Mengapa Bulutangkis Menjadi Olahraga Favorit Orang Indonesia? Ini Alasannya!

Mengapa Bulutangkis Menjadi Olahraga Favorit Orang Indonesia? Ini Alasannya!
info gambar utama

Apakah Kawan GNFI mengenal Tan Joe Hoek, Rudy Hartono, Susy Susanti, Alan Budikusama, Taufik Hidayat, The Minions, The Daddies, Pramel, Greisya Poli, Afriani Rahayu, Fajri? Mereka adalah nama-nama atlet tenar dari bulutangkis Indonesia.

Tapi, apakah kawan pernah berpikir mengapa bulutangkis sangat populer di Indonesia? Yuk kita simak dulu sejarah bulutangkis.

Sebenarnya bulutangkis sudah dimainkan di Eurasia selama berabad-abad. Olahraga ini akhirnya makin tenar pada pertengahan abad ke-19 berkat tentara British India yang saat itu bertugas di India. Saat itu, mereka bermain battledore dan shuttlecock yang sangat populer di India.

Battledore juga secara etimologi berarti raket. Permainan ini sangat mirip dengan bulutangkis yang kita kenal sekarang, menggunakan raket yang terbuat dari kulit hewan atau tali yang diikat ke kayu dan tentu saja shuttlecock. Peraturannya sangat sederhana, para pemain harus terus saling tukar pukulan agar shuttlecock tak jatuh ke tanah.

Salah satu catatan yang paling sering ditemukan adalah nama badminton diambil dari rumah Duke Beaufort, yang bernama Badminton House di badminton, Gloucestershire, Inggris. Dahulu, anak-anak Duke Beaufort sering bermain badminton di rumah tersebut dan akhirnya olahraga ini makin dikenal oleh para bangsawaan.

Inggris akhirnya mendirikan Badminton Association of England pada 1893 dan merilis peraturan pertandingan bulu tangkis. Pada 1899, All England perdana digelar dan masih ada hingga sekarang. Berusia 124 tahun, All England jadi turnamen bulutangkis tertua dan sangat bergengsi.

Sementara itu, federasi bulutangkis internasional baru didirikan pada 1934 yang dinamakan International Badminton Federation (IBF). IBF dijadikan satu dengan World Badminton Federation pada 1981. Akhirnya, namanya diubah menjadi Badminton World Federation (BWF) pada 24 September 2006 dalam rapat Luar Biasa di Madrid, Spanyol. Nama itulah yang kita kenal hingga saat ini.

Kembali ke Indonesia, bulutangkis ternyata sudah sangat populer. Sejak zaman penjajahan, telah ada beberapa perkumpulan bulutangkis di Indonesia. Perkumpulan-perkumpulan ini akhirnya dipersatukan saat Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) dibentuk pada 5 Mei 1951.

Bulutangkis kala itu belum masuk dalam Olimpiade, tapi sudah ada All England, Thomas Cup, dan Uber Cup. Lalu, Indonesia saat itu masih menjadi negara yang masih dalam fase pasca-kemerdekaan. Presiden RI Soekarno ingin menjadikan olahraga sebagai salah satu wujud dari revolusi kebangsaan. Hasilnya, pembinaan olahraga terus dilakukan termasuk untuk bulutangkis.

Badminton telah menancap kuat dalam perjalanan bangsa Indonesia. Kita bisa dengan mudah menemukan orang bermain badminton di pagi hari maupun di sore hari biasanya kita menjumpainya di tepi jalan, gelanggang olahraga bersama teman-teman satu klub atau di lapangan dekat rumah Kawan GNFI.

Survei terbaru dari lembaga riset pasar Cint tahun 2018 menunjukkan badminton menempati urutan kedua olahraga yang rutin dilakukan orang-orang Indonesia, mengalahkan sepak bola dan bersepeda. Sedangkan dari Survei Neilsen Sports pada 2020, menunjukkan sebanyak 71 persen masyarakat Indonesia menyukai olahraga bulutangkis. Kepopuleran ini juga di topang oleh kemilau prestasi atlet badminton Indonesia di kancah dunia.

Salah satunya adalah tim Indonesia yang sukses menjuarai Thomas Cup tahun 1958 lalu. Ini momen unjuk gigi pertama Indonesia di turnamen badminton internasional. Usaha untuk ikut kejuaraan ini bukan main-main. Demi mendatangkan pemain andalan Indonesia di Thomas Cup, Ferry Sonnevile, yang waktu itu lagi studi di Belanda, orang-orang Indonesia rela patungan lewat aksi “Dompet Ferry Sonneville” yang dikelola mingguan Star Weekly.

Pada perhelatan Tomas Cup pertama kali diikuti Indonesia, tim Indonesia berhasil mengumandangkan Indonesia Raya di dunia internasional. Saat itu ketika Tan Joe, Ferry Sonneville, Djoe Kiem Bie, dan kawan-kawan kembali ke tanah air dengan mempersembahkan prestasi internasional, mereka disambut lautan massa.

Mereka dianggap pahlawan. Pelbagai kalangan, termasuk politikus, tak lupa memberi pujian. Inilah yang membuat warga negara Indoensia memiliki kepercayaan diri bahwa di dunia internasional, Indonesia bisa berkiprah pada cabang Bulutangkis.

Sambutan meriah dan gelar pahlawan bagi atlet tidak berhenti waktu itu saja, karena pada tahun-tahun berikutnya tradisi Indonesia juara badminton berlanjut. Tan Joe Hok, menjadi atlet pertama Indonesia yang menang di All England pada tahun 1959. Sampai sekarang, total atlet Indonesia telah meraih 36 gelar juara dari total 65 kali All England, dihitung dari 1959 sampai 2023.

Rekor Rudy Hartono, peraih gelar juara All England terbanyak Indonesia dan dunia untuk tunggal putra sebanyak 8 kali, sampai sekarang rekor ini belum ada yang mengungguli.

Sedangkan di Thomas Cup, Antara 1958 sampai 2022, Indonesia meraih juara pertama sebanyak 14 kali dan posisi runner-up sebanyak 7 kali. Belum lagi bicara Olimpiade, kecuali di Olimpiade 2012, tim bulu tangkis Indonesia tak pernah puasa dalam meraih medali tiap Olimpiade sejak Susi Susanti meraih emas Olimpiade pertama Indonesia di Olimpiade tahun 1992 hingga sekarang.

Dari total 36 medali yang Indonesia raih pada perhelatan Olimpiade, lebih dari separuhnya ditorehkan atlet dari cabang olahraga badminton, dengan 8 di antaranya adalah medali emas.

Dilansir YouTube Narasi Newsroom, data ini menunjukkan, apa yang dikatakan Tjoa Keng Lin, inisiator penggalangan dana untuk Ferry Sonneville pada tahun 1958, masih relevan hingga sekarang. “Dia mengatakan Bulutangkis adalah satu-satunya cabang olahraga di mana kita mempunyai harapan menjadi kampiun dunia, untuk itu kita harus berani berkorban”.

Tak hanya itu, para atlet Indonesia di Olimpiade dan tentu saja Indonesia bisa menjadi tuan rumah Asian Games 1962, yang sekaligus menambahkan bulutangkis untuk pertama kalinya dalam ajang multievent empat tahunan terbesar di Asia itu. Prestasi bulutangkis Indonesia luar biasa dalam Asian Games 1962, menorehkan 5 emas, 3 perak, 3 perunggu diraih oleh Tan Joe Hoek dan kawan-kawan.

Sejarah panjang prestasi bulutangkis Indonesia ini juga didukung oleh dukungan dari penduduk Indonesia yang sangat luar biasa. Zaman dulu yang semua informasi masih sangat sulit dan hanya mengandalkan radio dan televisi (hanya bagi yang mampu) membuat bulutangkis jadi cabang superstar.

Saat itu, para juara diarak keliling kota dan bertemu dengan presiden. Citra ini jelas terpatri di dalam diri para orang tua dan anak-anak yang nantinya berharap bisa menjadi seperti para juara tersebut.

Orang-orang Indonesia saat pertandingan bulutangkis internasional diselenggarakan, sangat jelas antusias masyarakat baik menonton secara langsung di arena maupun menyaksikan hanya lewat televisi. Semua orang Indonesia dari Sabang sampai Merauke, baik melalui televisi ataupun yang hadir di stadion meneriakkan satu kata “Indonesia”. Inilah mengapa olahraga bulutangkis memiliki semangat persatuan bagi orang-orang Indonesia.

Sumber:

https://www.youtube.com/watch?v=QoS-hoBVHf8

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

S
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini