Sejarah Kota Reog Kota Ponorogo

Sejarah Kota Reog Kota Ponorogo
info gambar utama

Sejarah Kota Reog Ponorogo dimulai dengan Kelana Suwandana, raja Kerajaan Bantarangin, yang berkeinginan melamar putri Kerajaan Kediri. Melalui pendekatan kekeluargaan dengan Ki Ageng Kutu dan seluruh pendukungnya, usahanya mulai membuahkan hasil.

Raden Katong, anak dari Raja Brawijaya V, mengembangkan ide mendirikan kadipaten. Pada sekitar tahun 1482 M, konsolidasi wilayah pun dimulai. Raden Katong, Selo Aji, dan Ki Ageng Mirah bersama pengikutnya terus berusaha mendirikan pemukiman.

Reog Ponorogo sendiri berasal dari Jawa Timur bagian barat-laut. Ponorogo dianggap sebagai kota asal Reog. Reog merupakan salah satu warisan budaya daerah di Indonesia yang masih mempertahankan keaslian budayanya dengan kuat.

Meningkatkan Hasil Pertanian dengan Internet of Things (IoT)

Seni pertunjukan yang telah bertahan dari zaman dahulu ini tidak hanya memiliki nilai seni tinggi, tetapi juga mengandung nilai-nilai luhur.

Pada tahun 2013, Reog Ponorogo diakui sebagai Warisan Budaya Indonesia dengan nomor registrasi 201300028. Pencatatan ini melibatkan partisipasi dari berbagai komunitas, kelompok, dan individu, antara lain Sanggar Tari Kawulo Bantarangin, Paguyuban Reyog Putri Sardulo Nareswari, Reog Taruno Mudha, Simo Budi Utomo, Margojati Jolosutro, dan Singo Manggolo.

Pertunjukan Reog Ponorogo dapat dinikmati pada berbagai acara seperti upacara tolak bala, acara bersih desa, hajatan pernikahan, hari besar Islam dan nasional, khitanan, tasyakuran, pesta rakyat, penyambutan tamu, serta pertunjukan sebelum pengajian.

Kota Ponorogo

Kota Ponorogo dikenal sebagai "Kota Reog" karena dianggap sebagai asal-usul seni budaya Reog, sebuah tarian dan seni khas Jawa Timur bagian barat-laut.

Reog Ponorogo memiliki akar sejarah dari Kelana Suwandana, raja Kerajaan Bantarangin, yang berkeinginan melamar putri Kerajaan Kediri. Nama "Reog" sendiri adalah singkatan dari Resik, Endah, Omber, Girang-Gemirang, menciptakan seni pertunjukan kuno yang sarat dengan nilai seni dan luhur.

Pada masa pemerintahan Bupati Markum Singodimedjo, Ponorogo mengadopsi branding sebagai kota Reog, yang sejak itu menjadi julukan yang melekat hingga kini.

Cara Kerja Sistem Pengelolaan Kinerja Guru-Kepsek via Platform Merdeka Belajar

Kata "reog" sendiri berasal dari wilayah Jawa Timur bagian barat-laut. Adapun Ponorogo diakui sebagai kota asal Reog.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), "reog" memiliki arti sebagai tarian tradisional yang dilakukan di ruang terbuka sebagai hiburan rakyat, melibatkan unsur magis, dan menampilkan penari utama yang mengenakan hiasan kepala singa dengan ornamen bulu merak.

Tari Reog

Reog Ponorogo adalah seni budaya yang berasal dari Jawa Timur bagian barat-laut. Seni ini mempersembahkan beberapa rangkaian tarian pembukaan, seperti Reog Obyog dan Reog Festival.

Reog Obyog sering tampil di pelataran atau jalan tanpa mengikuti pakem tertentu, hadir dalam acara hajatan, bersih desa, atau pementasan semata untuk hiburan.

Sementara Reog Festival, yang telah mengalami perubahan dan pengembangan, menjadi seni reog modern yang umumnya dipertunjukkan dalam berbagai acara seperti pernikahan, khitanan, dan hari-hari besar Nasional.

Blitar Park, Taman Hiburan dengan 28 Wahana Atraksi di Jawa Timur

Kesenian Reog Ponorogo dikenal karena memiliki unsur magis dan mistis yang kuat. Sejarah serta asal-usul Reog Ponorogo erat kaitannya dengan kekuatan ilmu kanuragan.

Unsur magis dalam Reog Ponorogo tercermin melalui tarian tradisionalnya yang membawa nilai-nilai mistis dan ilmu kebatinan. Terdapat juga keyakinan akan adanya kesurupan yang terkait dengan kesakralan dan kekuatan gaib dalam pertunjukan Reog.

Meskipun ada pandangan yang menyatakan bahwa Reog pada dasarnya merupakan perpaduan seni gerak tari dan ilmu kanuragan, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa seni ini memancarkan mentalitas mistis dan magis yang melekat dalam tradisinya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Nadira Hamamah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Nadira Hamamah.

NH
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini