Pengaruh Teori Kultivasi terhadap Fenomena K-Pop di Era Digital

Pengaruh Teori Kultivasi terhadap Fenomena K-Pop di Era Digital
info gambar utama

Korean Pop, atau lebih dikenal sebagai K-Pop, telah menjadi fenomena global yang sangat berpengaruh. Di era digital saat ini, pengaruh K-Pop telah menyebar ke berbagai lapisan masyarakat di seluruh dunia. Ada beberapa teori yang dapat menjelaskan bagaimana K-Pop dapat begitu memengaruhi pemikiran dan perilaku penggemarnya. Salah satu teori yang relevan adalah Teori Kultivasi. Dalam artikel ini, Kawan GNFI akan mengeksplorasi bagaimana Teori Kultivasi berperan dalam memahami fenomena K-Pop di era digital.

Mengenal Apa itu Teori Kultivasi?

Berdasarkan data dari ThoughtCo., Teori Kultivasi merupakan paparan media yang berulang-ulang dari waktu ke waktu guna mempengaruhi persepsi realitas sosial untuk menumbuhkan keyakinan bahwa pesan yang disampaikan oleh media dapat diterapkan di dunia nyata. Dengan kata lain, semakin banyak seseorang terpapar oleh konten media tertentu, semakin besar kemungkinan pemikiran mereka akan terbentuk oleh konten tersebut.

Nyepi di Bali, Wujud Cinta Masyarakat Pada Alam

Teori ini, pertama kali diperkenalkan oleh George Gerbner pada tahun 1969 sebagai respons terhadap tradisi penelitian efek media, yang hanya berfokus pada efek jangka pendek dari paparan media yang dapat ditemukan dalam eksperimen laboratorium. Teori ini paling sering diterapkan pada tayangan televisi dan menyatakan bahwa persepsi pemirsa televisi terhadap dunia nyata mencerminkan pesan-pesan paling umum yang disampaikan oleh televisi fiksi.

K-Pop telah menjadi salah satu konten media yang paling populer di era digital. Grup musik K-Pop seperti BTS, BLACKPINK, dan EXO memiliki jutaan penggemar di seluruh dunia. Mereka tidak hanya menghasilkan musik, tetapi juga konten video, acara realitas, dan berbagai jenis konten digital lainnya. Penggemar K-Pop tidak hanya mendengarkan lagu-lagu mereka, tetapi juga terlibat dalam aktivitas seperti streaming video musik, konser virtual, dan kegiatan lainnya dalam jejaring sosial yang berfokus pada K-Pop.

Pengaruh Teori Kultivasi pada Penggemar K-Pop

Teori Kultivasi memiliki beberapa konsep kunci yang dapat diterapkan pada penggemar K-Pop. Pertama, teori ini mengemukakan bahwa tontonan yang banyak dan terus-menerus dapat membentuk persepsi seseorang tentang realitas. Dalam konteks K-Pop, penggemar yang aktif menonton video musik, acara realitas, dan konten lainnya cenderung terpapar pada pandangan dunia yang diusung oleh K-Pop. Misalnya, video musik K-Pop sering kali menampilkan gambar-gambar yang sangat estetis, busana yang modis, dan tarian yang kompleks.

Penggemar yang terus-menerus menonton video tersebut mungkin mulai meniru dan memandang dunia sekitar mereka melalui lensa estetika dan mode yang serupa dengan yang mereka lihat dalam video musik. Mereka mungkin juga mulai menganggap tarian dan gerakan yang kompleks sebagai bagian alami dari keseharian mereka. Selain itu, teori ini juga menekankan bahwa media massa seringkali menggambarkan dunia sebagai tempat yang penuh dengan kekerasan, ketidakamanan, dan ketidakadilan.

Namun, dalam konteks K-Pop, gambaran dunia seringkali lebih ceria, optimis, dan penuh harapan. Penggemar yang terpapar oleh pesan-pesan positif ini dalam K-Pop mungkin akan lebih cenderung memiliki pandangan yang lebih optimis tentang dunia.

Kolaborasi Generasi MZ di Ruang Digital Wujudkan Misi Kebudayaan Indonesia

Hadirnya Media Sosial dan Streaming

Era digital telah membawa perubahan besar dalam cara K-Pop dikonsumsi. Platform media sosial seperti YouTube, Twitter, Instagram, dan TikTok telah menjadi tempat utama bagi penggemar K-Pop untuk terhubung dengan idol mereka dan sesama penggemar. Streaming musik melalui layanan seperti Spotify dan Apple Music juga memungkinkan penggemar untuk mengakses lagu-lagu K-Pop dengan mudah.

Teori Kultivasi berlaku dengan kuat di platform-platform ini, karena penggemar terus-menerus terpapar pada konten K-Pop melalui berbagai jenis media. Selain itu, penggemar K-Pop juga dapat mengembangkan hubungan emosional yang kuat dengan idol mereka. Mereka mungkin merasa dekat dengan idol mereka melalui konten digital yang mereka konsumsi secara teratur. Ini bisa mengarah pada perilaku seperti mengikuti idol mereka di media sosial, membuat fan art, dan mendukung mereka dalam segala hal.

Salah satu dampak utama Teori Kultivasi pada penggemar K-Pop adalah bahwa mereka mungkin lebih cenderung terlibat dalam aktivitas yang berhubungan dengan K-Pop. Para penggemar mungkin lebih sering menghadiri konser virtual, membeli merchandise, dan berpartisipasi dalam komunitas penggemar online. Mereka juga mungkin lebih aktif dalam mendukung idol mereka dengan cara seperti voting dalam penghargaan musik, voting penghargaan grup terfavorit dan acara realitas lainnya.

Dilansir dari Dataindonesia.id, berdasarkan data dari Daisuki.com, Bangtan Sonyeondan atau yang sering dikenal dengan BTS telah menjadi artis k-pop paling banyak meraih gelar penghargaan musik tahunan sebanyak 95 kali di Korea Selatan. Beberapa penghargaan yang diraih yaitu 8 penghargaan Korean Music Awards, 20 penghargaan Golden Disc Awards, 24 penghargaan Melon Music Awards, 24 Mnet Asian Music Awards, dan 19 Seoul Music Awards.

Posisi kedua ditempati EXO dengan 55 penghargaan. Gelar tersebut meliputi 1 Korean Music Awards, 12 Golden Disc Awards, 14 Melon Music Awards, sembilan Mnet Asian Music Awards, dan 19 Seoul Music Awards.

Semua penghargaan yang didapat oleh para musisi Korea terutama artis K-Pop merupakan hasil dari voting para penggemar yang menilai apakah lagu yang mereka ciptakan berkualitas, apakah konsep tarian yang mereka buat bagus dan menyenangkan. Semua hal itu menjadi perbincangan para penggemar pada saat melakukan voting dengan berbagai penghargaan.

Berdasarkan dari paparan informasi diatas dapat disimpulkan, bahwa teori Kultivasi memberikan pandangan yang bermanfaat dalam memahami pengaruh K-Pop pada penggemarnya terutama di era digital yang sangat maju ini. Penggemar yang aktif terpapar pada konten K-Pop melalui berbagai media digital, cenderung memiliki pandangan dan perilaku yang dipengaruhi oleh pesan-pesan yang disampaikan dalam konten K-Pop tersebut.

Bisakah Tren Streaming Film Menggantikan Eksistensi Kursi Bioskop?

Penelitian akademik dan data pasar memberikan bukti nyata tentang sejauh mana Teori Kultivasi berlaku dalam konteks K-Pop. Penting untuk diingat bahwa dampak Teori Kultivasi tidak selalu negatif. K-Pop juga dapat membawa pesan positif, seperti optimisme, solidaritas, dan penghargaan terhadap keberagaman.

Meskipun penggemar K-Pop dapat dipengaruhi oleh konten tersebut, hal itu tidak selalu menjadi masalah. Sebagian besar penggemar menikmati K-Pop dan mengekspresikan dukungan mereka dengan positif dan produktif.

Dalam era digital yang terus berkembang, fenomena K-Pop dan Teori Kultivasi akan terus menjadi topik penelitian yang menarik. Semakin kawan memahami pengaruh Teori Kultivasi pada penggemar K-Pop, semakin baik pula kawan dapat menghargai peran K-Pop dalam budaya pop dan media saat ini.

Sumber:

https://dataindonesia.id/varia/detail/bts-artis-kpop-paling-banyak-sabet-penghargaan-musik

https://www.thoughtco.com/cultivation-theory-definition-4588455

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DS
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini