Teut Apam, Tradisi Bertukar Kue dari Masyarakat Aceh di Bulan Rajab

Teut Apam, Tradisi Bertukar Kue dari Masyarakat Aceh di Bulan Rajab
info gambar utama

Ada berbagai tradisi unik di Indonesia yang dilakukan oleh masyarakat lokal di daerah tertentu ketika bulan Rajab tiba. Kalau masyarakat Aceh menyambut bulan Rajab dengan suka cita melalui tradisi Teut Apam.

Bagi Kawan GNFI yang belum tahun, apam adalah sejenis kue serabi dari Aceh. Kue apam khas Aceh biasanya disajikan dengan kuah santan yang gurih dan manis. Kuah ini terbuat dari santan, gula merah, daun pandan, dan garam. Selain itu, tak ketinggalan pula penggunaan nangka dan pisang untuk melengkapinya

Aroma apam yang harum tak hanya menggugah selera, tetapi juga membawa pesan penting tentang kebersamaan dan nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi masyarakat Aceh.

Peucicap, Upacara Pengenalan Rasa Makanan Pada Bayi di Aceh

Apa itu Teut Apam?

Teut apam adalah tradisi membuat dan bertukar kue apam dalam menyambut bulan Rajab.

Asal-usul teut apam tidak diketahui secara pasti, namun dipercaya telah ada sejak ratusan tahun lalu. Bulan Rajab menjadi penanda persiapan spiritual sebelum memasuki bulan suci Ramadhan. Tradisi ini kemudian berkembang sebagai bentuk kedermawanan, mempererat ukhuwah, dan mensyukuri rezeki.

Meskipun kini terdapat sedikit perbedaan dari pelaksanannya bila dibandingkan zaman dulu, esensinya tetaplah sama.

Apam yang telah disajikan dengan kuah tuhe dipersiapkan secara khusus untuk para tamu yang sengaja diundang ke rumah. Tidak hanya itu, setiap orang yang melintas di depan rumah juga berkesempatan menikmati kelezatan Apam ini.

Selain sebagai hidangan rumah, kenduri Apam juga kerap dibagikan ke Meunasah (surau di Aceh) dan kepada keluarga yang tinggal di kampung-kampung terdekat.

Tradisi toet Apam di Aceh diadakan dengan penuh keceriaan dari satu rumah ke rumah atau bahkan dari satu kampung ke kampung lainnya selama sebulan penuh, khususnya pada bulan Rajab.

Dodol Meuseukat, Lambang Memuliakan Tamu di Aceh

Makna di balik tradisi

Teut apam tidak hanya sekadar tradisi kuliner di Aceh. Kegiatan ini melibatkan nilai-nilai mendalam yang menjadi pemersatu masyarakat setempat. Dengan gotong royong yang terwujud dalam kerja sama menyajikan dan memasak apam, tradisi ini berhasil memperkokoh semangat kebersamaan dan solidaritas di antara mereka.

Selain itu, silaturahmi semakin terjalin lewat tradisi saling bertukar apam, membina hubungan erat antarwarga serta mempererat rasa kekeluargaan. Nilai kedermawanan juga turut serta melalui kebiasaan berbagi apam kepada yang membutuhkan.

Tak hanya itu, teut apam bukan hanya semata-mata kegiatan memasak, melainkan juga menjadi sarana penyambutan bulan suci Ramadhan. Sebagai pengingat dan langkah awal persiapan spiritual menghadapi bulan penuh berkah tersebut.

Dengan perpaduan cita rasa kuliner dan makna mendalam, teut apam mewakili esensi kebersamaan dan nilai-nilai kehidupan yang kental dalam budaya Aceh.

Tradisi teut apam menjadi bukti bahwa warisan budaya dapat terus hidup dan menjadi perekat sosial dalam menghadapi masa depan.

Mengapa Aceh Disebut Serambi Mekkah?

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Muhammad Fazer Mileneo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Muhammad Fazer Mileneo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini