Menilik Tingginya Potensi Ekonomi Lycopene di Dalamnya Palung Jawa

Menilik Tingginya Potensi Ekonomi Lycopene di Dalamnya Palung Jawa
info gambar utama

Palung Jawa adalah cekungan terdalam kedua di Indonesia setelah Palung Weber yang terletak di Laut Banda, Kepulauan Maluku. Palung Jawa sendiri terletak di bagian timur Samudra Hindia dengan kedalaman mencapai 7.450 meter di bawah permukaan laut.

Tingginya tekanan di sana membuat sulit untuk menyelami kehidupan di wilayah tersebut tanpa menggunakan peralatan berteknologi tinggi. Meskipun demikian, beberapa organisme laut, termasuk berbagai jenis ikan dan makhluk misterius seperti amoeba raksasa dan siput, berhasil bertahan hidup di lingkungan tersebut.

Meskipun berada di zona subduksi pertemuan lempeng tektonik, Palung Jawa tetap memiliki potensi yang luar biasa dan signifikan. Seperti yang ditemukan oleh Ocky Karna Radjasa, seorang peneliti senior mikrobiologi laut dalam dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Pada tahun 2019, Ocky, yang menjabat sebagai Kepala Organisasi Riset Kebumian dan Maritim BRIN, ikut serta dalam penelitian mikrobiologi laut dalam di Palung Jawa bersama tim peneliti dari First Institute of Oceanography, Tiongkok, dan University of Maryland, Amerika Serikat.

Rumput Laut Bisa Jadi Pengganti BBM, Apa Keuntungan dan Kekurangannya?

Potensi bakteri penghasil lycopene

Program ekspedisi laut dalam yang dikenal sebagai Transport/Throughflow Indonesian Seas, Upwelling, and Mixing Physics atau TRIUMPH telah membawa penemuan signifikan oleh BRIN.

Melalui ekspedisi ini, BRIN menemukan bakteri priestia flexa di perairan Palung Jawa yang memiliki potensi ekonomi tinggi, mengandung lycopene dan vitamin B12. Penemuan ini membuka peluang besar dalam pemanfaatan sumber daya laut dalam untuk kepentingan ekonomi dan kesehatan.

Bakteri Priestia flexa yang berhasil diisolasi dari sampel air laut pada kedalaman 1.000 meter membawa berkah signifikan. Melalui metode data Whole Genome Sequence (WGS), penelitian menunjukkan bahwa bakteri ini mengandung bahan alami yang umumnya digunakan dalam industri kosmetik dan farmasi.

Selain itu, bakteri ini, yang pertama kali diambil dari laut dalam Indonesia, juga terbukti menjadi bahan baku penting untuk industri makanan kesehatan. Kandungan lycopene dalam bakteri ini berperan sebagai antioksidan, membantu melawan oksidasi sel atau jaringan oleh Reactive Oxidative Species (ROS), sehingga berpotensi dalam pencegahan penyakit jantung dan antikanker.

Menurut tren pasar global, kebutuhan akan lycopene mencapai USD107,2 juta (Rp1,66 triliun) pada tahun 2020, dengan proyeksi meningkat menjadi USD187,3 juta (Rp2,9 triliun) pada tahun 2030. Diperkirakan terjadi pertumbuhan tahunan sebesar 5,2 persen dalam permintaan lycopene.

Hal ini menunjukkan peningkatan signifikan dalam permintaan untuk kandungan tersebut, menciptakan peluang ekonomi yang positif dalam industri yang memanfaatkan lycopene, seperti yang ditemukan dalam bakteri Priestia flexa dari Palung Jawa.

RI-Jerman Kerja Sama Kurangi Degradasi Laut dan Darat di Tiga Wilayah, Apa Saja?

Upaya Efisiensi

Secara umum, lycopene biasanya diperoleh dari tanaman yang memberikan warna atau pigmen merah dan jingga pada sayur dan buah. Senyawa ini termasuk dalam kelompok karotenoid dan memiliki sifat antioksidan. Pigmen ini sering ditemukan pada tomat, semangka, dan jambu biji. Penemuan lycopene dari laut dalam memberikan langkah efisiensi yang signifikan.

Sebagai contoh, lycopene yang biasanya berasal dari buah tomat memerlukan proses panen selama 75 hari, memerlukan lahan, dan membutuhkan tempat luas untuk penyimpanan dan pengolahan menjadi lycopene. Dengan lycopene dari laut dalam, cukup tiga hari untuk menumbuhkan bakteri Priestia flexa yang dapat diambil kandungannya, menciptakan proses yang lebih efisien.

Proses penyimpanan dan produksi mikroba menjadi lycopene tidak memerlukan ruang yang besar seperti halnya lycopene dari tomat. Menariknya, produk lycopene yang berasal dari mikroba juga memiliki kandungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan produk asli standarnya.

Penemuan bakteri Priestia flexa di laut dalam Indonesia merupakan langkah efisiensi, terutama mengingat Indonesia masih mengimpor lycopene. Kandungan vitamin B12 dari bakteri Priestia flexa memiliki potensi besar sebagai bahan baku untuk produk makanan sehat bagi konsumen berbasis vegetarian, yang membutuhkan protein tanpa unsur hewani.

Vitamin B12 atau kobalamin sendiri bermanfaat dalam proses pembentukan sel darah merah. Kobalamin turut berperan dalam proses metabolisme protein. Vitamin B12 banyak terdapat pada daging merah, hati, telur, dan susu.

Temuan bakteri Priestia flexa menjadi bukti potensi luar biasa dari laut dalam Indonesia. Melalui kebijakan pengelolaan yang ketat, hal ini dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap perkembangan industri dan kesejahteraan masyarakat. Meskipun penemuan ini hanya mencakup sebagian kecil dari biodiversitas potensi laut dalam yang belum terungkap.

Bidik Potensi Laut Dalam, RI Targetkan 50 Sumur Migas Dibor Tahun Ini

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Muhammad Fazer Mileneo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Muhammad Fazer Mileneo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini