Momen Menambah Wawasan Berkunjung ke Dua Ruang Tamu Pekan Kebudayaan Nasional

Momen Menambah Wawasan Berkunjung ke Dua Ruang Tamu Pekan Kebudayaan Nasional
info gambar utama

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbung untuk Melambung

Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) Indonesia 2023 baru saja berakhir. Kegiatan yang diselenggarakan selama 10 hari pada 20-29 Oktober 2023 ini sungguh menarik, dengan 40 ruang tamu yang tersebar di berbagai sudut Jakarta. Aku beruntung bisa singgah ke kedua ruang tamu, yaitu di PT Produksi Film Negara (PFN) dan Taman Ismail Marzuki. Berikut ceritaku.

Saat itu aku datang siang jelang sore pada hari Jumat, 20 Oktober di PT PFN (Persero). Ini kedatanganku kali pertama di tempat ini. Selain penasaran karena tempat ini adalah perusahaan yang memproduksi film, juga karena tempat ini menjadi lokasi utama penyelenggaraan PKN untuk kawasan Jakarta Timur.

Saat itu di bagian atas ruang tamu, aku melihat berkarung-karung hasil panen yang ditaruh di sebuah ruangan. Di balai kecil itu juga terdapat hasil bumi lainnya yang bisa diambil pengunjung secukupnya. Yang menarik di ruangan ini juga terdapat instalasi dan lukisan.

Instalasi tersebut adalah berbagai arca perempuan dengan warna putih yang kutebak merupakan simbol dewi kesuburan. Arca atau patung perempuan juga umumnya dimaknai sebagai dewi pertanian dan bumi pertiwi.

Aku berlama-lama di sini, seperti terhipnotis oleh sajian instalasi yang unik plus musik serta sajian visual yang apik. Di ruangan ini pengunjung seolah-olah diingatkan akan makna bumi dan sumber daya alam yang dikandungnya. Jangan serakah, tetap selaraslah dengan alam.

Ruang tamu PFN (dokpri)
info gambar

Di ruang tamu PFN ini ada begitu banyak karya seni yang dipamerkan. Selain itu dari petugas yang menjaga kudengar akan ada begitu banyak kegiatan seni berupa tari-tarian, pertunjukan musik, dan juga icip-icip berbagai masakan nusantara. Komplit. Wah sungguh menarik.

Ada beberapa ruangan di PFN yang memanjang karya seni dengan tema yang beragam. Di ruangan lainnya, kulihat isu-isu sosial diutarakan dalam bentuk foto, puisi, lukisan, komik, hingga karya seni rupa lainnya. Isu yang dikulik di pameran ini umum ditemui di masyarakat, termasuk di Jakarta. Isu tersebut misalnya tentang pengolahan sampah, udara bersih yang makin susah ditemui, lautan yang menjadi wadah pembuangan sampah, hingga masalah kabel-kabel listrik semrawut yang merengut banyak korban. Yang menarik di sini juga ada cerita tentang sedekah bumi, apa makna dan tujuannya, serta relevansinya di masyarakat yang ditampilkan secara apik.

Lalu ada instalasi pohon hayat. Menurutku pohon hayat ini adalah satu cerita menarik di bumi nusantara dengan kaya filosofi, aku pernah menjumpainya juga di Museum Indonesia di TMII. Di sini ditampilkan apa makna dari pohon hayat. Lantas ada pertanyaan, apakah kita akan menjadi pohon selanjutnya?

Di ruangan bawah atau ruangan yang paling awal dijumpai pengunjung, kutemui permainan seperti catur, aneka dolanan anak, permainan tutup botol yang di tempatku disebut kempyeng, dan beragam seni. Aku langsung betah berada di sudut pameran musik perempuan atau yang disebut Bunyi Puan Nusantara.

Musisi perempuan Indonesia tak kalah dalam memberikan pengaruh ke musik dalam negeri. Mereka menyumbangkan kegelisahan atau terpengaruh oleh alam untuk menciptakan kidung alam. Asyiknya lagu-lagu ini bisa didengar dengan headset yang telah disediakan. Aku mendengar beberapa lagunya. Lalu aku pun kemudian asyik bercakap dengan penjaga stan membahas tentang dinamika dan perjalanan musik perempuan. Wah dinamikanya menarik, perjalanan musik puan telah berlangsung sejak lama, lebih dari 50 tahun.

Jika pada ruang tamu PFN aku menjumpai tema tentang "Membaca Ulang Kemakmuran, Tentang Pengolahan Sampah, Permainan, Seni, dan Bumi", maka di Taman Ismail Marzuki aku menjumpai tema "Sungai dan Kehidupan dalam Pameran Modus (Air)".

Ruang tamu Pekan Kebudayaan Nasional di Taman Ismail Marzuki (TIM) ini ada di selasar depan pujasera TIM, tak jauh dari Gedung Perpustakaan H.B. Jassin. Di sini terdapat pameran mini yang bercerita tentang sungai dan kehidupan. Aku ke sini pada Sabtu, 28 Oktober 2023.

Sungai yang terpapar oleh limbah yang parah, bukan hanya merugikan makhluk hidup seperti ikan yang hidup di dalamnya, namun juga berpengaruh bagi para manusia yang hidup di sekitarnya. Mereka jadinya tak bisa menikmati keindahan sungai, kehilangan pencaharian sebagai pencari ikan di sungai, dan sebagainya. Yang tersisa hanyalah aroma busuk dan pemandangan tak sedap dari sungai yang tercemar. Belum lagi ancaman penyakit dari sungai yang kotor.

Kondisi sungai yang menyedihkan ini terekam dalam dokumentasi foto dan cerita dari komunitas penggagas Bandung, Surabaya, Samarinda, dan Banjarmasin. Komunitas Enviromental Art Pusat Budaya Cigondewah, salah satunya. Selama dua dekade, Sungai Cigondewah mengalami pencemaran berupa residu warna dari industri tekstil.

Cerita berikutnya dari Surabaya, tentang pembobolan tanggul sungai, Kanal Kalimas, proyek instalasi penjernihan air, dan keberadaan Kali Jagir yang sudah ada sejak era kolonialisasi Belanda untuk pemecah dan pengatur debit air. Ada berbagai cerita menarik di sana, berkaitan dengan konsumsi dan distribusi air minum, irigasi, juga perubahan ekosistem lingkungan, yang salah satunya bisa mengakibatkan banjir.

Di pameran tersebut juga ada koleksi wadah kaca berisi berbagai tanah di sekeliling danau dan persawahan yang di antaranya terpapar logam dan zat lainnya seperti besi dan batubara. Warna tanahnya pun beragam dari putih, pink, hingga kemerahan.

Awetan ikan (dokpri)

Gambar awetan ikan (dokpri)

Nah yang menarik di ruang tamu TIM ini juga ada pameran ikan yang diawetkan dan komik yang menceritakan pembuatannya. Ada ikan salai dan ikan awetan alami dari Sungai Mahakam yang merupakan cara untuk mengawetkan makanan. Prosesnya memakan waktu cukup lama, namun bisa menghasilkan sumber pangan yang kaya protein dan tahan lama.

Aku mendapatkan banyak cerita yang menarik dan menambah wawasan selama berkunjung ke ruang tamu PFN dan TIM. Dari dua ruang tamu ini memang ada benang merah tema besar PKN yaitu "Lumbuhf Sebagai Metode Aksi", di mana di dalamnya terangkum nilai-nilai regenerasi dan transparansi/kepercayaan. Lumbung bisa dimaknai ruang tamu sederhana, ruang eksplorasi, wadah kolektif, dan juga perlambang kekuatan bersama.

Semoga tahun depan kegiatan Panenan Pekan Kebudayaan Nasional ini kembali diadakan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DP
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini