Sering Melihat Anak Tantrum di Mal? Apakah itu Normal?

Sering Melihat Anak Tantrum di Mal? Apakah itu Normal?
info gambar utama

Sering melihat anak menyalurkan kemarahan dengan tidur di lantai mall akibat tidak dibelikan mainan? Meronta-ronta dan berteriak di khalayak umum? Apakah ini normal? Mari simak penjelasannya!

Rudolph Dreukurs, seorang pakar pengasuhan anak, berkata bahwa alasan utama anak berperilaku buruk adalah keputusasaan. Anak yang putus asa sering menuntut perhatian lebih dan orang tua terkadang menanggapinya dengan mencoba memaksakan kehendaknya terhadap anak.

Apa sih, Tantrum Itu?

Tantrum identik dengan kemarahan yang meledak-ledak, hentakkan kaki dan tangan ke lantai, meronta-ronta, berteriak, menangis, serta perilaku berlebihan, seperti tidur di lantai. Hal tersebut menjadi perilaku yang dianggap negatif bagi orang tua.

Tantrum ini bersifat normal dan alami, terutama pada anak yang belum bisa mengungkapkan rasa frustasi mereka dengan kata-kata, belum bisa menyampaikan apa yang mereka inginkan, serta belum bisa memahami emosi yang sedang mereka rasakan. Biasanya tantrum terjadi pada anak usia 15 bulan sampai 6 tahun.

Apa yang Menyebabkan Tantrum Bisa Terjadi?

Menurut Tasmin (2002), tantrum pada anak dapat disebabkan oleh:

1. Terhalangnya keinginan anak mendapatkan sesuatu, adanya kebutuhan yang tidak terpenuhi

Source : freepik.com
info gambar

Anak lapar, tetapi tidak mampu untuk mengungkapkan rasa lapar nya sehingga orang tua juga tidak merespon keinginan anak dengan baik. Ini menunjukkan bahwa tantrum bisa terjadi saat anak tidak mampu berkomunikasi dan cenderung menunjukkan keinginannya dengan ekspresi berupa emosi.

2. Pola asuh orang tua yang tidak konsisten

Source : pexels.com
info gambar

Orang tua terlalu memanjakan anak atau justru terlalu menelantarkan anak. Misalnya, saat orang tua membuat sebuah aturan, tetapi aturan tersebut tidak dipertahankan karena orang tua tertekan akibat tuntutan perilaku emosional si anak.

Faktor lainnya dapat berupa lapar, mengantuk, sakit, orang tua salah merespon kebutuhan anak, dikritik, dirampas mainannya, atau bertemu dengan orang asing. Tantrum juga bisa terjadi saat anak mengalami stress, merasa tidak aman, dan tidak nyaman.

Penyebab tantrum ini sendiri berkaitan dengan kondisi keluarga, seperti persaingan dengan saudara dan kurangnya pemahaman orang tua tentang tantrum sehingga merespon perilaku ini sebagai sesuatu yang mengganggu. Respon orang tua yang seperti ini dapat membuat anak menggunakan cara yang negatif untuk mendapatkan keinginannya.

Orang tua perlu mengendalikan emosi saat anak tantrum karena perilaku ini merupakan hal yang normal sehingga orang tua bisa meresponnya dengan wajar.

Bagaimana Cara Menghadapi Anak yang Tantrum?

Berdasarkan penelitian Gina dan Jessica (2007), ternyata orang tua sering merespon anak yang tantrum dengan cara yang tidak tepat, yakni 59% mencoba menenangkan anak, 37% mengacuhkan, dan 31% menyuruh anak untuk diam. Hal ini menunjukkan bahwa orang tua masih sering keliru dalam menghadapi anak yang tantrum.

Source : pexels.com
info gambar

Tantrum dapat dicegah dengan mengenali kebiasaan-kebiasaan anak dan memahami seperti apa kondisi anak saat tantrum terjadi. Misalnya, pada anak yang aktif bergerak dan gampang merengek maka orang tua perlu mengatur kondisi supaya anak tidak bosan selama perjalanan. Contohnya dengan sering beristirahat di jalan, memberi waktu bagi anak untuk bermain, dan berlarian di luar mobil.

Orang tua perlu memperlakukan anak dengan tepat, yakni tidak terlalu memanjakannya dan juga terlalu melepaskannya. Jangan memberikan hadiah saat anak sedang tantrum, ini akan mengakibatkan anak mengulangi perilaku tantrum supaya dapat hadiah.

Cara lainnya dapat dilakukan dengan membuat kesepakatan bersama anak, sebelum bepergian orang tua menjelaskan apa yang akan dilakukan, di mana, dan berapa lama kegiatan berlangsung, lalu minta persetujuan anak. Cara efektif lainnya yaitu mengalihkan perhatian anak, serta lebih memahami karakter dan kemauan anak.

4 Hal yang Perlu Dilakukan dan Dihindari Saat Tantrum Terjadi

  1. Memastikan segalanya aman bagi anak dari benda rawan seperti handphone, remote, dan aman bagi pengasuh.
  2. Orang tua perlu mengontrol emosinya, peluklah anak dengan kasih sayang. Akan tetapi, apabila anak meronta maka hindari hal ini. Orang tua harus tetap tenang dengan emosi stabil.
  3. Tidak memedulikan pandangan sinis atau ungkapan negatif dari lingkungan sekitar. Jangan terpengaruh dengan reaksi tersebut, tetap sabar, dan kendalikan emosi.
  4. Hindari membujuk, berargumen, dan menasihati agar anak diam, ini hanya akan membuat anak semakin memberontak.

Tips paling ampuh!

Pindahkan anak ke kamar selama 2 atau 3 menit untuk memberi kesempatan bagi orang tua mengontrol emosinya. Sebelum meninggalkan kamar, orang tua perlu berkata “Bunda akan meninggalkan adek di kamar ini sampai adek tenang dan siap untuk bicara.”

Teknik ini terbukti sangat membantu anak agar bisa tetap konsisten pada aturan. Jika anak sudah mulai reda, tunjukkanlah ekspresi cinta dan sayang agar anak merasa aman. Ajak anak main dengan gembira.

Beberapa saran di atas mungkin dapat berguna bagi orang tua yang belum memiliki pengalaman mengasuh anak. Lalu, dengan uraian di atas, apa yang akan Kawan lakukan selanjutnya untuk mengatasi tantrum pada anak? Jadilah orang tua milenial yang bijak!

Sumber:

  • Gau, P. ", Gowa, M. ", Poros, J., 29 Samaya, M. K., & Selatan, S. (2013). 73 MENGENAL PERILAKU TANTRUM DAN BAGAIMANA MENGATASINYA UNDERSTANDING TANTRUM BEHAVIOR AND HOW TO SOLVE IT Syamsuddin (Vol. 18, Issue 02).

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

FK
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini