Dingiso, Kanguru dari Papua yang Jadi Hewan Keramat

Dingiso, Kanguru dari Papua yang Jadi Hewan Keramat
info gambar utama

Papua punya hewan yang disebut dingiso, yakni sejenis kanguru yang hidup di antara pepohonan.

Dari sekian banyak satwa yang menghiasi bentang alam Papua yang begitu kaya akan keanekaragaman hayati, salah satunya adalah dingiso. Hewan ini dikenal sebagai penghuni kawasan Papua bagian tengah.

Taman Nasional Lorentz mencatat dalam laman resminya bahwa dingiso adalah satu satwa endemik Papua yang berada di wilayah mereka. Tepatnya, dingiso hidup di Camp Endasiga ,Kampung Sakumba Distrik Hitadipa, Kabupaten Intan Jaya.

Dingiso termasuk dalam famili Macropopidae, yakni golongan hewan marsupial alias hewan berkantung yang bersifat herbivora dan hidup di sekitaran Australia dan Nugini, termasuk Papua. Oleh karena itu, dingiso juga tergolong sebagai kanguru, tepatnya kanguru pohon.

Ya, kanguru yang selama ini dikenal sebagai hewan ikonik Australia nyatanya memang tak hanya ada di sana. Indonesia Timur adalah salah satu wilayah di luar Australia yang jadi habitat bagi kanguru, meski jenisnya tak sama.

Secara fisik, dingiso bisa dikenali dari bulunya panjang dan berwarna hitam. Di bagian dada dan wajahnya ada pula warna putihnya. Dingiso biasa berkeliaran di hutan untuk mencari daun dan buah-buahan yang merupakan makanan mereka.

Wujud fisik dingiso membantu mereka untuk bertahan hidup di lingkungan yang penuh pepohonan. Telapak kakinya yang besar dan kasar berguna untuk mencengkeram batang dan dahan pohon dengan kuat. Ekornya yang panjang dan berbulu pun membantu dingiso tetap seimbang saat bergerak di pepohonan.

Mengenal Kanguru Mantel Emas, Mamalia Berkantung Asli Indonesia

Hewan Keramat

Bagi masyarakat lokal Papua Tengah, dingiso juga bukan hewan biasa dan dianggap sakral dan keramat. Menurut kepercayaan Suku Moni, dingiso adalah sosok roh leluhur mereka.

Kepercayaan itu juga yang membuat dingiso punya nama latin Dendrolagus Mbaiso. Dr. Tim Flannery yang menemukan dingiso pada tahun 1994 lewat penelitiannya memberi nama demikian karena kata "mbaiso" dalam bahasa lokal Suku Moni artinya adalah "binatang sakral".

Maximus Tipagau dalam Maximus & Gladiator Papua: Freeport’s Untold Story menulis bahwa tidak banyak orang yang melihat dingiso. Jika orang Suku Mono bertemu dingiso, mereka juga tidak mau memburu, apalagi sampai memakannya.

Hanya saja, prinsip seperti itu hanya dimiliki oleh Suku Moni. Tidak demikian dengan suku-suku lain yang suka memburu dingiso untuk dijadikan makanan atau hewan peliharaan. Akibatnya, populasi dingiso terus menurun.

Keberadaan Dingiso di alam liar Papua Tengah saat ini memang tak banyak. IUCN Red List menyatakan bahwa hewan ini terancam punah.

Maluku Tenggara Punya Kanguru Mungil nan Imut yang Bikin Masyarakat Tak Tega Memakannya

Referensi:

  • https://tamannasionallorentz.menlhk.go.id/?p=310
  • https://www.sciencedirect.com/topics/agricultural-and-biological-sciences/macropodidae
  • Tipagau, M. (2016). Maximus & Gladiator Papua: Freeport’s Untold Story. Rayyana Komunikasindo

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan A Reza lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel A Reza.

Terima kasih telah membaca sampai di sini