Mengenal Totopong, Tutup Kepala Ala Kabayan yang Cerminkan Kelas Sosial

Mengenal Totopong, Tutup Kepala Ala Kabayan yang Cerminkan Kelas Sosial
info gambar utama

Masyarakat Indonesia tentunya tidak asing dengan karakter Kabayan. Sosok bersahaja nan lucu ini sering kita jumpai dalam film-film, tulisan bahkan komik. Sosok Kabayan juga menjadi perbincangan saat diperankan oleh almarhum Didi Petet.

Sosok Kabayan ini selalu digambarkan memakai tutup kepala khas Sunda. Tapi banyak orang yang belum tahu mengenai ikat kepala tersebut. Usut punya usut, ikat kepala yang sering digunakan oleh Kabayan bernama totopong.

Dinukil dari Indonesia Kaya, totopong merupakan kebudayaan khas Sunda berbentuk tutup kepala sejenis blangkon bagi masyarakat Jawa Tengah atau udang bagi masyarakat Bali. Pada 2012, Pemerintah Kota Bogor memperkenalkan totopong kepada wisatawan asing.

Kampung Adat Kranggan Bekasi: Menjaga Tradisi di Tengah Modernisasi Kota

Totopong pada dasarnya adalah kain batik bermotif Sunda berbentuk persegi dengan ukuran 50 x 50 cm. Kain ini kemudian diikatkan pada kepala dan berbentuk sesuai dengan variasi yang diinginkan.

Secara umum, terdapat tujuh variasi bentuk dalam totopong, yaitu bentuk barambang semplak, parekos nangka, parekos jengkol, tutup liwet, lohen, porten, dan kole nyangsang. Semuanya memiliki keunikan masing-masing.

Mencerminkan kelas sosial

Dahulu totopong bagi masyarakat Sunda berfungsi mencerminkan kelas sosial dalam masyarakat. Sehingga perbedaan kedudukan seseorang terlihat jelas dalam kehidupan sehari-hari.

Berbagai bentuknya diciptakan sebagai simbol-simbol yang berkaitan dengan agama, ritual adat, dan status sosial tokoh masyarakat yang dianggap mempunyai peranan dalam suatu kelembagaan.

Karel Frederik Holle, Saudagar Belanda yang Terpikat Tanah Sunda

Tutup kepala berbahan iket juga memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan tutup kepala jenis lainnya, karena proses pembentukannya memerlukan kehati-hatian, kecerdikan, ketekunan, kesabaran dan rasa estetika tinggi.

“Hal ini menunjukkan bahwa iket dapat mencerminkan status simbolik pemakainya,” terang Mochammad Fadillah Rahmat dalam Mengenal Iket atau Totopong beserta jenisnya.

Pembagian iket

Fadillah menjelaskan iket terbagi menjadi dua bagian utama, yakni iket buhun (iket lama) dan iket masa kini, Iket buhun merupakan iket pola para tetua zaman dahulu di daerah Pasundan.

Iket ini memiliki bentuk kain persegi yang dilipat menurut aturan khusus sehingga membentuk pola iket seperti Barangbang Semplak, Julang Ngapak, Parekos Jengkol, Buaya Ngangsar dan lain-lain.

Peristiwa Perang Bubat: Fakta atau Fiksi Sejarah?

Iket masa kini merupakan model iket yang berasal dari masyarakat masa kini, bentuk dan gayanya mirip dengan iket buhun, walaupun sudah mengalami beberapa perubahan tergantung perkembangan mode dan fashion.

Termasuk iket kiwari di antaranya iket candra sumirat, iket pratis parekos, iket praktis makuta wangsa, iket praktis mancala putra, iket maung leumpang, iket hanjuang nangtung dan iket batu kincir.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini