Cokelat RI Dapat Petaka dari El Nino, Dunia Bisa Terdampak?

Cokelat RI Dapat Petaka dari El Nino, Dunia Bisa Terdampak?
info gambar utama

Petani kakao asal Desa Ujang Mattajang, Sulawesi Selatan, Muhammad Amin mengalami gagal panen selama lima tahun belakangan. Di lahan seluas 750 meter persegi yang dia garap yang biasanya tumbuh sekitar 4 ton, akhir-akhir ini tidak menentu.

Amin menjelaskan cuaca tak menentu ditandai dengan kemarau panjang. Hal ini menyebabkan menurunnya pertumbuhan tanaman kakao. Akibatnya, dia hanya bisa panen maksimal 600-800 kilogram per siklus.

“Penurunan drastis sekali, selain pertumbuhan jadi lambat, banyak juga yang gagal berbuah, kualitas kakao yang dihasilkan juga tidak seperti dulu-dulu,” ucap Amin yang dimuat Mongabay.

Berkah Petani Timun Suri ketika Datangnya Bulan Ramadan

Hal yang sama dirasakan oleh Samidi, petani kakao asal Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul, DI Yogyakarta. Menurutnya fenomena alam yang tidak lazim ini memberikan dampak buruk bagi hasil pertanian.

Akibat kejadian itu, bunga kakao yang ditanam banyak yang rontok. Padahal jika bunga kakao tidak rontok itu bisa mengindikasikan bahwa pohon kakao bisa berproduksi secara optimal sesuai harapan.

“Sebelum cuaca ekstrem, setiap tahunnya tanaman kakao itu mampu menumbuhkan bunga yang sangat banyak, per pohonnya bisa ribuan,” terangnya.

Sampai Maret

El Nino menjadi kabar buruk bagi tanaman yang sensitif terhadap perubahan cuaca. Sebelumnya komoditas seperti beras, gula, sawit telah menjadi korban. Kali ini kakao juga terkena dampaknya.

Berdasarkan El Nino-Southern Oscillation Outlook terbaru, kejadian El Nino diperkirakan akan berlangsung hingga Januari hingga Maret 2024. Dengan kemungkinan 71 persen akan meningkat pada November hingga Januari.

Kisah Para Petani Kolang-Kaling yang Mendapat Berkah dari Bulan Ramadan

“Dampak El Nino ini akan semakin intensif dan sering terjadi dapat mengurangi secara signifikan jumlah lahan subur untuk budidaya kakao. Hal ini tidak hanya mengancam ketahanan pangan, namun juga membahayakan penghidupan para petani,” jelas Aulia Mutiara dalam Cokelat RI: Kena Dendam Eropa, Kini Juga Terancam El Nino dinukil dari CNCB.

Diketahui, Indonesia merupakan sepuluh negara penghasil kakao dunia, posisinya ada di urutan ketujuh dengan produksi 180 ton pada 2022. Afrika masih menjadi penyumbang terbesar kakao mencapai 75 persen produksi global.

Respon pemerintah

Direktur Perlindungan Perkebunan, Kementerian Pertanian, Hendratmojo Bagus Hudoro menyampaikan cuaca ekstrem dapat berdampak signifikan terhadap produktivitas kakao secara nasional.

Perubahan pola hujan, suhu ekstrem, dan fenomena cuaca lainnya bisa menyebabkan gagal panen, penurunan kualitas biji kakao, dan kerugian ekonomi bagi petani. Dampak yang panjang bisa mempengaruhi produktivitas kakao secara nasional.

“Beberapa dampak utama yang dapat terjadi melibatkan aspek pertumbuhan tanaman, kualitas biji kakao,” terangnya.

Dari Tanam Padi hingga Telur Puyuh, Cara Eks Napiter Terorisme agar Berdikari

Karena itu pihaknya telah meluncurkan serangkaian program inisiatif, salah satunya memberikan bantuan melalui program Demplot Mitigasi dan Adaptasi Dampak Perubahan Iklim Berbasis Komoditas Perkebunan di berbagai daerah rawan kekeringan.

Upaya lainnya, melakukan pendampingan teknis dengan memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada petani dalam menerapkan praktik-praktik mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim,

“Supaya para petani bisa mengatasi tantangan yang dihadapi saat ini,” paparnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini