Pengetahuan Akademis & Soft Skill, Mana Lebih Penting Untuk Mahasiswa?

Pengetahuan Akademis & Soft Skill, Mana Lebih Penting Untuk Mahasiswa?
info gambar utama

Menurut kamus Webster’s Now World Dictionary (1962), pendidikan adalah proses pengembangan dan latihan yang mencakup aspek pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan kepribadian (character).

Hal ini terutama dilakukan dalam suatu bentuk formula kegiatan pendidikan mencakup proses dalam menghasilkan dan transfer ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh individu atau organisasi belajar (dalam Nanang Fatah, 2004: 14).

Seperti yang sudah Kawan GNFI ketahui, fungsi pendidikan adalah untuk menyiapkan manusia muda yang berkualitas, menyiapkan tenaga kerja dan menyiapkan warga negara yang baik.

Universitas atau Perguruan Tinggi merupakan suatu wadah tempat untuk membentuk mahasiswa menjadi sosok yang kompeten dan siap menghadapi tantangan kehidupan bahkan dunia kerja. Peran Universitas dalam mengasah aspek akademis (hard skill) individu tidak dapat diabaikan.

Dengan menyediakan lingkungan akademis yang mendukung, universitas memainkan peran penting dalam memberikan pengetahuan dan keterampilan teknis yang diperlukan dalam profesi tertentu.

Namun, perlu diingat bahwa fokus hanya pada perkembangan akademis dapat menimbulkan ketidakseimbangan dalam pengembangan individu, universitas juga bertanggung jawab untuk membentuk soft skill individu dari para mahasiswa.

Menurut Widhiarso (2009), soft skilladalah seperangkat kemampuan yang mempengaruhi bagaimana kita berinteraksi dengan orang lain.

Soft skill merupakan kemampuan yang tidak nampak dan seringkali berhubungan dengan emosi manusia.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Harvard University, Carnegie Foundation dan Stanford Research Center, Amerika Serikat mengatakan bahwa soft skill bertanggung jawab sebesar 85% bagi kesuksesan karir seseorang, sementara hanya 15% disematkan kepada hard skill.

Bahkan buku "Lessons From The Top" yang ditulis oleh Thomas J. Neff dan James M. Citrin (1999), mengatakan bahwa kunci sukses seseorang ditentukan oleh 90% soft skills dan hanya 10% saja yang ditentukan oleh hard skills.

Hasil penelitian tersebut di atas, mau tidak mau harus menjadi prioritas utama bagi Perguruan Tinggi sebagai salah satu penyedia tenaga kerja untuk membenahi kualitas maupun fokus kurikulumnya.

Rendahnya penekanan pada soft skill pada mahasiswa dapat mengakibatkan lulusan yang kurang siap menghadapi dinamika dunia nyata.

Dalam konteks pendidikan tinggi, soft skill menjadi landasan penting yang melengkapi kemampuan akademis mahasiswa. Mahasiswa yang mampu mengembangkan soft skill akan lebih siap menghadapi kompleksitas dunia nyata.

Menurut Baedhowi (2008), ada empat strategi untuk meningkatkan hard skill dan soft skill mahasiswa yaitu:

1. Integrasi Dalam Pembelajaran

Upaya untuk meningkatkan hard skill dan soft skill mahasiswa harus terintegrasi dalam pembelajaran di kelas. Proses pembelajaran yang dilakukan harus memenuhi tiga ranah/kawasan yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Hal ini disebabkan karena sebetulnya pembelajaran adalah proses perubahan perilaku (kemampuan, sikap, dan perilaku) yang relatif tetap 4 yang ada pada diri seseorang sebagai akibat dari suatu pelatihan.

Baca Juga: Content Creator, Skill Komunikasi dan Prospek Kerja

2. Pemberdayaan Dosen.

Dosen sebagai ujung tombak dalam proses pembelajaran di Perguruan Tinggi harus senantiasa meningkatkan kualitas pembelajarannya, antara lain dengan cara studi lanjut ke S2 dan S3 ataupun melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang optimal.

Dengan adanya dosen yang berkualitas seperti hadir tepat waktu, memberikan tugas kepada mahasiswa agar mahasiswa belajar bertanggung jawab, selalu mengoreksi tugas-tugas mahasiswa, melatih mahasiswa untuk berani mengemukakan ide-ide, akan menjadi contoh mahasiswa, akan mendorong dan mahasiswa untuk mengoptimalkan potensi mereka.

3. Optimalisasi Kegiatan Mahasiswa.

Mahasiswa selama proses pembelajaran di Perguruan Tinggi perlu ditingkatkan seoptimal mungkin baik dalam kegiatan intra dan ekstra kurikuler.

Ada beberapa cara dalam peningkatan kemampuan mahasiswa di bidang ekstra kurikuler, antara lain dengan aktif mengikuti kegiatan-kegiatan di UKM, kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh BEM, kegiatan PKM, kegiatan yang diselenggarakan HMJ, dan lain-lain

4. Link and Match dan Kolaborasi Dengan Mitra Kerja.

Dunia kerja banyak mengeluhkan tentang kualitas soft skill lulusan Perguruan Tinggi. Banyak lulusan yang belum siap kerja karena kurang adanya kemampuan.

Oleh karena itu Perguruan Tinggi dalam upaya meningkatkan lulusannya perlu menjalin kolaborasi dengan mitra kerja.

Kolaborasi ini perlu dijalin dari penyusunan kurikulum, sehingga terjadi kesesuaian atau link and match antara penghasil dan pengguna lulusan.

Adanya program magang atau praktek pengalaman lapangan (PPL), kuliah kerja lapangan (KKL) dengan tujuan agar mahasiswa dapat mengetahui dunia kerja yang sesungguhnya.

Dengan begitu diharapkan mahasiswa dapat meningkatkan kualitas diri sesuai dengan standar lulusan yang ditetapkan dan juga peningkatan soft skill mereka.

Baca Juga: 5 Rekomendasi TED Talk untuk Tingkatkan Skill Komunikasi

Baik pengetahuan akademis dan soft skill memiliki peran yang penting dalam membentuk mahasiswa yang berhasil.

Meskipun pengetahuan akademis kawan GNFI membantu dalam pemahaman teoritis, soft skill seperti komunikasi, kepemimpinan, dan kerjasama juga memiliki dampak signifikan dalam mencapai kesuksesan karier dan kehidupan sehari-hari.

Dengan menerapkan kebijakan dan program yang sesuai, universitas dapat memberikan kontribusi positif dalam membentuk lulusan yang tidak hanya kompeten secara akademis tetapi juga siap menghadapi kompleksitas dunia kerja dengan keterampilan interpersonal yang kuat.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

VP
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini