Hilangnya Permainan Tradisional Akibat Pengaruh Globalisasi

Hilangnya Permainan Tradisional Akibat Pengaruh Globalisasi
info gambar utama

Saat ini, ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami perkembangan yang sangat pesat. Berbagai aspek kehidupan manusia saat ini mengalami perkembangan yang sangat signifikan dari berbagai sektor kehidupan. Perkembangan IPTEK ini dapat mempermudah berbagai aktivitas manusia.

Seperti memesan transportasi secara daring, memesan makanan, belanja bahan makanan di rumah secara daring, belajar daring, dan bahkan bekerja pun dapat dilakukan dari rumah atau yang dikenal dengan istilah Work From Home (WFH).

Terlepas dari kemudahan yang didapat, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga membawa dampak yang besar terhadap kehidupan masyarakat. Perkembangan teknologi cenderung merubah perilaku sosial masyarakat. Orang-orang cenderung untuk sibuk dengan dunianya sendiri dan tidak memperhatikan lingkungan sekitarnya. Berkembangnya sifat individualis dan tidak peduli terhadap orang-orang disekitarnya membawa dampak negatif bagi masyarakat.

RI Perangi DBD Pakai Nyamuk Jadi-jadian Wolbachia, Kok Bisa?

Gawai benda canggih yang bisa digenggam dan dibawa ke mana saja. "Dunia dalam genggaman setiap orang" begitu orang sering menyebutnya, semua orang dapat dengan mudah mengakses informasi yang diinginkan hanya dengan sekali ketikan. Tak hanya itu saja, game-game yang terdapat pada gawai juga melunturkan permainan tradisional masyarakat.

Mungkin bagi sebagian orang Indonesia yang lahir sebelum tahun 2000-an, masih bisa dengan mudah memainkan permainan tradisional masyarakat setempat. Karena, sebelum tahun 2000-an gadget belum canggih seperti sekarang.

Bahkan, untuk berkomunikasi saja orang-orang harus menggunakan telepon rumah yang tentu saja hanya dimiliki oleh sebagian kalangan saja, bagi orang yang tidak mempunyai telepon rumah harus menggunakan Wartel (warung telepon).

Permainan tradisional yang dimainkan seperti layangan, kelereng, congklak, egrang, petak umpet dan lain sebagainya. Permainan ini biasanya dimainkan untuk mengisi waktu luang libur akhir pekan dan libur sekolah.

Permainan tradisional ini dimainkan secara bersama-sama, sehingga interaksi yang terjadi menimbulkan jiwa sosial yang ada pada anak-anak yang memainkannya. Karena beberapa permainan tradisional, menuntut para pemainnya untuk bekerja sama dan harus memiliki jiwa sportifitas yang tinggi. Tak heran, anak-anak yang lahir sebelum tahun 2000-an jarang dibilang sebagai generasi stroberi.

Pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, libur Ramadan ditetapkan selama 30 hari penuh. Hari libur ini dimanfaatkan dengan bermain permainan tradisional. Saudara yang pulang dari perantauan juga ikut serta bermain. Sehingga, interaksi sosial yang ada di masyarakat selalu terjaga.

Tol Cijago Sudah Tersambung Penuh, Jakarta-Bogor Bisa 45 Menit

Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi juga memantik terjadinya globalisasi. Globalisasi yang terjadi mengakibatkan kurangnya interaksi masyarakat. Semua aktivitas dapat dilakukan dengan mandiri tanpa bantuan orang lain. Hal inilah yang membawa pengaruh negatif terutama dikalangan anak-anak.

Anak usia di bawah umur dapat dengan mudah untuk mengakses tontonan yang tidak baik. Mereka cenderung untuk meniru apa yang sering ditontonnya, itu juga berpengaruh terhadap karakter si anak. Tidak mengherankan jika anak zaman sekarang suka melawan terhadap orang yang lebih tua. Bahkan, ada beberapa kasus anak yang kecanduan gawai, jika tidak diberi gawai akan mengamuk dan bersikap tempramental.

Pada saat ini, anak-anak enggan untuk memainkan permainan tradisional karena dianggap kuno dan akan dianggap kampungan kalau memainkannya. Anak-anak lebih suka untuk memainkan gawainya dimanapun ia berada. Mereka sibuk untuk memainkan game yang ada pada gawai nya. Game yang ada pada gawai kerap memperlihatkan aksi kekerasan yang mempengaruhi psikologis anak-anak.

Zaman sekarang, permainan tradisional masih dapat ditemukan di daerah pedesaan. Namun, pada saat ini daerah pedesaan juga sudah mulai terpengaruh globalisasi. Sikap individualis mulai berkembang pada masyarakat serta budaya konsumerisme.

Pada masyarakat perkotaan, permainan tradisional ini sangat jarang sekali dimainkan, bahkan tidak dapat ditemukan. Jadi, tidak mengherankan jika masyarakat yang bertetangga tidak mengenal satu sama lain, karena tidak adanya interaksi yang terjadi serta budaya gotong royong sudah luntur. Dan yang paling parah ketika seorang warga yang meninggal tidak ada yang mengetahui hal tersebut, hingga pada saat ditemukan sudah menjadi tengkorak.

Kabupaten Bandung Ekspor 19 Ton Kopi ke Prancis Senilai Rp2 Miliar

Pada dasarnya, permainan tradisional memunculkan sikap sosial yang tinggi, menumbuhkan sikap peduli terhadap orang lain. Dan hal ini membawa pengaruh baik pada masyarakat, karena ditanamkan rasa sosial yang tinggi dari usia dini.

Oleh karena itu, penggunaan gawai pada anak-anak usia dini harus dibatasi dan diawasi. Karena bisa merusak mental anak jika dibiarkan terus-menerus.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa permainan tradisional dapat membangun olah pikir anak-anak, olah rasa dan olah raga. Selain itu, permainan tradisional juga mengandung nilai karakter seperti, nilai religiusitas, nasionalisme, kemandirian, gotong royong, dan nilai integritas.

Mengajarkan permainan tradisional pada anak-anak juga mendapat mencegah terjadinya kepunahan permainan tradisional. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tentu saja merupakan hal yang bagus. Namun, jika tidak digunakan secara bijak akan dapat membawa pengaruh buruk bagi para penggunanya. Maka, harus bijaklah dalam memanfaatkan IPTEK.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

RP
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini