Kampung Adat Kranggan Bekasi: Menjaga Tradisi di Tengah Modernisasi Kota

Kampung Adat Kranggan Bekasi: Menjaga Tradisi di Tengah Modernisasi Kota
info gambar utama

Di wilayah yang tergolong sebagai perkotaan, penerapan nilai-nilai adat atau kegiatan tradisi yang mulanya berkembang di wilayah tersebut kerap kali sudah mulai tak benar-benar diterapkan oleh masyarakatnya.

Bahkan, tidak sedikit pula yang tidak mengetahui bagaimana dahulu kearifan lokal dari daerahnya turut menjadi identitas yang melekat dalam berbagai aspek kehidupan. Berbeda dengan masyarakat pedesaan, yang mana tidak sedikit yang masih memegang teguh adat yang diwariskan secara turun temurun.

Terlebih lagi bila daerah tersebut memang sudah menjadi pusat berbagai kegiatan ekonomi dan pemerintahan dengan masyarakat yang datang dari berbagai wilayah, seperti kawasan Jakarta dan sekitarnya.

Tetapi, apakah Kawan GNFI tahu kalau di Kota Bekasi masih terdapat kampung adat dengan penduduk yang masih menerapkan nilai-nilai kebudayaan warisan leluhur mereka hingga sekarang, termasuk pula soal kepercayaan yang mereka anut?

Ya, tempat itu adalah Kampung Adat Kranggan.

Serba-Serbi Menyambut Perayaan Pekan Kebudayaan Nasional 2023

Jejak Kerajaan Pajajaran di perkotaan

Dok: Disbudpar Kota Bekasi (YouTube)
info gambar

Di tengah riuhnya Kota Bekasi sebagai kota satelit dari Jakarta yang sangat erat dengan modernisasi, keberadaan kampung adat ini menjadi keunikan tersendiri. Membuat kita kembali memikirkan sekilas bagaimana kehidupan masyarakat di kawasan ini dalam beberapa dekade silam.

Kampung Adat Kranggan ini berlokasi di Kelurahan Jatirangga, Kecamatan Jatisampurna, Kota Bekasi.

Jika melihat sejarahnya, keturunan Kampung Kranggan dapat ditelusuri hingga Kerajaan Pajajaran, terhubung melalui garis keturunan dengan Prabu Siliwangi. Kini, masyarakat Kranggan tetap memelihara adat dan kebudayaan daerah mereka, yang merupakan peninggalan berharga dari masa kejayaan Kerajaan Pajajaran.

Menariknya, di kampung ini, dua rumah adat telah berdiri kokoh selama bertahun-tahun. Rumah-rumah bambu ini, yang mulai dibangun sejak abad ke-14, masih dijaga dengan baik oleh seorang tokoh adat Kranggan bernama Kolot Kisan. Seorang Kolot (panggilan hormat untuk sepuh) yang telah menginjak usia hampir 100 tahun ini adalah keturunan ke-9 dari Kerajaan Pajajaran.

Kilas Balik PKN: Bermula dari Kongres Kebudayaan Nasional, Berlanjut Hingga Kini

Melintasi zaman, menghargai kebudayaan

Dok: Disbudpar Kota Bekasi (YouTube)
info gambar

Di Kampung Adat Kranggan, terdapat tiga jenis rumah adat yang unik: tipe anjing tagog (anjing duduk), tipe jolopong atau simpai, serta tipe perahu tengkurep atau limas.

Selain itu, masyarakat Kranggan mengenakan pakaian adat bernama baju Cele yang dihiasi dengan motif kotak-kotak kecil yang sederhana. Pakaian ini tersedia dalam dua kombinasi warna, yaitu hitam dan putih.

Tidak hanya rumah adat dan pakaian tradisional, Kampung Kranggan juga kaya akan situs budaya. Beberapa di antaranya termasuk Sumur Binong, Petilasan Raden Sanglai Senopati, Makam Raden Rangga, dan sejumlah situs bersejarah lainnya yang dapat ditemui di kampung ini.

Selain itu, masyarakat Kranggan juga menganut kepercayaan tradisional yang dikenal sebagai Buhun atau Komunitas Kebatinan Buhun Kranggan (KKBK).

Salah satu tradisi yang masih dijaga di Kampung Kranggan adalah Babaritan, sebuah upacara doa bersama yang rutin dilakukan. Upacara ini diselenggarakan pada bulan Muharram atau Suro sebagai ungkapan rasa syukur atas keselamatan dan keamanan yang diberikan kepada masyarakat dalam menjalani kehidupan. Babaritan juga melibatkan doa untuk para sesepuh serta ritual untuk menolak bala.

Masyarakat di Kampung Adat Kranggan tetap setia pada teknologi tradisional yang telah diwariskan turun-temurun. Mereka menggunakan teknik tradisional dalam pembuatan kerajinan bambu seperti bakul dan rakit, serta teknologi tradisional dalam pengasapan ikan cue yang telah ada sejak abad ke-19.

Kranggan juga berperan sebagai salah satu penyedia ikan cue untuk sejumlah pasar di Bekasi, bahkan wilayah Jabodetabek. Meskipun kehidupan di kampung ini masih mengusung nilai-nilai tradisional, masyarakatnya tetap mahir dan proaktif dalam melibatkan diri dalam kegiatan industri.

Pada Pekan Kebudayaan Nasional tahun 2023, Kampung Adat Kranggan dijadikan salah satu "Ruang Tamu". Dalam ruang tamu ini, orang-orang berkumpul, berdiskusi, dan berinteraksi, menciptakan semangat kolaborasi yang berkelanjutan untuk melestarikan serta memperkenalkan kebudayaan Nusantara kepada masyarakat luas.

Dengan keberadaan Kampung Adat Kranggan yang masih kental akan kebudayaannya ini, tertarikkah kamu berkunjung ke sini?

Mengunjungi Museum Kebangkitan Nasional: Dari STOVIA, Boedi Oetomo, hingga Gedung Eks KNIL








Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Muhammad Fazer Mileneo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Muhammad Fazer Mileneo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini