Filosofi Dibalik Tradisi Mapacci pada Pernikahan Suku Bugis

Filosofi Dibalik Tradisi Mapacci pada Pernikahan Suku Bugis
info gambar utama

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbung untuk Melambung

Setiap negara pastinya memiliki tradisi dan adat istiadat secara turun menurun. Tidak terkecuali Indonesia yang memang terkenal akan ragam budayanya. Dilansir dari Databoks, Indonesia dengan luas sekitar 1,9 juta kilometer persegi menurut laporan terbaru Worldometers, memiliki 38 provinsi. Jadi, tidak heran jika Indonesia dikenal sebagai negara majemuk dikarenakan banyaknya suku, budaya, agama, etnis, dan adat istiadat.

Pulau Sulawesi sendiri memiliki sekitar 19 suku. Di mana salah satu suku paling dominan adalah Suku Bugis yang menyebar di wilayah Sulawesi Selatan, Tenggara hingga Sulawesi Tengah. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Suku Bugis tidak bisa lepas dari tradisi dan kebudayaan, mulai dari cara berkomunikasi, berpakaian, makan, hingga pernikahan.

Berbicara tentang pernikahan Suku Bugis, sejak beberapa tahun terakhir uang panai terus-terusan menarik perhatian masyarakat di seluruh Indonesia. Bahkan tidak sedikit media mengangkat kisah pernikahan masyarakat Bugis karena uang panai terbilang fantastis belum lagi emas hingga tanah atau sawah berhektar-hektar.

Namun, kawan GNFI dibandingkan uang panai yang maknanya semakin mengalami pergeseran, sebenarnya ada tradisi lebih sakral dengan berbagai filosofi menarik. Tradisi ini mestinya lebih dikenal dan diketahui oleh masyarakat agar pemahaman kita tidak hanya terbatas pada uang panai saja.

Tradisi yang dimaksud adalah Mapacci biasanya diadakan sehari sebelum acara pernikahan Suku Bugis. Sebagai upacara adat pernikahan Mapacci bertujuan untuk membersihkan dan menyucikan calon mempelai. Tradisi ini berdasarkan pada keyakinan masyarakat bahwa segala sesuatu yang baik harus didasari niat dan cara baik pula.

Hal ini sesuai dengan pantun Bugis, duwa kuwala sappo, unganna panasae nabelo kanukue. Artinya, Ada dua yang harus dijadikan prinsip hidup, unganna panasae yang berarti lempu atau kejujuran serta belo kanukue yang artinya pacci atau suci. Sehingga kejujuran dan kesucian harus dijadikan pegangan.

Makna Mapacci dalam Pernikahan Suku Bugis

Acara Mapacci | dokumentasi pribadi

Dilansir dari hasil penelitian Adella Nur Shafira pada tahun 2018, Mapacci berasal dari kata Pacci yang berarti bersih, mapacci artinya membersihkan diri. Upacara menjelang akad nikah ini dimaknai sebagai proses mensucikan atau membersihkan diri mempelai untuk menuju bahtera rumah tangga.

Pelaksanaan Mapacci diharapkan bisa membantu mempelai agar mapacci ati (memiliki hati yang bersih), mapacci nawa-nawa, (memiliki pikiran yang bersih), dan mapacci pangkaukeng (sikap dan perilaku yang bersih).

Pada proses Mapacci ada beberapa unsur yang dibutuhkan di mana setiap simbol memiliki makna tersendiri

  1. Bantal terbuat dari kapas menjadi simbol kemuliaan dan kemakmuran. Hal ini berdasarkan dari fungsinya sebagai pengalas kepala ketika tidur. Kepala sendiri merupakan bagian tubuh yang paling mulia.

  2. Sarung melambangkan harga diri berkaitan dengan fungsi sarung untuk melindungi tubuh. Harapannya mempelai bisa menjaga harga diri dan kehormatan rumah tangganya. Penggunaan 7 lapis sarung tidak lepas dari keyakinan masyarakat jika kedewasaan seseorang dinilai apakah dia mampu mengelilingi dapur 7 kali. Artinya apakah bisa memenuhi kebutuhan hidup selama 7 hari dalam seminggu.

  3. Daun Pisang melambangkan kehidupan sambung menyambung. Dalam Bahasa Bugis dikenal dengan maccolli madaung yang artinya sambung menyambung.

  4. Daun Nangka atau daun panasa mengandung arti sebagai cita-cita luhur. Dalam ungkapan bugis disebut mamminasa lao ridecenge artinya senantiasa bercita-cita untuk kebaikan.
  5. Lilin sebagai simbol penerangan dan pengabdian. Lilin berfungsi menerangi dan sebagai simbol pengabdian kepada keluarga, masyarakat, bangsa, negara, dan agama.

  6. Daun Pacci sebagai simbol kebersihan dan kesucian. Penggunaan daun pacci berarti calon mempelai memiliki hati dan jiwa yang bersih untuk menempuh pernikahan yang suci.

  7. Beras digoreng kering hingga mekar diharapkan calon mempelai dapat berkembang secara mandiri dalam membina rumah tangga. Hingga menurunkan sifat baik pada keturunannya.

  8. Gula Merah dan Kelapa sebagai harapan agar suami istri dapat saling melengkapi kekurangan dan menerima pahit manisnya kehidupan.

  9. Tempat Pacci yang melambangkan kerukunan hidup dalam suatu rumah tangga.

Proses Mapacci Masyarakat Bugis

Dalam proses Mapacci, calon mempelai biasanya akan duduk di pelaminan atau di atas tempat tidur. Di depannya terdapat bantal yang sudah dihiasi 7 lapis sarung beserta beberapa helai daun nangka.

Calon mempelai akan meletakkan tangannya di atas bantal tersebut lalu para tamu atau kerabat akan maju memberikan pacci di telapak tangan kanan dan kirinya kemudian diakhiri dengan doa.

Kawan GNFI, mengetahui makna Mapacci sendiri sangat penting agar masyarakat bisa menambah wawasannya tentang adat budaya Suku Bugis. Selain itu, diharapkan masyarakat Bugis sendiri benar-benar memahami makna setiap proses pernikahan Bugis terkhusus Mapacci, sehingga tidak hanya sebatas melakukan tradisi tersebut hanya karena sudah menjadi kebiasaan saja. Karena setiap proses menjelang pernikahan mengandung doa dan harapan untuk kehidupan rumah tangga kedua mempelai.

Sumber:

  • Ika Dayani Rajab Putri, Makna Pesan Tradisi Mapacci Pada Pernikahan
    Adat Bugis Pangkep Dikelurahan Talaka Kecamatan Ma’rang”Skripsi”,
  • https://id.m.wikipedia.org/wiki/Mappacci
  • Adella Nur Shafira, Kajian Makna dan Pesan dalam Tradisi Mappacci Pada Pernikahan Masyarakat Bugis
    di Kabupaten Sinjai "Skripsi" 2018.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan. Artikel ini dilengkapi fitur Wikipedia Preview, kerjasama Wikimedia Foundation dan Good News From Indonesia.

RD
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini