Telisik Kemiripan antara Masyarakat Jawa dan Korea

Telisik Kemiripan antara Masyarakat Jawa dan Korea
info gambar utama

안녕하세요 여러분 atau Annyeonghaseyoyeorobun! Para pecinta Korea pasti tidak asing dengan sapaan yang sering terdengar di drama, film, atau saat idol Korea sedang menyapa fansnya.

Tahu enggak tahu, ternyata banyak hal serupa antara Jawa dan Korea, lho! Mulai dari cara berbicara, cara menyapa, hingga perilaku antar sesama manusia. Apa saja, ya?

Tingkatan Bahasa

Di Jawa, terutama Jawa Timur dan Jawa Tengah, terdapat istilah tatanan bahasa Krama Inggil untuk tetua, Krama Halus untuk yang dituakan satu tingkat, dan Ngoko digunakan teman sebaya maupun lebih muda. Tiap tingkatannya juga memiliki kosakata berbeda, seperti tidur dalam Krama Inggilnya adalah sare, Krama Halusnya adalah tilem, dan Ngokonya adalah turu.

Hal ini berlaku pula di Korea yang mempunyai tingkatan berbeda tergantung lawan bicara dan situasi-kondisi. Tingkatan tersebut antara lain Nopimal (노피말) digunakan ketika kondisi formal atau pada acara kenegaraan, Jondaetmal (존댓말) digunakan saat bersama orang asing, dan Banmal (반말) digunakan dengan orang yang sudah akrab lama.

Bagi pemula yang ingin belajar Bahasa Korea, biasanya para pengajar hanya mengenalkan Jondaetmal dan Banmal agar memudahkan pemahaman konteks bahasa maupun penyusunan kalimat. Contohnya pada kata ‘Pergi atau bahasa Korea umumnya adalah ‘Gada’, maka bentuk Jeondatmalnya adalah ‘Gambnida’ dan bentuk Banmalnya ‘Gayo’.

Bagaimana Kelanjutan Upaya Peningkatan Kualitas Udara Jabodetabek?

Kalimat Sapaan ke orang Lain

Sapaan ‘Mas’ dan ‘Mba’ sangat wajar ditemui di Jawa Timur, terlebih di tempat umum untuk menunjukkan kesopanan memanggil seseorang yang belum dikenal sebelumnya. Begitu pun di Korea, penggunaan ‘Hyungnim’ atau ‘Hyung’ layaknya ‘Mas’ dengan posisi subjek pertama pria maupun wanita; serta ‘Eonni’ dengan posisi subjek pertama wanita atau ‘Noona/Nuna’ dengan posisi subjek pertama pria layaknya ‘Mba’ pada lawan bicara yang lebih tua dan berpengalaman di bidangnya.

Layaknya Jawa yang menjunjung tinggi unggah-ungguh, Korea pun begitu hingga Penutur asli Korea berpesan bagi pemula untuk tidak asal menggunakan kata ‘Oppa’ kepada pria Korea karena dianggap tidak menghormati lawan bicara dan sebaiknya menggunakan sapaan nama lawan bicara saja.

Makanan Serupa Beda Rasa

Siapa yang tidak kenal Kimbap sebagai jajanan khas Korea dari gulungan nori dengan isian nasi, telur, timun, wortel, maupun kimchi dan langsung siap disantap dengan kecap asin? Adapun di Jawa terdapat Arem-arem yang terbuat dari nasi dengan isian tumisan suwiran ayam, wortel, dan kentang lalu digulung pada daun pisang untuk selanjutnya dikukus hingga matang.

Meski dari cara makan Kimbap dan Arem-arem berbeda, tetapi sekilas tampak mirip dari bahan-bahan yang digunakan. Selain itu, jajanan Pajeon dari Korea berbahan dasar mirip seperti gorengan Ote-ote atau Bala-bala dari Jawa dari tepung yang dicampur berbagai sayur, seperti wortel, kubis, kecambah, dan daun bawang dengan perbedaan bentuk di mana Pajeon lebih pipih atau hampir mirip pancake sementara Ote-ote berbentuk bulat nan berisi.

Minuman Herbal

Korea sebagai negeri ginseng juga mempunyai minuman herbal layaknya jamu khas Jawa. Di pasar tradisional Korea, terdapat deretan toko yang menjual rempah-rempah tradisional kering untuk diracik sendiri di rumah. Sementara itu, masyarakat Jawa sering mengonsumsi jamu yang dipercaya kaya akan khasiat seperti menjaga imun, membersihkan organ dalam, dan memberi stamina. Wedang jahe, salah satu minuman herbal, khususnya diminum sebagai penawar rasa dingin di kala musim hujan.

Pakaian Tradisional

Jawa terkenal dengan produksi Batik dan Kebaya sebagai tren masa lampau hingga sekarang mendunia untuk dikenakan pada acara penting, seperti pernikahan dan perayaan acara nasional. Batik umum dikenakan oleh pria, sementara Kebaya yang dipasangkan dengan Jarit sebagai rok khususnya dikenakan oleh wanita.

Batik & Kebaya © unsplash.com


Tak kalah dari Indonesia, Korea juga mempunyai Hanbok sebagai pakaian tradisional yang dikenakan pada acara penting, terutama pernikahan. Hanbok juga mempunyai ketentuan khusus saat mengenakan berdasarkan jenis kelamin strata sosial si pemakai.

Hanbok formal bagi pria terdiri dari celana panjang dan rompi lengan panjang nan lebar. Sementara hanbok formal bagi wanita terdiri dari beberapa lapis pakaian dalam yang dipadukan dengan rok panjang-mengembang berwarna-warni dan rompi pendek sebagai atasan yang ditutup dengan tali ban panjang.

Hanbok © unsplash.com
info gambar
Kumpulkan Pakar Hukum, Indonesia Siap Bela Palestina di Mahkamah Internasional

Perayaan Panen Raya

Tradisi sejak nenek moyang tidak boleh terputus, sehingga perlu diteruskan kepada generasi selanjutnya dan akan terus lestari nan abadi di berbagai artikel. Seperti halnya masyarakat Jawa Timur yang mempunyai tradisi Methil dan Jawa Tengah mempunyai tradisi Wiwitan sebagai ritual petani untuk menyambut musim panen dengan menghidangkan hasil bumi berupa makanan yang telah diolah oleh warga.

Tak kalah dengan Jawa, warga Korea juga merayakan hasil panen raya di musim gugur yang dinamakan Chuseok dengan perhitungan menurut kalender Lunar beserta hidangan spesial berupa Japchae, Galbijjim, Jeon, dan Songpyeon.

Nasi Penting Saat Sarapan

Sebagian besar orang Jawa mengonsumsi nasi sebagai karbohidrat dengan berbagai aneka lauk maupun sayuran ketika sarapan guna memberi energi di pagi hari. Begitu pula di Korea yang mengharuskan sarapan sebelum memulai aktivitas pagi hari dengan semangkuk nasi dan lauk pauk dari kulkas atau dikenal dengan istilah banchan.

Berperilaku kepada orang tua © pexels.com
info gambar

Attitude kepada yang Lebih Tua

Berbagai suku di Indonesia, terkhusus di masyarakat Jawa yang masih menerapkan unggah-ungguh atau tata krama, sangat menjunjung tinggi kesopanan dan keramahan untuk bersikap menghormati orang yang lebih tua dengan berbagai cara, seperti salim, menundukkan kepala ketika menyapa orang lewat, dan membungkukkan badan ketika permisi di depan orang tua.

Sama halnya masyarakat Korea yang mempunyai attitude serupa dengan saling membungkukkan badan satu sama lain sebagai simbol berterima kasih serta berlutut pada dua kaki ketika melakukan kesalahan.

Pada dasarnya, kemiripan budaya antara Jawa dan Korea pada aspek perilaku dan kuliner dilatarbelakangi karena sama-sama pernah dijajah oleh Jepang, sehingga membentuk beberapa kebiasaan kurang lebih sama dengan pengaplikasian yang hampir mirip. Tak heran jika banyak kuliner streetfood Korea terkini yang bisa diaplikasikan dan dijual di Indonesia.

Selain itu, perspektif anak muda Indonesia menjadi berwawasan luas dan mendetail karena mengadopsi kebiasaan orang Korea yang serba praktis, canggih, disiplin, dan elegan melalui drama Korea. Menurut Kawan, adakah daerah lain yang memiliki kebiasaan serupa dengan negara lain?

Disclaimer: Korea di sini merujuk pada Korea Selatan saja.

Asik! LRT Jabodebek Tambah Waktu Layanan Operasional

Referensi:

https://kepoper.com/bahasa-korea-tingkatan-dari-bahasa-hormat-sampai-akrab/

https://www.britannica.com/place/South-Korea/Daily-life-and-social-customs

https://www.goodnewsfromindonesia.id/2022/11/11/5-ritual-petani-sambut-musim-panen-di-indonesia-dari-batak-hingga-manggarai-timur

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

NU
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini