Tradisi Mambosuri dari Batak, Dukungan Moral bagi Calon Ibu di Usia Kehamilan Tujuh Bulan

Tradisi Mambosuri dari Batak, Dukungan Moral bagi Calon Ibu di Usia Kehamilan Tujuh Bulan
info gambar utama

Jika Etnik Jawa memiliki tradisi Mitoni, Etnik Batak Toba juga memiliki tradisi yang khas bernama Mambosuri. Mambosuri menjadi bagian dari tradisi yang akan terus dilestarikan hingga saat ini

Secara harfiah, Mambosuri memiliki kata dasar bosur yang berarti kenyang. Oleh karena itu, ketika kata tersebut memiliki konfiks /mam-i/, Mambosuri diartikan sebagai memberi kenyang.

Dari definisi secara etimologi, Mambosuri merujuk pada acara memberi makan oleh orang tua pihak perempuan kepada putrinya yang tengah mengandung anak pertama.

Mambosuri (tujuh bulanan) digelar saat usia kehamilan pertama seseorang memasuki tujuh bulan. Oleh karena itu, tradisi Mambosuri hanya dilakukan sekali dalam seumur hidup seseorang.

Tradisi tersebut hanya dilakukan saat seorang perempuan mengandung anak pertama dan usia kandungannya memasuki tujuh bulan.

Pelaksanaan Mambosuri bermakna sebagai simbol harapan dan doa akan keselamatan ibu dan jabang bayi yang berada di dalam kandungan hingga waktu kelahiran tiba.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Nita F. Panjaitan (2018) disebutkan, tradisi Mambosuri juga hadir sebagai salah satu dukungan moral bagi calon ibu yang dipenuhi rasa takut dan khawatir saat menjalani kehamilan yang pertama. Apalagi, saat itu kasus kematian ibu hamil cukup tinggi karena terbatasnya tenaga ahli kesehatan yang membantu proses melahirkan.

Meski saat ini tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan telah mumpuni, tradisi Mambosuri tetap dilestarikan.

Mambosuri juga dikenal sebagai mangirdak, mamboan ulos mula gabe atau ulos tondi (Maslan M.R. Sihombing, 2023).

Tradisi Mitoni, Acara Tujuh Bulanan yang Konon Lahir dari Kerajaan Kediri

Tata Cara Pelaksanaa Mambosuri Batak Toba

Dilansir dari penelitian “The tradition of Mambosuri Toba Batak Traditional Ceremony For A Pregnant Woman with Seven Months Gestational Age For Women's Physical and Mental Health” yang dikutip Kompas, hal pertama yang dilakukan untuk melaksanakan Mambosuri ialah orang tua dari pihak istri memberikan kabar bahagia atas kehamilan putrinya kepada kerabat dan tetangga.

Para kerabat dan tetangga tersebut kemudian mendatangi tempat menantu atau pihak suami yang menjadi tempat tinggal calon ibu sebagai bentuk rasa peduli.

Parboru atau orang tua pihak istri dalam kedatangannya membawakan makanan tradisional berupa dengke simudur-mudur atau ikan mas yang dimasak menggunakan bumbu khas Batak. Makanan tersebut harus disantap pertama kali oleh istri yang menjadi calon ibu dengan cara disuapi oleh ibu dari pihak istri.

Selain makanan utama tersebut, parboru ‘orang tua istri’ juga menyediakan makanan kesukanan anaknya. Setelah calon ibu yang sedang hamil merasa kenyang, para hadirin baru diperbolehkan untuk menyantap hidangan.

Setelah makan bersama selesai, acara dilanjutkan dengan memberikan pesan-pesan tentang proses persalinan. Hal tersebut merupakan inti dari acara Mambosuri yang bertujuan memberi dukungan moral sekaligus membekali calon ibu tentang pengetahuan merawat anak.

Tradisi kemudian dilanjutkan dengan memberikan kain khas Batak, ulos Mangiring di bahu calon ibu dan calon ayah. Ulos tersebut dipercaya dapat memberikan keselamatan, memberikan kesehatan, dan menjauhkan dari hal-hal buruk.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Maslan M.R. Sihombing (2023). Tradisi Mambosuri diawali dengan pihak paranak atau keluarga suami yang terlebih dahulu memberikan makanan tudu-tudu sipangananon berupa masakan hewan sembelihan kepada keluarga pihak istri.

Makanan tersebut berfungsi sebagai simbol penghormatan tertinggi kepada keluarga pihak istri sekaligus menjaga hubungan ikatan antara keluarga pihak suami dan pihak istri.

Selain masakan hewan sembelihan, pihak keluarga suami juga memberikan uang kepada pihak keluarga istri.

Sementara itu, Nita F. Panjaitan (2018) menjelaskan bahwa acara Mambosuri diawali dengan keluarga pria menyambut keluarga perempuan yang telah tiba. Kemudian, keluarga perempuan memberikan sipanganon (makanan) kepada anak perempuan (boru) dan menantu pria (hela) yang berupa makanan kesukaan anak perempuan.

Kemudian, orang tua pihak perempuan memberikan kain ulos Mula Gabe atau ulos Tondi. Ulos tersebut khusus diberikan kepada anak perempuan yang tengah hamil untuk pertama kalinya.

Selain ulos, calon ibu juga mendapatkan beras sipir ni tondi yang melambangkan “memperkuat jiwa dan roh manusia” dan tudu-tudu sipanganon (makanan adat).

Mangulosi, Tradisi Batak yang Terus Dilestarikan, Bukan Sekadar Kain Biasa

Referensi:

  • Sihombing, Maslan M.R. 2023. "Makanan Batak Toba pada Domain Kelahiran". Jurnal Sains dan Teknologi ISTP, 182-186.
  • Panjaitan, Nita Florenta. 2018. “Makna Mambosuri (Tujuh Bulanan) Bagi Etnik Batak Toba di Kelurahan Lalang Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan”. Skripsi. Program Studi Pendidikan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial. Medan: Universitas Negeri Medan

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Aslamatur Rizqiyah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Aslamatur Rizqiyah.

Terima kasih telah membaca sampai di sini