Candi Prambanan: Warisan Keagungan Seni Bangunan Hindu di Tanah Jawa

Candi Prambanan: Warisan Keagungan Seni Bangunan Hindu di Tanah Jawa
info gambar utama
  • Candi Prambanan yang juga dikenal dengan nama Candi Roro Jonggrang adalah kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia, sekaligus salah satu candi terindah di Asia Tenggara yang dibangun pada abad ke-9 masehi. Candi ini dipersembahkan untuk Trimurti atau tiga dewa utama Hindu, yaitu Brahma sebagai dewa pencipta, Wishnu sebagai dewa pemelihara, dan Siwa sebagai dewa pemusnah.

Secara administratif, letak Prambanan sangat unik karena kompleks candi ini berada persis di perbatasan dua provinsi, yakni Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah.

Candi Prambanan berada di Wilayah administrasi Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun pintu masuk kompleks Candi Prambanan berada di wilayah administrasi Desa Tlogo, Kecamatan Prambanan, Klaten, Provinsi Jawa Tengah.

Presiden Jokowi Temui Joe Biden di AS, Bahas Kondisi Palestina

Selain berada persis di perbatasan antara Provinsi Jawa Tengah dan daerah Istimewa Yogyakarta, kompleks candi ini terjangkau dari berbagai arah karena berada langsung di pinggir Jalan Raya Yogyakarta-Solo. Jaraknya kurang lebih 17 kilometer barat daya Surakarta, dan 120 kilometer selatan Semarang.

Karena letaknya yang berada tepat di perbatasan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah, tak heran apabila nama Prambanan kerap muncul di profil wisata maupun budaya dari kedua provinsi ini. Sebagai salah satu Candi Termegah di Asia Tenggara, Candi Prambanan memang menjadi daya tarik kunjungan wisatawan dari seluruh dunia.

Arsitektur bangunan ini berbentuk tinggi dan ramping sesuai dengan arsitektur Hindu pada umumnya dengan Candi Siwa sebagai candi utama yang memiliki ketinggian mencapai 47 meter menjulang di tengah kompleks gugusan candi-candi yang lebih kecil.

Pembangunan Candi Prambanan

Prambanan adalah Candi Hindu terbesar dan termegah yang pernah dibangun di Jawa kuno. Menurut prasasti Siwagrha, candi ini mulai dibangun sekitar tahun 850 Masehi oleh Rakai Pikatan, lalu secara berkelanjutan disempurnakan serta diperluas oleh Raja Lokapala dan Raja Balitung Maha Sambu, di masa Kerajaan Medang Mataram.

Berdasarkan prasasti Siwagrha berangka tahun 856 M, candi ini dibangun untuk memuliakan dewa Siwa. Nama asli bangunan ini dalam bahasa Sanskerta adalah Siwagrha (Sanskerta: Shiva-grha yang berarti: "Rumah Siwa") atau Siwalaya (Sanskerta: Shiva-laya yang berarti: "Ranah Siwa" atau "Alam Siwa").

Kompleks bangunan ini secara berkala terus disempurnakan dan diperluas dengan membangun ratusan candi-candi tambahan di sekitar candi utama oleh raja-raja Medang Mataram berikutnya, seperti raja Daksa dan Tulodong.

Karena kemegahannya, Candi Prambanan berfungsi sebagai candi agung Kerajaan Mataram, tempat digelarnya berbagai upacara penting kerajaan. Pada masa puncak kejayaannya, sejarawan menduga bahwa ratusan pendeta Brahmana dan murid-muridnya berkumpul dan menghuni pelataran luar candi ini untuk mempelajari kitab Weda dan melaksanakan berbagai ritual dan upacara Hindu. Adapun pusat kerajaan atau keraton kerajaan Mataram diduga terletak di suatu tempat di dekat Prambanan di Dataran Kewu.

Menilik Keanggunan Riasan Paes Ageng di Tengah Gempuran Makeup-No-Makeup Look

Legenda Roro Jonggrang

Ada sebuah legenda yang selalu diceritakan masyarakat tentang candi ini. Dalam legenda dikisahkan, Candi Prambanan dibangun oleh Bandung Bondowoso untuk memenuhi persyaratan dari Roro Jonggrang.

Alkisah, Bandung Bondowoso yang jatuh hati pada kecantikan Roro Jonggrang hendak melamar putri raja itu. Roro Jonggrang yang tak mencintai Bandung Bondowoso tak berani menolak lamaran itu secara langsung. Karenanya ia mengajukan syarat yang sulit pada Bandung Bondowoso, yaitu membangun candi dengan seribu arca.

Dengan kesaktiannya, Bandung Bondowoso hampir dapat memenuhi persyaratan itu, Namun, baru selesai 999 arca, Roro Jonggrang meminta bantuan warga untuk menumbuk padi dan membuat api besar sehingga ayam pun berkokok karena mengira pagi telah datang. Bandung Bondowoso yang murka karena merasa dicurangi kemudian mengutuk Roro Jonggrang menjadi arca yang ke 1.000.

Pemugaran Candi Prambanan

Kesadaran akan pentingnya candi ini muncul sejak 1733, Ketika C.A Lons, seorang berkebangsaan Belanda mempublikasikannya ke dunia Barat. Selanjutnya, candi ini menarik perhatian dunia ketika Colin Mackenzie, seorang surveyor, melaporkannya kepada Sir Thomas Stamford Raffles, yang kemudian memerintahkan penyelidikan lebih lanjut.

Penelitian berikutnya mulai dilakukan sepanjang 1880-an. Sayang, dalam proses penelitian dan renovasi itu banyak tindakan penjarahan. Benda-benda artistik seperti arca dan relief candi diambil oleh bnagsa Belanda untuk dijadikan dekorasi taman, sedangkan batuan candi diambil oleh bangsa pribumi sebagai bahan bangunan. Untungnya, candi-candi besar dan beberapa candi kecil masih bisa diselamatkan.

Pemugaran mulai dilakukan sekitar tahun 1902-1903 oleh Theodoor van Erp dengan memelihara bagian yang rawan runtuh. Pada 1918-1926 dilanjutkan oleh Jawatan Purbakala (Oudheidkundige Dienst) di bawah P.J. Perquin dengan cara yang lebih sistematis sesuai kaidah arkeologi. Pada 1926 dilanjutkan oleh De Haan hingga akhir hayatnya pada tahun 1930.

Melacak Wayang Beber, Warisan Tak Benda yang Sekarang Dikeramatkan

Kemudian pada tahun 1931 sampai tahun 1942 digantikan oleh Ir. V. R. van Romondt. Hingga akhirnya kepemimpinan renovasi itu diserahkan kepada putra-putra Indonesia. Pemugaran Candi Siwa sebagai candi utama kompleks ini dirampungkan pada 1953 dan diresmikan oleh Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno.

Upaya renovasi Prambanan terus-menerus dilakukan, bahkan hingga kini. Beberapa bagian Candi Prambanan juga direnovasi untuk memperbaiki kerusakan akibat gempa yang melanda Yogyakarta pada 27 Mei 2006 lalu, dimana gempa tersebut telah merusakkan sejumlah bagian candi. Candi Prambanan sendiri termasuk dalam Situs Warisan Dunia yang dilindungi oleh UNESCO, status ini diberikan UNESCO pada tahun 1991.

Referensi:

Riana, Deny. 2021. Jelajah Wisata Budaya Negeriku Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Bandung: CV. Angkasa.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

S
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini