Cerita Rampak Bedug Khas Pandeglang Banten

Cerita Rampak Bedug Khas Pandeglang Banten
info gambar utama

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbung untuk Melambung

Cerita Kebudayaan dari Daerahku

Apa kalian tau?

Dahulu kala, Bedug digunakan oleh Wali Songo untuk menandakan waktu shalat telah tiba. Bunyi bedug yang dipukul oleh muazin (orang yang bertugas mengumandangkan panggilan shalat) menjadi isyarat bahwa adzan akan tiba. Umat Islam diajak menunaikan shalat berjamaah di masjid. Menurut Hendri F. Isnaeni dalam historia.id mengatakan, keberadaan bedug dikaitkan dengan islamisasi mulai intensif dilakukan Wali Songo sekitar abad 15/16 M, bedug di tempatkan di masjid-masjid, fungsinya mengajak umat Islam melaksanakan shalat lima waktu.

Seiring perkembangan zaman, menurut catatan sejarah yang ditulis oleh Devi Heradista, Alis Triena Pernamasari dan Dwi Junianti Lestari, bedug mulai memiliki nilai seni atau budaya, dimulai pada tahun 1970 dengan diadakannya pesta ngadu bedug yang disebut Pasanggiri. Pesta tersebut mempertandingkan bunyi bedug antar kampung kepada masyarakat di Alun-Alun Kota Pandeglang pada malam takbir saat Ramadhan. Perlahan-lahan rampak bedug mulai digemari oleh warga Pandeglang, kemudian menjadi pertunjukan akraktif dengan memasukan seni tari sebagai unsur kreasi dan estetika.

Unsur seni dalam rampak bedug dipelopori oleh seniman asli Pandeglang yang bernama Haji Ilen. Beliau memberikan ide dan konsep tentang tarian, musik pendukung rampak bedug, dan kostum yang cocok untuk dipakai para pemain. Di dalam website resmi milik kemdikbud.go.id, rampak bedug yang berkembang hingga sekarang dapat dikatakan sebagai hasil kreasi dari Haji Ilen, dan dibantu oleh tiga sahabatnya, yaitu Burhata, Rahmat dan Juju. Tari yang dipertunjukan menyerupai gerakan silat karena terinspirasi dari beberapa padepokan silat yang ada di Pandeglang, musik pendukung adalah lantunan shalawat, sedangkan kostum yang dipakai para pemain adalah busana muslim dan muslimah yang disesuaikan dengan unsur kedaerahan.

Awalnya rampak bedug dimainkan oleh laki-laki saja, mengingat kekuatan laki-laki saat memukul bedug lebih kuat untuk menghasilkan bunyi dibandingkan perempuan. Akan tetapi, keindahan seni tari akan lebih bagus jika ditampilkan oleh perempuan, maka kesenian tersebut dimainkan oleh laki-laki dan perempuan. Jumlah pemain rampak bedug berkisar 10 orang, terdiri dari 5 laki-laki dan 5 perempuan. Pemain laki-laki sebagai pemukul bedug dan kendang, sedangkan perempuan hanya memukul bedug. Keduanya juga berperan sebagai penari.

Melodi rampak bedug dihasilkan dari lantunan shalawat diiringi tarian para pemain sambil memukul bedugnya masing-masing. Pada beberapa kesempatan, pemain laki-laki akan menaiki bedug untuk memukulnya dari atas dengan posisi berdiri. Bedug dimainkan dengan cara dipukul menggunakan kentongan yang terbuat dari batang kayu. Ada beberapa teknik dalam memukul bedug sehingga memiliki variasi suara yang berbeda, di antaranya memukul pada bagian tengah bedug dan memukul pada bagian atas atau bawah bedug. Pemain akan memukul bedugnya dengan kedua tangan secara bergantian.

Nilai seni yang menjadi keindahan rampak bedug adalah kekompakan para pemain dalam memukul bedug, gerakan serempak yang diadopsi dari seni silat, musik pendukung, tata busana, tata rias, dan properti yang menyesuaikan dengan tempat pertunjukan. Sejauh ini, rampak bedug telah menjadi warisan budaya tak benda yang dimiliki oleh Provinsi Banten, melalui penetapan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2015. Di era sekarang, rampak bedug sering dimainkan pada berbagai acara pemerintahan, acara keagamaan, atau acara pernikahan. Bahkan beberapa kali diadakan festival seni rampak bedug tingkat SMA dan sederajat melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Banten, Dinas Pariwisata Provinsi Banten atau Kementerian Agama Provinsi Banten.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

MF
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini