Kilas Balik Kisah Inspiratif: Ika Dewi Maharani, Meninggalkan Kenyamanan Demi Pengabdian

Kilas Balik Kisah Inspiratif: Ika Dewi Maharani, Meninggalkan Kenyamanan Demi Pengabdian
info gambar utama

Halo Kawan GNFI! tidak terasa sudah 4 bulan berlalu sejak status pandemi COVID-19 dinyatakan selesai melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres) Nomor 17 Tahun 2023 pada 21 Juni 2023. Tentu setelah kurang lebih 3 tahun berjuang menghadapi pandemi, banyak kisah inspiratif yang dapat dijadikan pelajaran dalam hidup.

Salah satunya cerita inspiratif dari Ika Dewi Maharani, pada saat itu ia merupakan seorang relawan medis perempuan satu-satunya yang bertugas menjadi supir ambulans di bawah naungan Relawan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19. Karena perjuangannya, dirinya menjadi salah satu penerima apresiasi SATU Indonesia Awards pada 2020 by ASTRA. Bagaimana kisahnya? yuk kawan GNFI simak cerita inspiratifnya!.

Tergerak Untuk Menjadi Relawan

Ika Dewi Maharani, yang merupakan seorang mahasiswi STIKES Hang Tuah Surabaya, serta Anggota Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia (HIPGABI). Dirinya saat itu sedang mengerjakan revisi skripsi pasca sidang serta menunggu jadwal wisuda pada bulan September.

Hatinya mulai tergerak untuk menjadi relawan ketika melihat perkembangan COVID-19 di Indonesia semakin parah. Terlebih lagi, saat itu ia mendengar dari rekannya di HIPGABI bahwa sedang dibutuhkan seorang relawan medis di daerah Jakarta. Posisi yang dibutuhkan ialah perawat yang bisa mengemudikan mobil ambulans.

Karena merasa memiliki pengalaman yang cukup di rumah sakit serta bisa juga mengendarai mobil ambulans, dirinya dengan yakin mendaftar untuk mengabdi menjadi seorang tenaga medis ambulans. Setelah mendaftar, ia mengikuti beberapa tahapan rekrutmen serta mendapat briefing, pelatihan, dll.

Yang membuat dirinya cukup kaget adalah ternyata ia merupakan satu-satunya relawan medis perempuan yang dapat mengendarai mobil ambulans. Pada awalnya banyak yang mempertanyakan apakah dirinya mampu untuk mengemban tugas ini, karena menjadi relawan medis yang dapat mengendarai ambulans mayoritas adalah laki-laki. Namun, dengan kegigihan dan rasa percaya diri ia mampu menjawab tantangan tersebut.

Tantangan yang Dihadapi

Selama menjadi relawan medis ambulans saat COVID-19, tentu banyak tantangan dan hambatan yang dialami oleh Ika Dewi Maharani. Dirinya mengaku, dinas memakai Alat Pelindung Diri (APD) merupakan sebuah tantangan tersendiri baginya. Karena kondisi tersebut membuat ia harus beradaptasi dengan situasi menyetir menggunakan APD yang membuat kenyamanan dalam berkendara berkurang.

Saat menyetir dirinya kerap kali merasa terganggu pengelihatannya karena menggunakan faceshield, hal ini menjadi salah satu tantangan karena pandangan harus tetap fokus pada jalanan. Lalu memakai handscoon 2 lapis, yaitu handscoon biasa dan steril yang tebal yang membuat terkadang saat menyetir ia merasa kesusahan dalam mengendalikan setir mobil karena licin.

Dengan kondisi mobil yang memiliki transmisi manual serta diharuskan memakai sepatu boots, terkadang juga ia mengalami slip saat ingin memindahkan kopling, gas, dan rem. Ditambah lagi dengan menggunakan full APD tentu terasa panas, walau sudah mengatur suhu AC ambulans paling dingin.

Terakhir, masalah pada powerstering yang berat. Mungkin bagi laki-laki hal tersebut bukanlah suatu masalah yang berarti. Akan tetapi, Ika merupakan seorang peremuan yang tenaganya jauh lebih kecil dibanding laki-laki. Hal tersebut membuat ia harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk melakukan belokan atau putaran. Namun, semua hambatan itu tidak mengurangi rasa semangat Ika untuk terus berjuang sebagai garda terdepan.

Hambatan Ketika Mengevakuasi Pasien

Situasi jalanan di Jakarta yang saat itu terkadang macet, melewati gang sempit, dan beberapa wilayah yang belum dikuasai medannya oleh Ika menjadi hambatan ketika sedang mengevakuasi pasien COVID-19. Ditambah lagi dalam situasi tersebut ia harus tetap fokus melihat arahan maps ke tempat tujuan, tentu bukan hal yang mudah bagi seseorang ketika mengalami situasi tersebut.

Belum lagi dibeberapa situasi walaupun sudah menyalakan sirine, pengendara lainnya tidak paham kondisi darurat yang tengah dialami Ika dan timnya. Seperti tidak diberi jalan untuk lewat, saat lampu merah masih ada yang menerobos dari sisi lainnya, bahkan tidak jarang Ika dan timnya mendapatkan klakson teguran dari pengendara lainnya.

Wah Kawan GNFI, ketika mendengar sirine ambulans berbunyi di jalan raya hendaknya memberi prioritas terlebih dahulu ya kepada mereka. Karena hal ini juga diatur lho dalam undang-undang. Seperti yang dikutip dari tempo.co, bahwa ambulans yang sedang mengangkut orang sakit merupakan prioritas untuk didahulukan, hal tersebut diatur dalam Pasal 134 Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (UU LLAJ).

Keluh Kesah Saat Menjadi Relawan Medis

Ika mengaku, terkadang resah dengan beberapa masyarakat yang menyepelekan virus COVID-19 ini. Banyak masyarakat yang menganggap bahwa COVID-19 ini hanya penyakit biasa yang nantinya bisa sembuh dengan mudah karena ditangani oleh dokter. Hal tersebut yang menurut Ika membuat kasus COVID-19 ini semakin lama untuk selesai. Padahal menurutnya, COVID-19 ini adalah hal nyata bukan sekedar konspirasi. Dengan menjaga diri dari COVID-19, menurut Ika adalah suatu upaya untuk menghargai perjuangan para tenaga medis.

Saat sedang menjalankan tugas, Ika beberapa kali mendapati kabar kalau teman seperjuangannya telah tiada. Rasa sedih ada pada Ika, namun hal tersebut tidak membuat semangat Ika goyah untuk terus melayani. Rasa khawatir ikut terpapar juga ada pada Ika, namun menurutnya, jika ia berhenti menjadi seorang relawan garda terdepan, siapa lagi yang akan mengantar para pasien?

Sungguh menginspirasi ya! Kawan GNFI. Walaupun bisa memilih untuk di rumah dengan nyaman menunggu jadwal wisuda, Ika Dewi Maharani memilih untuk mengabdi kepada masyarakat demi kebaikan bangsa dan negara.

#kabarbaiksatuindonesia

Sumber:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

MN
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini