Mengenal Ilmuwan Besar Nasional: Dedikasi dan Kontribusinya Bagi Kemajuan Indonesia

Mengenal Ilmuwan Besar Nasional: Dedikasi dan Kontribusinya Bagi Kemajuan Indonesia
info gambar utama

Indonesia adalah negara yang sangat kaya, bukan hanya dari sumber daya alam, tetapi juga dari sumber daya manusia.

Mereka tersebar di berbagai belahan bumi dengan karya-karyanya yang mendunia.

Kawan GNFI harus tahu ilmuwan Indonesia yang melahirkan karya yang bermanfaat bagi bangsa Indonesia. Siapa saja mereka? Simak ulasan ini, ya!

Prof. Dr. Ing. H. Bachruddin Jusuf Habibie (B.J Habibie)

Prof. Dr. Ing. H. Bachruddin Jusuf Habibie atau lebih sering disebut B.J. Habibie adalah seorang ilmuwan Indonesia yang mempunyai 46 hak paten di bidang Aeronautika.

Dia adalah mantan Presiden Republik Indonesia yang mengambil alih jabatan presiden setelah Soeharto mengundurkan diri pada tanggal 21 Mei 1998.

Dikenal sebagai namanya yang dijadikan untuk Universitas di Gorontalo, menggantikan nama Universitas Negeri Gorontalo.

Pada tahun 1960-an, kecelakaan pesawat masih sering terjadi karena adanya kerusakan pada struktur yang tidak dapat terdeteksi.

Kemudian, Habibie menemukan solusi untuk masalah tersebut dengan teorinya yang disebut sebagai kemajuan retak.

Dari tempat inilah Habibie dikenal sebagai Mr. Crack. Keamanan pesawat menjadi lebih terjamin dengan adanya teori ini.

Selain itu, Habibie juga ikut terlibat dalam mengembangkan dan merancang pesawat terbang seperti Fokker 28.

Beberapa kendaraan militer yang tersedia adalah Transall C-130, CN-235, N-250, dan N-2130.

Dia juga merupakan orang yang bertanggung jawab dalam merancang dan mendesain Helikopter BO-105, Pesawat Tempur, beberapa jenis missil, dan proyek satelit.

Pada tanggal 26 April 1976, Habibie mendirikan dan memimpin PT. Industri Pesawat Terbang Nurtanio, sebuah sektor industri yang memiliki pentingnya strategis.

Pada tanggal 11 Oktober 1985, Industri Pesawat Terbang Nurtanio mengubah namanya menjadi Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN).

Setelah mengalami perubahan dalam struktur organisasi, IPTN kemudian mengubah namanya menjadi Dirgantara Indonesia pada tanggal 24 Agustus 2000.

Baca Juga: Dua Ilmuwan RI Duduki Posisi Penting di Panel Perubahan Iklim PBB

Prof. Dr. (HC). Ir. R. M. Sedijatmo Atmohoedojo

Prof. Dr. (HC). Ir. R. M. Sedijatmo Atmohoedojo adalah seorang tokoh insinyur sipil Indonesia, cendekiawan, praktisi, ilmuwan, dan juga guru besar di Institut Teknologi Bandung, sukses menemukan sistem pondasi cakar ayam pada tahun 1962.

Temuan ini memungkinkan pembangunan di atas tanah yang tidak stabil seperti landasan pacu bandara di Indonesia dan bangunan lainnya di berbagai penjuru dunia.

Inovasi revolusioner Sedijatmo terjadi ketika perlu mendirikan struktur menara yang memancarkan listrik dengan tegangan yang tinggi di daerah rawa-rawa, Ancol Jakarta.

Implementasi sistem pondasi tradisional menjadi sangat sulit di daerah rawa, sehingga muncul gagasan untuk menciptakan pondasi yang terdiri dari plat beton yang didukung oleh pipa-pipa beton di bawahnya.

Pipa dan plat tersebut bergabung menjadi satu kesatuan yang kuat and menguatkan pegangannya pada tanah yang lembek.

Ia lalu memberikan nama sistem fondasi cakar ayam kepada penemuan tersebut.

Ir. Tjokorda Raka Sukawati

Ir. Tjokorda Raka Sukawati adalah penemu kontruksi Sosrobahu, seorang bangsawan dari Ubud, Gianyar, Bali, dan lulusan terbaik Teknik Sipil ITB angkatan 1964.

Dia juga pernah menjadi mahasiswa dari beberapa dosen yang berasal dari Delft University, Belanda. Gelar Doktor dari Universitas Gajah Mada Yogyakarta berhasil diraihnya pada tahun 1996.

Idea brilliant ini muncul berkat bantuan rumus fisika yang menyatakan bahwa dengan menghilangkan hambatan gesek, benda berat mana pun dapat dengan mudah dipindahkan.

Karena itu, dia memanfaatkan pompa hidraulik untuk mengangkat objek yang berat, dan jika objek tersebut berada di atas permukaan yang licin, maka akan lebih mudah untuk menggesernya.

Pada tanggal 27 Juli 1998, sukses dilakukan pemasangan lengan beton jalan seberat 440 ton. Pada saat itulah Teknik Sosrobahu mulai muncul.

Presiden Soeharto memberi nama Sosrobahu terinspirasi oleh kelompok Triwikrama yang memiliki kemampuan mirip dengan Wisnu, seperti Arjuna Sasrabahu dan Kresna, yang dapat berubah menjadi raksasa yang sangat besar dengan seribu tangan.

Ir. Adi Rahman Adiwoso

Ir. Adi Rahman Adiwoso adalah ilmuwan Indonesia dan oenemu di bidang Aeronautika. Dia lahir di Yogyakarta pada 26 Juli 1953.

Mengeyam pendidikan tinggi di Bachelor of Science dari Universitas Purdue, Amerika Serikat, pada 1975 dan Master of Science Bidang Aeronautika dan Astronautika, Institut Teknologi California, Amerika Serikat.

Ketika ada rencana penjualan satelit Palapa B-1 yang sudah habis masa pakainya. Adi pun membelinya dan mendirikan PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN) pada 1991.

Kemudian titik orbit satelit digeser ke timur, sehingga mampu mencakup pulau-pulau kecil di Pasifik. Namanya berubah jadi satelit Pasifik 1.

Kemudian, Garuda 1 melaju ke luar angkasa. Satelit ide tersebut memiliki berat sebesar 4,5 ton dan dilengkapi dengan dua antena payung yang lebarnya 12 meter serta memiliki kemampuan untuk mencakup sepertiga wilayah dunia.

Intensitas pancaran sinyalnya memiliki ukuran yang besar karena ukurannya juga besar.

Operator-operator satelit dunia terkejut dengan peluncuran satelit sipil terbesar pada bulan Februari 2000.

Semua satelit telekomunikasi di dunia ditempatkan pada orbit rendah (kisaran 600-1000 km) dan menengah (kisaran 7000-10.000 km), maka jangkauan efektif dari satelit-satelit tersebut terbatas.

Pada akhir tahun 2003, PSN pimpinan Adi mengumumkan bahwa mereka berhasil membebaskan 2.975 desa di 40 kabupaten di Indonesia dari keterbatasan komunikasi dengan menggunakan perangkat teknologi satelit.

Dr. Yogi Ahmad Erlangga

Dr. Yogi Ahmad Erlangga adalah lulus dari Program Studi Teknik Penerbangan ITB pada tahun 1993.

Pada tahun 2012, ia menerima penghargaan Achmad Bakrie sebagai pengakuan atas prestasinya sebagai seorang ilmuwan muda yang berbakat.

Yogi, seorang dosen di Program Studi Teknik Penerbangan ITB, sukses mengatasi persamaan Helmholtz dengan cepat dan andal menggunakan metode matematika numerik.

Dr. Yogi lahir di Tasikmalaya pada 8 Oktober 1974 dan ia adalah anak sulung dari tiga bersaudara dari pasangan Mohamad Isis dan Euis Aryati.

Yogi telah melakukan penelitian tentang metode Ekuasi Helmholtz sebagai bagian dari upayanya untuk memperoleh gelar PhD sejak bulan Desember 2001. Metode ini digunakan untuk memahami data pengukuran gelombang akustik.

Baca Juga: Jejak 20 Tahun Penemuan Hobbit dari Flores yang Hebohkan Ilmuwan Dunia

Selama tiga dekade terakhir, belum ada yang sukses dalam memecahkan persamaan matematika Helmholtz yang sering digunakan untuk menemukan lokasi minyak bumi.

Dengan adanya inovasi ini, sektor minyak dapat mengurangi penggunaan perangkat keras sebanyak 60 persen dari jumlah yang umumnya digunakan.

Program tiga dimensi yang sebelumnya dikerjakan dengan 1.000 komputer, dapat diatasi dengan hanya 300 komputer setelah Yogi berhasil memecahkan rumus Helmholtz.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

S
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini