Momen Cindy Adams yang Berhasil Membuka Tabir Manusia Soekarno

Momen Cindy Adams yang Berhasil Membuka Tabir Manusia Soekarno
info gambar utama

Cindy Adams adalah jurnalis Amerika Serikat yang dipercaya Bung Karno menuliskan perjalanan hidupnya. Hal ini sempat membingungkan karena pers Amerika kala itu dikenal ganas kepada Bung Karno.

Di sisi lain Bung Karno tengah galak-galaknya mengumandangkan anti-imperialisme. Tetapi kepada bekas cheerleader ini Soekarno seolah-olah tak menyembunyikan segala sesuatu, mulai dari masa kecil sampai istri-istrinya.

“Sebuah buku yang kemudian terbukti sangat populer. Membentuk citra Soekarno sampai hari ini. Soekarno yang pecinta wanita, Soekarno yang Marhaen, Soekarno yang penuh selera tinggi pada kesenian. Seorang Soekarno yang penuh warna,” tulis Tempo.

Sosok Hartini, Ibu Negara yang tak Pernah Disukai oleh Publik

Cindy Adams datang ke Indonesia untuk menyelesaikan wawancara untuk biografi Soekarno, Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat antara 1961 dan 1964. Dirinya menginap di Hotel Indonesia, lalu pagi harinya datang ke Istana Negara.

“Saya dijemput mobil, saya lupa mereknya, Maxwell atau apa, tapi pokoknya berwarna hijau,” ingat Cindy.

Buku bersejarah

Sukmawati Soekarno mengenang momen Cindy Adams mewawancarai ayahnya. Cindy kala itu, ingat Sukma kerap memakai baju merah. Dirinya cantik dan elegan dengan bolpoinnya yang bergambar bunga merah.

Menurut Sukma, tempat berlangsungnya wawancara itu sesungguhnya teras istana yang biasa dipakai Soekarno sarapan. Sukma pun paham mengapa Bung Karno memilih Cindy sebagai penulis riwayat hidupnya.

“Bayangin, setiap hari Bapak harus ngobrol curhat sama seseorang. Kalau laki-laki, ya, wegah lah. Kalau wanita cantik internasional kan semangat, ya,” ucapnya.

Sosok Kartini Manoppo, Model Lukisan Basuki Abdullah yang Buat Bung Karno Terpesona

Sebetulnya Bung Karno pernah menginginkan Willem Oltmans, sahabatnya, sejarawan dari Belanda untuk menuliskan biografinya, tetapi Oltmans tak menanggapi. Karena itu Duta Besar Amerika menyakinkan Cindy Adams untuk mewawancarai Bung Karno.

Kepada Tempo, Cindy mengatakan sepanjang wawancara, tidak ada hal yang dilarang dipublikasikan oleh Bung Karno. Hingga hari ini, buku Cindy menjadi rujukan bagi orang-orang yang ingin membahas Soekarno.

“Buku itu mampu menyajikan bagaimana Soekarno melihat dirinya sendiri. Dalam buku itu Soekarno seperti mengatakan inilah saya,” jelas sejarawan Taufik Abdullah.

Jadi ratu gosip

Buku itu terbit pada 1965, sebulan setelah peristiwa 30 September. Setelah penerbitan itu, Cindy pernah dua kali datang ke Indonesia, yaitu pada 1974 dan 1983. Dia mengaku masih takut datang ke Indonesia saat itu.

“Saya masih agak takut karena saya dianggap Soekarnois,” ujarnya.

Marhaenisme-nya Sukarno, Nasionalisme-nya Rakyat Kecil

Setelah buku Bung Karno, dia tak menulis buku biografi lainnya. Dia dikenal dekat dengan Imelda Marcos, dan pernah mewawancarai Shah Iran, tapi tak pernah membuat buku kedua tokoh tersebut.

Sejak 1979, Cindy malah dikenal sebagai kolumnis gosip di New York Post. Dia menulis skandal-skandal dan hal-hal picisan artis. Kalangan media malah menjulukinya sebagai Ratu Gosip New York.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini