Mengenal Music Declares Emergency Indonesia, Kolaborasi Musisi Peduli Lingkungan

Mengenal Music Declares Emergency Indonesia, Kolaborasi Musisi Peduli Lingkungan
info gambar utama

Perhatian terhadap perubahan iklim kini menjadi prioritas utama masyarakat dari berbagai lapisan. Berbagai langkah telah dilakukan untuk mengampanyekan sikap peduli masa depan lingkungan. Tak terkecuali para musisi tanah air yang saat ini mulai menggunakan musik sebagai media untuk menggaungkan darurat iklim.

Indonesia dengan bangga memperkenalkan Music Declares Emergency (MDE) Indonesia, sebuah aliansi sekaligus wadah bagi para musisi, seniman, serta organisasi yang berkomitmen untuk melindungi kehidupan di bumi. MDE Indonesia merupakan bagian dari kampanye global Music Declar Emergency.

Sejak pertama dicanangkan pada 2019, aliansi MDE telah menyebar ke puluhan negara dan menerima dukungan dari berbagai musisi serta pelaku industri global seperti Billie Eilish, Arcade Fire, serta Bon Iver.

Dari Pandawara Group Hingga Giri Marhara, Pegiat Lingkungan Turut Mewarnai Media Sosial

MDE Indonesia ini resmi terbentuk pada 22 April 2023 saat peringatan Hari Bumi. Indonesia disebut menjadi negara pertama di Asia yang tergabung dalam Music Declares Emergency. Hingga saat ini, deklarasi tersebut telah ditandatangani 3.583 seniman, 15.740 organisasi, dan 1.829 individu dari seluruh penjuru tanah air.

“Kami ingin mengembalikan kekuatan musik ini, apalagi isu lingkungan belum menjadi prioritas di media populer,” kata Gede Robi, vokalis Navicula, pemrakarsa MDE Indonesia Kamis (4/1/2024), dikutip dari Kompas.com.

Menurutnya, isu lingkungan saat ini menjadi revolusi para musisi yang tergabung dalam MDE Indonesia melalui slogan “No Music on a Dead Planet”. Maksudnya, tidak ada musik di planet yang mati. Tidak ada euforia ketika bumi mengalami kerusakan dahsyat.

MDE Indonesia telah mengolaborasikan 13 musisi terkenal Indonesia, yakni Endah N Rhesa, Iga Massardi, Guritan Kabudul, Nova Filastine, Navicula, Tony Q Rastafara, Tuan Tigabelas, Iksan Skuter, FSTVLST, Kai Mata, Rhythm Rebels, Prabumi, dan Made Mawut.

13 Musisi Indonesia Suarakan Krisis Iklim Lewat Album Sonic/Panic

Album Sonic/Panic dan Tour Kota Besar

MDE Indonesia saat ini tengah mempromosikan album Sonic/Panic yang berhasil digarap dari ketigabelas musisi dari lintas genre yang tergabung. Penggarapan album tersebut dilakukan sejak Juli – September 2023 melalui label rekaman Alarm Records yang dibentuknya.

"Alarm Records, record label yang disepakati oleh 13 musisi ini. Record label pertama yang konsen pada isu iklim, produk pertamanya Sonic/Panic ini. Musisi bercerita tentang hal-hal yang melingkupi krisis iklim," ucap Vokalis FSTVLST, Farid Stevy.

Dilansir dari Mongabay, Sonic berarti suara, Panic merujuk pada situasi panik. Jadi, Sonic/Panic ini semacam suara-suara kepanikan yang karena berbagai masalah lingkungan yang mempercepat perubahan iklim global.

Album Sonic/panic berhasil dirilis pada November di berbagai platform musik digital dan dirayakan dalam IKLIM Fest di Ubud Bali. Perayaan sekaligus pengenalan album perdana itu kembali dilakukan pada Desember 2023 di Yogyakarta. Selanjutnya, kota Malang akan menerima perayaan mereka pada Sabtu, 6 Januari 2024 mendatang.

Kaleidoskop 2023: Jalan Panjang RI Selamatkan Bumi dari Perubahan Iklim

Delapan musisi Indonesia lintas genre akan menggelar konser kolaboratif Sonic/Panic di Malang Creative Center, Sabtu (6/1/2024). Delapan musisi tersebut ialah FSTVLST dari Yogyakarta, Navicula dari Bali, Iga Massardi dari Jakarta yang berkolaborasi dengan Lorjhu’ dari Madura, serta Made Mawut dari Bali.

Selain itu, ada pula musisi asli Malang seperti Nova Ruth, Iksan Skuter, Pagi Tadi, serta legenda rock Toto Tewel yang berkolaborasi dengan Lie Andi.
konsep konser tersebut cukup unik. Mereka menerapkan startegi pengurangan sampah palstik dengan menyediakan pos isi ulang air minum untuk mendorong para penonton, panitia, bahkan penampil membawa botol minum sendiri.

Pihaknya juga mencoba mengurangi emisi dengan melarang pedagang makanan gunakan bungkus atau kemasan sekali pakai. Sebagai alternatif, mereka dapat menggunakan alat makan pakai ulang yang disediakan Dietplastik Indonesia.

“Musisi bisa mulai mendorong praktik lebih ramah lingkungan di konser-konsernya,” ucap Nova Ruth, musisi asal Malang dan salah satu penggagas Sonic/Panic di Malang, dikutip dari Kompas.com.

Saatnya Musik Etnik Indonesia Tampil di Depan Musisi Dunia dalam IMEX 2023

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Aslamatur Rizqiyah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Aslamatur Rizqiyah.

Terima kasih telah membaca sampai di sini