Cagak ANIEM dan Eks Stasiun Kereta Api Palbapang: Jejak Belanda di Jogja Selatan

Cagak ANIEM dan Eks Stasiun Kereta Api Palbapang: Jejak Belanda di Jogja Selatan
info gambar utama

Yogyakarta, kota yang menyimpan banyak peninggalan sejarah dari berbagai era, termasuk masa penjajahan Belanda. Bangunan-bangunan peninggalan Belanda di Yogyakarta tidak hanya memiliki nilai sejarah, tetapi juga nilai arsitektur yang tinggi dan terkenal seperti Benteng Vredeburg, Kantor Pos, Bank Indonesia, Bank BNI, beberapa sekolah dan kawasan Kotabaru di Kota Yogyakarta.

Namun tidak hanya di Kota Yogyakarta, bangunan-bangunan peninggalan Belanda juga eksis di Kabupaten Bantul seperti Cagak ANIEM dan Eks Stasiun Kereta Api yang lebih tepatnya berada di Kalurahan Palbapang, Kapanewon Bantul, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Cagak ANIEM Palbapang

Cagak ANIEM Palbapang
info gambar

Penanda Bangunan cagar budaya Cagak ANIEM Palbapang © Dokumentasi Pribadi
info gambar

Tiang listrik peninggalan ANIEM yang masih tersisa di Indonesia dikenal dengan sebutan "cagak aniem" oleh masyarakat Yogyakarta. Nama "aniem" sebenarnya merupakan akronim dari Algemeen Nederlandsch Indische Electriciteit Maatschappij (ANIEM), sebuah perusahaan listrik swasta Belanda yang didirikan di Surabaya pada tahun 1909.

ANIEM merupakan anak perusahaan dari NV Handelsvennootschap yang sebelumnya bernama Maintz & Co. yang berkedudukan di Amsterdam, Belanda. Kebutuhan dan permintaan listrik yang tinggi membuat ANIEM semakin berkembang dan melakukan ekspansi. Seiring dengan kemerdekaan Indonesia, perusahaan listrik swasta Belanda ini diambil alih oleh Indonesia (setelah sebelumnya diambil alih oleh Jepang).

Salah satu tiang listrik peninggalan ANIEM yang masih tersisa di Indonesia adalah Cagak Aniem Palbapang yang terletak di perempatan lampu merah Palbapang, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Cagak ini memiliki tinggi sekitar 7 meter dan memiliki keunikan karena usianya yang tua dan gaya arsitekturalnya yang tidak ditemukan pada tiang listrik lain.

Cagak Aniem Palbapang telah diresmikan sebagai cagar budaya di Bantul oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X pada 2 November 2008. Tiang listrik ini menjadi saksi bisu perjalanan sejarah elektrifikasi di Indonesia.

Eks Stasiun Kereta Api Palbapang

Eks Stasiun Kereta Api Palbapang dari Jalan Srandakan
info gambar

Setelah berhasil membangun jalur kereta api Semarang-Vorstenlanden (Surakarta dan Yogyakarta) pada tahun 1872, perusahaan kereta api swasta Hindia Belanda, Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM), membangun jaringan trem antara Yogyakarta dan Brosot, Bantul. Trem ini digunakan untuk mengangkut gula dari pedalaman Bantul ke Stasiun Yogyakarta, yang kemudian dikapalkan ke Eropa melalui Pelabuhan Cilacap maupun Semarang.

Pembangunan trem dimulai dari Stasiun Yogyakarta pada tahun 1893. Beberapa halte dan stasiun dibangun untuk tempat pemberhentian. Pada Oktober 1894, NISM berhasil merampungkan Stasiun Palbapang. Jalur trem ini dibuka untuk umum pada tanggal 21 Mei 1895 bersamaan dengan pembukaan Stasiun Palbapang.

Pada awal beroperasi, terdapat 10 kali perjalanan kereta api yang berhenti di Stasiun Palbapang. Kereta api tersebut terdiri dari dua kereta api jurusan Yogyakarta-Srandakan (pp), dua kereta api lintas Yogyakarta-Palbapang (pp), dan satu kereta api dari Palbapang menuju Srandakan (pp).

NISM melanjutkan pembangunan jalur kereta api sepanjang 23 kilometer yang dimulai dari Yogyakarta menuju Brosot hingga Sewugalur. Jalur ini menggunakan dua jenis rel, yaitu rel lebar (breedspoor) 1.435 mm dan rel lebih kecil (smalspoor) 1.067 mm.

Semula jalur rel Yogyakarta-Srandakan menggunakan rel lebar, namun semasa pendudukan Jepang pada tahun 1943, rel tersebut dibongkar oleh pekerja romusha Jepang. Jalur ini kemudian diubah menjadi rel lebih kecil dengan lebar 1.067 mm. Stasiun Palbapang menjadi stasiun terminus untuk jalur Yogyakarta-Bantul.

Cagak ANIEM Palbapang dan eks stasiun kereta api Palbapang merupakan bangunan bersejarah peninggalan Belanda yang penting untuk dilestarikan. Kedua bangunan ini memiliki nilai sejarah dan arsitektur yang tinggi, dan merupakan saksi bisu perjalanan pembangunan transportasi di Indonesia.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

HI
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini