Sejarah Kebudayaan Tabuik sebagai Warisan Turun Temurun Daerah Pariaman.

Sejarah Kebudayaan Tabuik sebagai Warisan Turun Temurun Daerah Pariaman.
info gambar utama

Pariaman ialah suatu kota kecil di pesisir barat Sumatera Barat yang luasnya 73, 36 KM2. Pariaman ialah suatu kota yang mempunyai 4 kecamatan, 16 kelurahan, serta 55 desa. Dengan kawasan pesisir yang terbentang, Pariaman mempunyai kemampuan perikanan, perdagangan serta pariwisata yang besar. Salah satu wisata serta peninggalan budaya wilayah Pariaman merupakan tabuik. Tabuik ialah keramaian besar di Pariaman, sebab banyaknya wisatawan yang berbondong- bondong melihat festival tersebut.

Tabuik dalam bahasa Arab ialah tabut yang berarti peti kayu. Secara harfiah, tabuik merupakan suatu peti mati ataupun keranda yang telah dihiasi dengan bunga- bunga serta kelengkapan yang lain. Tabuik ditafsirkan semacam buraq yang bercirikan kuda bersayap serta berkepala manusia.

Legenda tabuik sendiri mengisahkan kematian cucu Nabi Muhammad SAW, ialah Hussein bin Ali dalam Perang Karbala pada 10 Muharram. Bagi cerita yang diterima oleh warga dekat, festival ataupun tradisi ini timbul pada abad ke- 19. Pada dikala itu, tabuik masih kental pengaruhnya dari timur tengah yang dibawa oleh penduduk generasi India pemeluk aliran Syiah.

Pada tahun 1910, dibuatlah konvensi yang mempertemukan segala pemuka suku menimpa tradisi ini. Kesimpulannya konvensi yang terbuat disetujui serta festival tabuik menjajaki tradisi adat serta budaya yang terdapat di Minangkabau. Tipe Tabuik sendiri terdapat 2 ialah Tabuik Pasa serta Tabuik Subarang.

Good Movements GNFI Adakan Talkshow Seru tentang Pemilu 2024, Bahas Partisipasi anak Muda

Tabuik Pasa( pasar) ialah tabuik yang terletak di sisi selatan dari sungai yang membelah kota tersebut sampai ke tepian Tepi laut Gandoriah. Nah, daerah Pasa inilah yang dikira selaku asal muasal dari tradisi tabuik tersebut. Sebaliknya Tabuik Subarang( seberang) ialah tabuik yang terletak di sisi utara dari sungai ataupun wilayah yang biasa diucap selaku Kampung Jawa.

Ada pula rangkaian buat penerapan dari festival tabuik ini yang terdiri dari 7 ritual. Sesi awal ialah proses Maambiak Tanah (mengambil tanah) yang umumnya dilaksanakan pada bertepatan pada 1 Muharram. Tetua hendak mengambil segumpal tanah dari sungai di kala sore hari kemudian tanah tersebut dimasukkan ke dalam suatu kayu yang diucap selaku daraga, ialah simbol dari makam Hussein bin Ali. Tahan kedua ialah Manabang Batang Pisang (menebang batang pisang). Yang dimaksud selaku ketajaman pedang pada perang yang dicoba oleh Hussein.

Tahapan ketiga merupakan Bacakak( berkelahi) yang dicoba oleh 2 kelompok. Perihal ini menggambarkan peristiwa pada dikala perang Karbala terjalin. Tahapan keempat ialah Mengarak Sorban yang dimana dicoba pada sore hari bertepatan pada 8 Muharram. Tahapan kelima pada festival tabuik ini merupakan Naik Pangkat ialah penyatuan tabuik jadi utuh saat sebelum tabuik diarak ke tepi laut. Tahapan berikutnya merupakan Maarak Tabuik.

Pada sore harinya, dicoba prosesi arak- arakan yang diiringi oleh gendang sambil mengajak segala warga yang turut pada perayaan festival tabuik ini. Serta tahapan terakhir merupakan Larung ialah Tabuik hendak dilarung ke laut pada sore hari. Pada proses terakhir ini maknanya merupakan manusia wajib merelakan mereka yang telah mendahului, kerena pada kodratnya manusia hendak wafat pada sesuatu di kala.

Bangga! Bahasa Indonesia Ditetapkan sebagai Bahasa Resmi Konferensi Umum UNESCO

Banyak arti yang ada dari festival tabuik ini sebagian antara lain perperangan yang dicoba oleh Hussein bin Ali ialah perperangan buat membela agama islam serta festival tabuik sendiri bermakna semangat gotong royong di dalam warga Minang. Serta pula festival tabuik ini pula jadi salah satu destinasi wisata kesukaan yang terdapat di Sumatra Barat.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

RR
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini