Bangunan-Bangunan yang Menjadi Saksi Tragedi Tsunami Aceh 26 Desember 2004 Silam

Bangunan-Bangunan yang Menjadi Saksi Tragedi Tsunami Aceh 26 Desember 2004 Silam
info gambar utama

Pada tanggal 26 Desember 2004 yang lalu, Aceh menjadi saksi diam dari peristiwa tragis tsunami yang terjadi. Namun, dari kehancuran tragedi tersebut, struktur-struktur bangunan berdiri tegak sebagai bukti nyata yang menggambarkan daya tahan dan keberanian manusia.

Hari ini kita mengenang 19 tahun dari kejadian tragis bencana Tsunami Aceh. Korban jiwa lebih dari 200 ribu orang akibat peristiwa yang terjadi pada Minggu, 26 Desember 2004. Tsunami tersebut telah mengubah beberapa lokasi menjadi tempat wisata yang populer. Apa saja? Simak ulasan berikut ini!

Kapal PLTD Apung I

Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Apung I adalah kapal generator listrik milik PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) di Banda Aceh. Kini, bangkai kapal besar yang tersapu gelombang dahsyat tsunami pada 26 Desember 2004 itu berada di Tengah Kampung Punge Blang Cut, Kecamatan Jaya Baru, Banda Aceh.

Adanya kapal ini mengingatkan akan kekuatan yang mengerikan dari tsunami di Aceh pada tanggal 26 Desember 2004. Kejadian tersebut dimulai dengan gempa berkekuatan 8,9 skala richter, diikuti datangnya banjir yang tidak terduga. Sebagai akibatnya, kejadian tersebut menyebabkan kematian ratusan ribu orang dan merusak kehidupan masyarakat Banda Aceh secara menyeluruh.

10,5 Juta Ton Emisi Karbon di RI Berkurang Berkat Teknologi Co-Firing

Reruntuhan PLTD Apung I, sebuah kapal pembangkit listrik tenaga diesel yang memiliki berat mati sekitar 2.600 ton, panjang 19 meter, dan lebar 9 meter, telah terdampar di daratan sekitar 2-3 km dari Pelabuhan Ulee Lheue. Pada tahun 2003, kapal PLN ini tiba di Aceh dengan tujuan menyediakan pasokan listrik di Banda Aceh pada saat itu melalui perjalanan laut.

Sebelumnya, kapal pembangkit listrik dengan kapasitas 10 Mega Watt tersebut telah berhenti di beberapa lokasi sebelumnya dan terakhir digunakan di wilayah Kalimantan Barat. Karena menghasilkan listrik sebesar 10,5 Mega Watt, tidak mengherankan jika kapal ini memainkan peran yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Aceh.

Pada saat terjadinya tsunami, ada 11 orang anak buah kapal yang berada di atas kapal PLTD Apung I. Sayang sekali, hanya satu orang yang berhasil bertahan hidup melawan arus air yang deras. Seseorang anak buah kapal yang bertahan di atas kapal ketika kapal terdampar di pantai karena ombak.

Di dekat bangkai kapal itu, Kawan dapat mengunjungi Taman Edukasi Tsunami yang dirancang untuk memberikan pengajaran mengenai tsunami. Tempat yang dimaksud memiliki pepohanan yang lebat dan hijau di seluruh area taman. Jalan berkelok-kelok yang dibuat di taman tersebut memberikan keindahan yang tampak.

Taman Edukasi Tsunami ini menyediakan informasi mengenai peristiwa-peristiwa tsunami, catatan sejarah, dan foto-foto tsunami di Aceh yang terjadi tahun 2004 silam. Taman ini juga dilengkapi dengan fasilitas rekreasi, termasuk taman bermain, teater terbuka, fasilitas publik, dan area duduk untuk para pengunjung.

Mesjid Raya Baiturrahman Aceh

Dengan dinding putih cerahnya dan kubah megah berwarna hitam, mesjid ini juga menggoreskan sejarah ketika tsunami menyapu Aceh pada 26 Desember 2004.

Di masjid itulah ribuan orang mencari perlindungan setelah terjadi bencana tsunami yang hampir menghancurkan seluruh Kota Banda Aceh dan daerah sekitarnya. Saat tsunami menghancurkan hampir semua bangunan, baik yang tua maupun yang baru, Mesjid Raya Baiturrahman tetap berdiri tegak memberikan perlindungan bagi para pengungsi. Ini merupakan fakta yang memberikan arti besar kepada Mesjid Baiturrahman di Kota Banda Aceh.

Inilah Bandara Tersibuk dan Maskapai Paling Tepat Waktu saat Libur Nataru 2024

Museum Tsunami Aceh

Museum Tsunami Aceh, di Banda Aceh adalah sebuah museum yang dirancang sebagai monumen simbolis untuk bencana gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia 2004 sekaligus pusat pendidikan dan tempat perlindungan darurat.

Museum Tsunami Aceh telah dirancang oleh M. Ridwan Kamil, seorang arsitek yang juga pernah menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat. Museum ini memiliki desain struktur berlantai empat dengan ukuran 2.500 m2 yang dilapisi dengan relief geometris pada dinding lengkungnya. Di dalamnya, para pengunjung melalui sebuah lorong yang sempit dan gelap di antara dua dinding air terjun yang tinggi.

Air terjun tersebut kadang-kadang memercik dengan pelan dan kadang-kadang bergemuruh dengan kuat di kedua sisinya. Tampaknya lorong ini dirancang untuk menggambarkan suasana dan ketakutan yang muncul ketika terjadi tsunami.

Arsitektur museum ini menggabungkan rumah Aceh bertipe panggung dengan konsep escape building hill berupa bukit untuk evakuasi bencana tsunami. Gambarnya meliputi sosok yang menari Saman di dinding museum, menggambarkan pentingnya kekuatan, kedisiplinan, serta keimanan suku Aceh dalam kegiatan religius.

Terdapat juga keberadaan nilai tari yang berhubungan dengan agama, seperti yang dapat ditemukan dalam ruangan bernama The Light of God. Ruangan ini memiliki bentuk sumur silinder yang memancarkan cahaya ke arah atas melalui sebuah lubang yang berisi lafadz Allah.

Denah bangunan museum ini merupakan analogi dari epicenter gelombang laut tsunami. Museum ini memiliki 2 lantai. Area terbuka yang terletak di lantai 1 dirancang sedemikian rupa sehingga bisa terlihat dari luar dan bertujuan sebagai tempat untuk mengenang peristiwa tsunami. Beberapa ruangan di lantai ini menampung sejumlah rekam jejak kejadian tsunami tahun 2004.

Dua Kebijakan Ini Penting Agar Kinerja Industri Meroket, Apa Saja?

Beberapa contoh di dalamnya termasuk area pamer tsunami, pratsunami, keadaan saat tsunami, dan area setelah tsunami. Ada beberapa foto kejadian tsunami, barang bukti jejak tsunami, dan replika tampil di tingkat ini. Salah satu contohnya adalah penggambaran diorama kapal nelayan yang terkena hantaman gelombang tsunami dan diorama kapal PLTD Apung yang terdampar di Punge Blang Cut.

Di lantai 2 berisi media-media pembelajaran berupa perpustakaan, ruang alat peraga, ruang empat dimensi, dan toko cenderamata. Beberapa alat peraga yang ditampilkan antara lain, rancangan bangunan yang tahan gempa, serta model diagram petahan bumi. Ada beberapa fasilitas yang terus disempurnakan seperti ruang lukisan bencana, diorama, pustaka, serta kafe.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

S
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini