Melacak Sosok Prabu Jayabaya, Benar Seorang Tukang Ramal dari Abad 12?

Melacak Sosok Prabu Jayabaya, Benar Seorang Tukang Ramal dari Abad 12?
info gambar utama

Ramalan Jayabaya atau sering disebut Jangka Jayabaya merupakan kitab ramalan yang dipercaya oleh masyarakat Indonesia. Dipercaya kitab ini ditulis oleh Prabu Jayabaya, yaitu Raja Kediri pada tahun 1135-1159 Masehi.

Beberapa peristiwa bersejarah konon telah dicantumkan dalam kitab tersebut. Beberapa contoh seperti sistem perkeretaapian di Jawa pada abad 19, datangnya penjajah Jepang hingga kemerdekaan Indonesia.

Perang Paregreg, Pertempuran Antar Saudara yang Hancurkan Majapahit

Gagasan mesainik dalam Jangka Jayabaya pun mempengaruhi Pangeran Diponegoro dalam Perang Jawa 1825-1830. Ketika itu dirinya bergelar Sultan Ngabdulkamid Erucakra. Energi dari ramalan itu pun menginspirasi sebagian pejuang kemerdekaan.

Tetapi H.M Vlekke dalam Nusantara: Sejarah Indonesia (2017) meragukan bahwa sosok Raja Jayabaya seorang peramal. Dikatakannya, sosoknya hanya dicatut karena dia adalah raja besar yang sukses menyusun naskah Bharatayudha.

“Jayabaya dalam sejarah sama sekali tidak berhubungan dengan ramalan itu,” kata Vlekke.

Sosok Sri Jayabaya

Raja Jayabaya memang dipuji sebagai raja besar yang berhasil mempersatukan Kerajaan Panjalu dan Jenggala. Selain itu, dirinya juga sosok dibalik penerjemahan kisah Mahabharata oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh.

Dua bukti terpenting mengenai keberadaan Jayabaya adalah Prasasti Hantang atau Ngantang dari tahun 1135 M dan Kakawin Bharatayudha pada 1157. Tetapi dari prasasti dan kakawin abad ke 12 itu tidak pernah menyebut Jayabaya memiliki kemampuan meramal.

“Dari sekian banyak kitab kakawin warisan Panjalu-Kadiri yang sudah ditemukan, tidak satu pun memuat ramalan hasil penulisan Maharaja Jayabaya,” jelas pemerhati sejarah Yosef Kelik dalam Ramalan Jayabaya tidak Dibuat oleh Raja Jayabaya yang dimuat Mojok.

Melihat Teknik Kerajaan Majapahit untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan

Di sisi lain, pada memori kolektif orang Jawa, Sri Aji Jayabaya malah dipercaya telah bertahta pada rentang 779-834 M. Catatan dua tokoh ini ditulis oleh Thomas Stamford Raffles dalam The History of Java (1817).

Di sini, dia bukan disebut sebagai maharaja Kediri melainkan raja Medang Kamulan yang memerintah pada 779.834. Sementara itu versi kedua, adalah sosok Aji Jayabaya yang memerintah Kediri pada 878 M.

Tetapi Yosef meragukan catatan itu karena Kediri pada zaman itu belum merupakan daerah kemaharajaan, bahkan penduduknya masih sedikit. Pada medio 800-an Masehi, pusat pemerintahan Jawa masih berada di bagian Jawa Tengah.

“Dari situ saja, bisa ditarik suatu kesimpulan bahwa Sri Aji Jayabaya lebih merupakan tokoh legenda dengan catatan historis lemah dan rancu,” tegasnya.

Siapakah sang peramal?

Dijelaskan oleh Yosef, sosok peramal yang muncul dalam memori kolektif orang Jawa mulai muncul setelah Majapahit runtuh. Pembentuk memori kolektif ini, jelasnya, cenderung berbasis legenda bukan berdasarkan fakta.

Pada catatan Tom Pires dengan judul Suma Oriental (1513-1515) terlihat sejarah Jawa sudah menunjukkan penyimpangan riwayat Jayabaya. Dikatakannya, ramalan itu memang terinspirasi dari sosok Maharaja Jayabaya tetapi tidak punya sumber rujukan yang akurat.

Yosef lebih mengamini teori Nancy K.Florida serta Sri Margana yang menyebut sosok penulis ramalan Jangka Jayabaya adalah Raden Ngabehi Ranggawarsita (1802-1873 M), pujangga besar terakhir Keraton Surakarta.

Candi Cetho: Peninggalan Majapahit yang Dibangun di Atas Awan

“Lewat teori ini, dapat dirasionalisasi mengapa dalam ramalan tersebut bisa ada sejumlah istilah yang menggambarkan pengaruh bahasa Arab maupun penjelajahan samudra selepas abad XV.” jelasanya.

Karena itulah, lanjutnya bisa dipahami ada penggambaran kereta api, pasalnya Ranggawarsita berkolega dengan orang Belanda. Selain itu, penelusuran Jangka Jayabaya akan berpangkal kepada Kitab Musarar dari era Sunan Giri Prapen (1600-an Masehi).

“Artinya, usia ramalan itu lebih muda sekitar lima abad dari era Maharaja Jayabaya,” tegasnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini