Observatorium Timau, Stasiun Pengamat Luar Angkasa di NTT yang Akan Dibuka 2024

Observatorium Timau, Stasiun Pengamat Luar Angkasa di NTT yang Akan Dibuka 2024
info gambar utama

Indonesia akan segera mengoperasikan Observatorium Nasional (Obnas) Timau di Nusa Tenggara Timur (NTT) pada pertengahan 2024 untuk mendukung penelitian ruang angkasa. Rencana ini diungkapkan Kepala Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Emanuel Sungging Mumpuni dalam Sidang Scientific and Technical Subcommitee (STSC) ke-61 United Nations Committee on the Peaceful Uses of Outer Space (UNCOPUOS), di Wina, Austria, Rabu (31/1/2024).

“Kami menyambut baik kerja sama ilmu antariksa global untuk memanfaatkan Observatorium Nasional baru ini. Indonesia mendukung subkomite ini untuk meningkatkan kerja sama dan saling pengertian mengenai pemanfaatan luar angkasa secara damai,” tutur Sungging.

Observatorium Timau NTT Akan Jadi Tempat Pemantauan Planet Layak Huni

Terbesar di Asia Tenggara

Mengutip siaran pers BRIN, Obnas Timau dilengkapi sejumlah fasilitas pengamatan astronomi multi panjang gelombang dan pengamatan cuaca antariksa. Salah satu faslitas utama di sana antara lain: teleskop optik 3,8 meter, teleskop survei berdiameter 50 sentimeter, dan teleskop matahari berdiameter 30 sentimeter.

Teleskop optik 3,8 meter di Obnas Timau termasuk teleskop terbesar di Asia Tenggara. Alat ini dibuat oleh para ahli astronomi BRIN bekerja sama dengan Universitas Kyoto yang mengelola Observatorium Okayama di Jepang. Teleskop 3,8 meter itu berfungsi untuk mengamati benda kecil di tata surya, termasuk bintang, gugus bintang, extrasolarplanet, dan galaksi. Desainnya unik serta memiliki bobot yang relatif ringan, yakni 20 ton.

Teleskop ini memiliki cermin primer, sekunder, dan tersier. Cermin primer berbentuk hiperbola, terdiri atas 18 segmen menyerupai kelopak bunga. Cermin sekunder berbentuk hiperbola berdiameter 1 meter, dapat bergerak besar 5 derajat, dan ditopang struktur laba-laba di bagian atas teleskop, sedangkan cermin tersier berfungsi untuk mengarahkan cahaya ke titik fokus kamera di samping teleskop.

"Sistem optik aktif pada struktur dasar penopang cermin primer berbentuk cincin. Teleskop di pasang di atas dudukan beton. Teleskop ini dilengkapi instrumen perekam, yaitu kamera fotometri 3OPTIKA dan NIRK," ungkap peneliti Pusat Riset Antariksa BRIN, Rhorom Priyatikanto, dalam Kolokium Mingguan Riset Antariksa (LINEAR), Selasa (11/7/2023).

"Peluang riset fotometri bisa dilakukan di Obnas ini. Skema keterlibatan dari mitra bisa berupa visiting researcher, degree by research, master by research, post-doctoral fellow, atau kolaborasi riset berbasis pembiayaan eksternal," ucap Rhorom.

Dari Titik di Gunung Timau ini, Tata Surya Bisa Dilihat Dari Segala Penjuru

Taman Langit Gelap

Sementara itu, Sungging pernah menyampaikan bahwa pihaknya bakal menjadikan wilayah di sekitar Obnas Timau sebagai Taman Langit Gelap atau Dark Sky Park untuk mengantisipasi gangguan polusi cahaya. Menurutnya, langit gelap perlu dilestarikan atas dukungan masyarakat melalui wisata astronomi di Taman Langit Gelap. Pihaknya akan berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan pusat untuk mengatur penggunaan lampu luar di sekitar Obnas melalui peraturan perundang-undangan.

Bukan itu saja, pihaknya juga akan mengadakan kolaborasi riset dengan pemangku kepentingan di bidang-bidang non-eksakta untuk mendorong payung hukum perlindungan wilayah sekitar Obnas Timau.

"Tidak hanya untuk bidang astronomi yang terkait teknis, tetapi dengan bidang lain, misalnya hukum dan sosial untuk berdiskusi bersama. Harapan kami, wilayah Observatorium Nasional bisa menjadi wisata astronomi ke depannya," tandas Sungging.

5 Hal Menarik Gunung Timau, Lokasi Observatorium Antariksa Terbesar di Asia Tenggara

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Afdal Hasan lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Afdal Hasan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini