjadi perubahan yang dahulu merupakan hal eksklusif yang hanya bisa digunakan kaum priyayi, terjadi perubahan tersebut seiring berjalannya waktu. Tata cara pernikahan adat Jawa ini memiliki makna filosofi hidup, nilai nilai kehidupan dalam tata cara pernikahan adat Jawa tersebut dimaksudkan sebagai tuntunan atau panutan pasangan yang menikah dalam menjalani kehidupan berumah tangga. Nilai nilai kehidupan dan nilai nilai budaya Jawa merupakan kearifan lokal yang diturunkan dari leluhur kepada generasi selanjutnya. Nilai nilai budaya jawa yang terkandung dalam tata cara pernikahan adat Jawa tersebut sebagai falsafah hidup yang dapat menuntut masyarakat ke arah yang lebih baik atau dapat meyakini bahwa nilai nilai budaya Jawa itu baik untuk kehidupan mayarakat di masa yang akan datang.

Asih asah dan asuh merupakan proses pembelajaran yang dilakukan suami istri dalam menjalankan pernikahan. Asih merupakan proses mengasihi satu sama lain. Dalam pernikahan, mengasihi satu sama lain, saling mengasihi dan berbagi kasih sebagai pasangan suami istri. Asah yang dilakukan pasangan suami istri ketika pasangan suami istri tersebut saling belajar, belajar bersama untuk menjalankan pernikahan dan belajar tentang kehidupan pernikahan. Proses belajar agar saling belajar bersama dan berkembang satu sama lain dalam hidup berkeluarga. Asuh merupakan proses saling membimbing, sebagai pasangan suami istri saling membimbing dibutuhkan untuk menjalankan pernikahan. Membimbing satu sama lain ke arah yang lebih baik menjadi pribadi yang lebih baik.

Proses asih asah dan asuh merupakan proses belajar yang dilakukan suami istri. Mereka mempelajari hal tersebut dan mempraktekan dalam kehidupan berumah tangga. Asih asah dan asuh juga merupakan proses belajar sosial. Proses belajar yang dilakukan dalam kehidupan dan di turunkan turun temurun. Dalam budaya Jawa, khususnya Jawa Tengah, asih asah dan asuh merupakan proses belajar, ketika sorang anak mengamati yang dilakukan orang tuanya maka anak menyimpan dalam memori dan kemudian saat seorang anak berumah tangga, asih asah dan asuh tersebut dilakukan untuk kehidupan berumah tangganya.

Asih asah dan asuh ini dapat bertahan dari arus modernisasi. Pasangan yang menikah menggunakan tata cara pernikahan adat Jawa Tengah masih menggunakan asih asah dan asuh dalam menjalankan hidup berumah tangga. Dari proses pernikahan adat Jawa Tengah terdapat beberapa tahapan dan ritual yang dilakukan, kemudian menjadi pedoman untuk hidup berumah tangga. Proses yang dilakukan mencerminkan asih asah dan asuh, sehingga pernikahan merupakan proses belajar bersama.

Di arus modernisasi ini, banyak pasangan yang enggan untuk menikah dengan tata cara pernikahan adat Jawa. Pasangan tersebut menganggap pernikahan adat Jawa itu ribet. Padahal pernikahan adat Jawa ini mengandung filososfi hidup yang baik untuk pedoman pernikahan. Dalam hidup berumah tangga tidak akan selalu mulus, dengan filosofi tersebut dapat menjadi pedoman yang akan saling mengingatkan pasangan suami istri dalam hidup bersama.

Ketika pernikahan era modernisasi lebih diminati pasangan pasangan yang akan menikah, tetapi pernikahan adat Jawa tetap ada pasangan yang menggunakan tata cara adat Jawa Tengah untuk menikah. Menikah selain sebagai proses pembelajaran, juga sebagai pelestarian budaya yang ada. Ketika pernikahan merupakan pelestarian budaya yang ada, ketika arus modernisasi lebih diminati, sedangkan peminat budaya sendiri lebih sedikit, maka perlu adanya peran orang orang yang dapat melestarikan budaya yang ada. Dalam tata cara pernikahan adat Jawa Tengah memiliki peran penting untuk pelestarian pernikahan adat Jawa Tengah.

Greertz H. (1985). Keluarga Jawa. PT. Grafiti Pers: Jakarta

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

RV
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini